Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

A. Pengertian

Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea
dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara
spontan maupun hasil dari pengobatan. (The American Thoracic Society, 1962).

B. Etiologi

Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhial:

1. Genetik

Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor
pencetus.

2. Alergen

Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu


binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan
obat-obatan

c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan,


logam, dan jam tangan.

3. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan
debu.

4. Stress

Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan


asmayang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah
pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.

5. Olah raga/aktivitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani
atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

C. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,


yaitu:

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan
aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi.

2. Intrinsik (non alergik)


Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.

D. Patofisiologi

Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus,
sumbat mukus,edema dan inflamasi dinding bronkus.obstruksi bertambah berat
selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase
tersebut.Hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak
tidak bisa di ekspirasi.Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas tetap
terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar.Penyempitan saluran napas dapat terjadi
baik pada saluran napas yang besar,sedang,maupun kecil.Gejala mengi
menandakan ada penyempitan di saluran napas besar,sedangkan pada saluran
napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding
mengi.Penyempitan saluran napas pada asma akan menimbulkan hal-hal sebagai
berikut:

1. Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi

2. Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara


dengan sirkulasi darah paru

3. Gangguan difusi gas di tingkat alveoli

Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan:

1. Hipoksemia

2. Hiperkapnia
3. Asidosis respiratorik pada tahap yang sangat lanjut

E. Manifestasi Klinis

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk
dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada
sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih
berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis, gangguan
kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan
asma sering terjadi pada malam hari.

F. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:

1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian
menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin
suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan
terapi yang intensif.

2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat


penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.

3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen

4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang


menyebabkan kolapsnya paru.

5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan


(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara
berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
G. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera

2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan


serangan asma

3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya


mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan
dokter atau perawat yang merawat.

- Pengobatan

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:

1) Pengobatan non farmakologik

a. Memberikan penyuluhan

b. Menghindari faktor pencetus

c. Pemberian cairan

d. Fisioterapi

e. Beri O₂ bila perlu

2) Pengobatan farmakologik

- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:

a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)

Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).

b. Santin (teofilin)

Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex)

Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah


serangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang
lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.

- Ketolifen

Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan


dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan masa lalu

- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya

- Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan

b. Aktivitas

- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas

- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukan


aktivitas sehari-hari

- Tidur dalam posisi duduk tinggi

c. Pernapasan

- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan

- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur

- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan


hidung.

- Adanya bunyi napas mengi


- Adanya batuk berulang

d. Sirkulasi

- Adanya peningkatan tekanan darah

- Adanya peningkatan frekuensi jantung

- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis

e. Integritas ego

- Ansietas

- Ketakutan

- Peka rangsangan

- Gelisah

f. Asupan nutrisi

- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan

- Penurunan berat badan karena anoreksia

g. Hubungan sosial

- Keterbatasan mobilitas fisik

- Susah bicara atau bicara terbata-bata

- Adanya ketergantungan pada orang lain

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan
tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah

- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan


semakin bertambah.

- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru

- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal

- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan


pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-
paru.

b. Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

c. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3


bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:

- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation

- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle
branch Block)

- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negatif.

d. Scanning Paru

Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh
pada paru-paru.
e. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaan


spirometri tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.

3. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan


sekret.

a. Tujuan: jalan nafas kembali efektif

b. Kriteria hasil:

 dapat mendemontrasikan batuk efektif

 dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekret

c. Intervensi

1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki.

R: beberapa derajat spasme bronkus terjadi sumbatan di jalan nafas

2) Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

R: takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada
penerimaan atau selama stres

3) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.

R: peninggian kepal memudahkan untuk bernafas

4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir


R: memberikan cara kepada pasien untk memgontrol dan mengatasi dispnea

5) Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah

R; batuk pendek, basah biasanya sekret ikut keluar bersama batuk

6) Lakukan tindakan suction

R: untuk mengangkat ssekret dari jalan pernafasan

7) Koaborasi dengan doter

R: untuk pemberian obat

2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas.

a. Tujuan: pola nafas pasien menjadi efektif

b. Kriteria hasil:

 Dada tidak ada gangguan pengembangan

 Pernafasan menjadi normal 18-24 x/menit

c. Intervensi

1) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan

R: dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan bervariasai

2) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi

R: dududk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan

3) Observasi pola batuk dan karakter sekret

R: menegtahui batuk keribg atau basah serta warna dari sekret itu

4) Berikan pasien latihan nafas dalam atau batuk efektif

R: dapat meningkatkan sekret di mana ada gangguan ventilasi sitambah


ketidaknyamana bernafas
5) Berikan O2 tambahan

R: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

6) Bantu fisioterapi dada

R: memudahkan upaya bernafas dalm dan meningkatkan draenase secret

3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,

a. Tujuan: pertukaran gas menjadi efektif

b. Kriteria Hasil: Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat


dalam rentang

c. Intervensi:

