Oleh:
Ade Erni Kurniati, S.Kep.Ners.,M.K.M
Pengertian
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme
yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma.Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
Patofisiologi
2. Santin (teofilin)
Nama obat :
Aminofilin (Amicam supp)
Aminofilin (Euphilin Retard)
Teofilin (Amilex)
Penatalaksanaan
Pengobatan farmakologik
3. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan
obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah
untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat
anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan.
Penatalaksanaan
Pengobatan non farmakologik
1. Memberikan penyuluhan.
2. Menghindari faktor pencetus.
3. Pemberian cairan.
4. Fisiotherapy.
5. Beri O2 bila perlu.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ASTHMA BRONKHIALE
Pengkajian
1. Riwayat kesehatan yang lalu
2. Aktivitas
3. Pernapasan
4. Sirkulasi
5. Integritas ego
6. Asupan nutrisi
7. Hubungan sosal
8. Seksualitas
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ASTHMA BRONKHIALE
Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas
berhubungan dengan akumulasi mukus.
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Diagnosa Keperawatan 1
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan
dengan akumulasi mukus.
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil :
1. Sesak berkurang
2. Batuk berkurang
3. Klien dapat mengeluarkan sputum
4. Wheezing berkurang/hilang
5. TTV dalam batas normal keadaan umum baik.
Diagnosa Keperawatan 1
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya :
mengi, erekeis, ronkhi.
2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan
ekspirasi.
3. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian
kepala tidak duduk pada sandaran.
4. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah.
Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.
5. Berikan air hangat.
6. Kolaborasi obat sesuai indikasi.Bronkodilator spiriva 1×1
(inhalasi).
Diagnosa Keperawatan 2
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil :
1. Pola nafas efektif
2. Bunyi nafas normal atau bersih
3. TTV dalam batas normal
4. Batuk berkurang
5. Ekspansi paru mengembang.
Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi :
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi
dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan
otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
seperti crekels, mengi.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
6. Kolaborasi
Diagnosa Keperawatan 3 :
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Keadaan umum baik
2. Mukosa bibir lembab
3. Nafsu makan baik
4. Tekstur kulit baik
5. Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan
6. Bising usus 6-12 kali/menit
7. Berat badan dalam batas normal.
Diagnosa Keperawatan 3 :
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut,
konjungtiva).
2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi
tubuh.
3. Timbang berat badan dan tinggi badan
4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering.
6. Kolaborasi