OLEH
NAMA : MELIANA HARYATI TONIS
NIM : PO.530320118388381
KELAS : TINGKAT 3 REGULER A
MENGETAHUI
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalag infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah,
Infeksi ini disebabkan oleh virus, bakteri, jamur. ISPA akan menyerang apabila
ketahanan tubuh (imun) menurun. ISPA paling banyak ditemukan pada anak
bawah lima tahun karena kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang rentan terhadap berbagai penyakit
( Karundeng Y.M. et al. 2016 )
B. Penyebab ISPA
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang termaksud kesaluran nafas dan
menimbulkan reaksi inflamasi. Selain itu polusi dari bahan bakar kayu tersebut
mengandung zat-zat seperti karbon, sulfur.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut disebabkan oleh bakteri dan virus yang jumlahnya
lebih dari 100 macam.
C. Klasifikasi ISPA
Menurut Depkes ialah :
1. Bukan Pneumonia
Pasien dengan batuk yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan
tidak menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kearah dalam, tidak
ada gangguan tidur, nafsu makan menurun, serta suhu tubuh 37 ºC - < 38ºC.
2. Pneumonia Sedang
Ditandai dengan adanya batuk, pilek, kadang terjadi sesak nafas, dimana frekuensi
nafas cepat pada anak berusia dua bulan sampai kurang dari 1 tahun adalah > 50
kali permenit dan untuk anak usia 1 sampai < 5 tahun adalah > 40 kali, kesulitan
bernafas ditandai dengan adanya penggunaan otot bantu pernafasan.
3. Pneumonia Berat
Gejala pneumonia ISPA sedang ditambah dengan gejala panas tinggi ( suhu tubuh >
38º C, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, kadang disertai penurunan
kesadaran dan perubahan bunyi nafas (stridor).
D. Tanda dan Gejala
1. Hidung tersumbat dan pilek
2. Batuk
3. Demam
4. Nyeri tenggorokan
5. Nyeri kepala ringan
6. Bernafas cepat atau kesulitas bernafas
7. Kebiruan pada kulit akibat kekurangan oksigen
8. Nyeri otot
E. Perjalanan Penyakit
F. Komplikasi ISPA
Jika infeksii terjadi di paru-paru dan tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi
komplikasi yang serius dan dapat berakibat fatal. Komplikasi yang sering terjadi akibat
ISPA ialah gagal nafas akibat paru-paru berhenti berfungsi dan peningkatan karbon
dioksida dalam darah, serta gagal jantung.
G. Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
a) Memperbanyak minum
Memperbanyak minum sebanyak 8 gelas atau lebih dapat
menurunkan sekresi mukosa dan menggantikan kehilangan cairan.
Selain itu, minum air putih serta jus dilaporkan dapat
meningkatkan sistem imun.
b) Kompres hangat
Lakukan kompres hangat pada daerah wajah untuk membuat
pernapasan lebih nyaman, mengurangi kongesti, dan membuat
drainase lebih baik pada rhinosinusitis. Gunakan lap hangat atau
botol berisi air hangat yang diletakkan di atas wajah dan pipi
selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari jika diperlukan.
c) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
d) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap
diteruskan.
2) Farmakologi
a) Terapi Simptomatik
1) Dekongestan oral atau topikal dapat membantu
mengurangi keluhan pada pasien dengan rhinorrhea.
Sebaiknya dekongestan diberikan pada anak di atas 2
tahun karena efek sampingnya seperti gelisah, palpitasi,
dan takikardia. Dekongestan topikal seperti fenilepinefrin
atau oxymetazoline lebih banyak dipakai, sebaiknya
digunakan 3-4 hari saja untuk menghindari efek rebound.
2) Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek
antikolinergik sehingga dapat digunakan untuk
mengurangi rhinorrhea dan bersin. Antihistamin yang
biasanya digunakan adalah chlorpheniramine maleate atau
diphenhydramine.
3) Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk
mengurangi sekresi nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat
menurunkan sekresi dan meningkatkan drainase pada
pasien nasofaringitis atau rinosinusitis, namun bukti
klinisnya masih terbatas. Selain itu, codeine merupakan
obat yang sering digunakan pada pasien dengan keluhan
batuk. Codeine berperan sebagai antitusif yang bekerja
secara sentral
b) Antiviral
Pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral
bisa dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika
terjadi outbreak influenzae dimana manfaat lebih banyak
dibandingkan risiko. Antiviral diberikan pada pasien yang berisiko
tinggi mengalami perburukan gejala. Misalnya pada pasien yang
sedang hamil, bayi usia < 6 bulan, pasien usia > 65 tahun, pasien
immunocompromised, dan pasien dengan morbid obesitas.
Regimen yang bisa digunakan adalah oseltamivir 2 x 75 mg
hingga maksimal 10 hari.
c) Terapi antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga
penggunaan antibiotik tidak efektif dan hanya boleh digunakan
jika terdapat kecurigaan atau konfirmasi adanya infeksi bakteri.
H. Pencegahan
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
1) Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi
yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit
yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air
putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya
itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang
sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga
dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2) Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh
kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh virus / bakteri.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik,dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat
bagi manusia.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui
udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini
biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk
aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol
yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang
dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di,udara), yang
kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
BAB 2
Identitas Pasien
Nama Pasien
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
Biasa klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri
otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk pilek dan sakit tenggorokan.
Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini.
Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
pendudukya.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda Vital
Bagaiaman suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah klien
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut, bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala.
4. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah/ pucat
5. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera
ikterik/tidak, keadaan pupil, dan apakah ada gangguan dalam penglihatan.
6. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidaknya secret pada hidung serta
cairan yang keluar, adanya sinus/tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman.
7. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
8. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis.
9. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
a. Inspeksi
Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut dan leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung
b. Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan
pada nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
10. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
11. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak.
Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup
oleh labia mayora.
12. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
13. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan
bentuk. (Nursing Student, 2015).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi saluran
pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis,
inflamasi, peningkatan sekresi,nyeri
3. Defisit Volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat
dan kesulitan menelan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorsi makanan dan
cairan, anoreksia.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan, dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi klien
tertentu dengan siapa perawat sedang bekerja.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang berbentuk
intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber yang
dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien dan
sumber yang dimiliki klien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program sudah
sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga.
Penyusunan evaluasi dengan menggunakan SOAP yang operasional, dengan
pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan saat
implemantasi. O adalah objektif dengan pengamatan objektif perawat setelah
implementasi. A merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar mengacu pada
intervensi keperawatan keuarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat
meakukan analisa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa
atau disertai radang parenkim paru. Pada topik ini adalah dibahas ISPA yang
hanya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA yang hanya disebabkan oleh
moikroorganisme lain akan dibahas tersendiri pada topik pneunomia.
B. Saran
Alsagafh, Hood. & Mukty, Abdul. 2002. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya. Airlangga University Press.
Makalah ISPA. pdf