1) Kaji TTV

R: perubahan TD terjadi dengan beratnya hipoksemia dan asidosis

2) Kaji tingkat kesadaran/ perubahan mental

R: hipoksemia sistemik dapat ditunjukkan pertama kali oleh gelisah dan peka
rangsang

3) Observasi adanya sianosis

R: Menunjukkanhipoksemia sistemik

4) Tinggikan kepala tempat tidur sesui kebutuhan pasien

R: meningkatkan ekspansi dada serta membuat mudah bernafas

5) Awasi BGA (blood gas analysis)

R: untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah

6) Berikan O2 sesui indikasi

R: memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas


4. Implementasi

Sehubungan tindakan atau implementasi merupakan pelaksanaan dari


intervensi oleh perawat dan klien dengan tujuan untuk kebutuhn klien secara optimal
dan jelas tindakan yang di lakukan.

Text Box: Pengaktifan respon imun (sel mast)5.Clinical Pathway

Bronkospasme

ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh Kasus

Ny. H usia 29 tahun,agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan Ibu rumah tangga.
Alamat tinggal Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember. masuk RS Tanggal 03 Maret 2015
Klien masuk rumah sakit karena keluhan sesak napas dan batuk yang disertai dahak
yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir. Keluhan ini terjadi saat klien sesak
dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat ketika beraktivitas.

Hasil pengkajian klien didapatkan klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan
dahak berwarna putih kental, dan klien merasa sesaknya berkurang setelah
dilakukan pengasapan (nebulizer). Klien terlihat cemas. Klien mengaku tidak nafsu
makan. Klien juga mengatakan mempunyai riwayat asma sejak kecil dan klien
mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki riwayat
asma, yaitu ibunya.

Pemeriksaan fisik pada klien didapatkan hasil: rongga dada simetris, retraksi dinding
dada (+), taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan, suara napas klien terdengar
wheezing, resonan pada perkusi dinding dada, dan sputum berwarna putih kental.
Dari hasil observasi didapatkan hasil: tingkat kesadaran: kompos mentis, dan hasil
TTV: TD = 130/70 mmHg, RR = 36x/menit, HR = 76x/menit, suhu = 37o C.

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: Hb = 15,5 gr%, leukosit =


17.000/mm3, trombosit 260.000/mm3, Ht = 47vol%. Klien saat ini mendapatkan
terapi: IVFD RL 20 tts/i, Pulmicort, Ventolin, Bisolvon dan O2 dengan nasal kanul 2
L. Pada pemeriksaan penunjang X-ray dada/thorax, didapatkan hasil paru dalam
batas normal.

1. Pengkajian

Identitas Klien

1. Nama : Ny. H

2. Umur : 29 tahun

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku / bangsa : Jawa

6. Pendidikan : SMA

7. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

8. Status : Sudah menikah

9. Alamat : Bumi Tamalanrea Permai

Penanggung jawab :

1. Nama : Tn. J

2. Umur : 30 tahun

3. Pekerjaan : Swasta

4. Alamat : Bumi Tamalanrea Permai

5. Hubungan dengan klien : Suami

2. Keluhan Utama
Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk.

3. Riwayat Keperawatan Sekarang

Klien datang ke rumah sakit pukul 14:00 WIB Klien mengatakan selama 1 minggu
terakhir menderita sesak, batuk pilek, demam yang disertai dahak putih kental.

4. Riwayat Keperawatan Dahulu

Klien mengatakan bahwa sejak kecil menderita asma, klien pernah masuk rumah
sakit di RS Paru Jember Agustus 2012 karena sesak selama 2 minggu. Klien
mengatakan sedang menjalani pengobatan terapi yang di berikan dokter. Klien
mengatakan Asma akan timbul saat dingin, akibat debu dan mencium bau yang
menyengat.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan bahwa ibu klien juga menderita penyakit yang sama dengan klien.

6. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : klien tampak sesak

Kesadaran : kompos mentis

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Frekuensi nafas : 36x/menit

Nadi :76x/menit

Suhu : 37o C
7. Pemeriksaan fisik head to toe

1. Kepala

Mata : Konjungtiva ananemis, sclera anikterik, lensa jernih, pupil isokor,


reflek cahaya langsung +/+

2. Thorax

Paru

– inspeksi : gerakan dada kanan dan kiri simetris

– Palpasi : taktil fremitus kanan dan kiri simetris, retraksi dinding dada (+)

– Auskultasi : suara napas klien terdengar wheezing

Jantung

– Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

– Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V

– Auskultasi : suara jantung normal, bunyi tambahan (-)

3. Abdomen

· Inspeksi : perut cembung, asites (-)

· Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak teraba

· Perkusi : timpani

· Auskultasi : bising usus normal

4. Ekstremitas

· Superior : Oedem (-)

· Sianosis(-)
· Akral dingin(-)

· Turgor kulit : normal

· Inferior : Oedem(-)

· Sianosis(-)

· Akral dingin(-)

· Turgor kulit : normal

8. Pemeriksaan Diagnostik

1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan Ny.H didapatkan hasil sebagai berikut.

· Sputum berwarna putih kental

· Hb = 15,5 gr%

· Leukosit = 17.000/mm3

· Trombosit 260.000/mm3

· Ht = 47vol%

9. Klasifikasi Data

DS:

1. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah
dirasakan selama 1 minggu terakhir.

2. Pasien mengatakan merasa gelisah karena adanya penumpukan secret

DO:

Pemeriksaan Fisik:

a. suara napas klien terdengar wheezing


b. sputum berwarna putih kental

c. tingkat kesadaran: kompos mentish

d. TTV: RR = 36x/menitBersihan jalan nafas tidak efektifBronkopasme à dispnea,


wheezing, batuk sputumRZ203 Maret 2015

10. Terapi Pengobatan

Terapi awal, yaitu:

1. Memberikan oksigen pernasal

2. Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau


terbutalin 10 mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang setiap 20
menit sampai 1 jam. Pemberian antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan
atau intravena dengan dosis salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5%

3. Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.

4. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera


atau dalam serangan sangat berat25

5. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya


golongan beta adrenergik dan anti kolinergik.

11. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan


sekret

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan


bernapas

3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan regumen pengobatan


(Doenges,2003)
12. Intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan


sekret.

a. Tujuan: jalan nafas kembali efektif

b. Kriteria hasil:

· dapat mendemontrasikan batuk efektif

· dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekret

c. Intervensi

1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki.

R: beberapa derajat spasme bronkus terjadi sumbatan di jalan nafas

2) Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

R: takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada
penerimaan atau selama stres

3) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.

R: peninggian kepal memudahkan untuk bernafas

4) Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir

R: memberikan cara kepada pasien untk memgontrol dan mengatasi dispnea

5) Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah

R; batuk pendek, basah biasanya sekret ikut keluar bersama batuk

6) Lakukan tindakan suction

R: untuk mengangkat ssekret dari jalan pernafasan

7) Koaborasi dengan doter


R: untuk pemberian obat

2. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas.

a. Tujuan: pola nafas pasien menjadi efektif

b. Kriteria hasil:

 Dada tidak ada gangguan pengembangan

 Pernafasan menjadi normal 18-24 x/menit

c. Intervensi

1) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan

R: dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan bervariasai

2) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi

R: dududk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan

3) Observasi pola batuk dan karakter sekret

R: menegtahui batuk keribg atau basah serta warna dari sekret itu

4) Berikan pasien latihan nafas dalam atau batuk efektif

R: dapat meningkatkan sekret di mana ada gangguan ventilasi sitambah


ketidaknyamana bernafas

5) Berikan O2 tambahan

R: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas

6) Bantu fisioterapi dada

R: memudahkan upaya bernafas dalm dan meningkatkan draenase sekret

3. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,

a. Tujuan: pertukaran gas menjadi efektif


b. Kriteria Hasil: Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat
dalam rentang

c. Intervensi:

1) Kaji TTV

R: perubahan TD terjadi dengan beratnya hipoksemia dan asidosis

2) Kaji tingkat kesadaran/ perubahan mental

R: hipoksemia sistemik dapat ditunjukkan pertama kali oleh gelisah dan peka
rangsang

3) Observasi adanya sianosis

R: Menunjukkanhipoksemia sistemik

4) Tinggikan kepala tempat tidur sesui kebutuhan pasien

R: meningkatkan ekspansi dada serta membuat mudah bernafas

5) Awasi BGA (blood gas analysis)

R: untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah

6) Berikan O2 sesui indikasi

R: memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
SERIAL ONLINE

http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/7/jhptump-a-bayuhanggo-346-2-babii.pdf[Serial
Online] Reganis. Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial.

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/608/597.

Anda mungkin juga menyukai