Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

OLEH
NAMA : MELIANA HARYATI TONIS
NIM : PO.530320118388381
KELAS : TINGKAT 3 REGULER A

MENGETAHUI

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK

Agustina Rifa S.Kep.,Ns Siti Amd.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN D-III KEPERAWATAN
2021
BAB 1
TINJAUAN TEORI
A. Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalag infeksi akut yang melibatkan
organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah,
Infeksi ini disebabkan oleh virus, bakteri, jamur. ISPA akan menyerang apabila
ketahanan tubuh (imun) menurun. ISPA paling banyak ditemukan pada anak
bawah lima tahun karena kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang rentan terhadap berbagai penyakit
( Karundeng Y.M. et al. 2016 )
B. Penyebab ISPA
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang termaksud kesaluran nafas dan
menimbulkan reaksi inflamasi. Selain itu polusi dari bahan bakar kayu tersebut
mengandung zat-zat seperti karbon, sulfur.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut disebabkan oleh bakteri dan virus yang jumlahnya
lebih dari 100 macam.
C. Klasifikasi ISPA
Menurut Depkes ialah :
1. Bukan Pneumonia
Pasien dengan batuk yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan
tidak menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kearah dalam, tidak
ada gangguan tidur, nafsu makan menurun, serta suhu tubuh 37 ºC - < 38ºC.
2. Pneumonia Sedang
Ditandai dengan adanya batuk, pilek, kadang terjadi sesak nafas, dimana frekuensi
nafas cepat pada anak berusia dua bulan sampai kurang dari 1 tahun adalah > 50
kali permenit dan untuk anak usia 1 sampai < 5 tahun adalah > 40 kali, kesulitan
bernafas ditandai dengan adanya penggunaan otot bantu pernafasan.
3. Pneumonia Berat
Gejala pneumonia ISPA sedang ditambah dengan gejala panas tinggi ( suhu tubuh >
38º C, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, kadang disertai penurunan
kesadaran dan perubahan bunyi nafas (stridor).
D. Tanda dan Gejala
1. Hidung tersumbat dan pilek
2. Batuk
3. Demam
4. Nyeri tenggorokan
5. Nyeri kepala ringan
6. Bernafas cepat atau kesulitas bernafas
7. Kebiruan pada kulit akibat kekurangan oksigen
8. Nyeri otot
E. Perjalanan Penyakit
F. Komplikasi ISPA
Jika infeksii terjadi di paru-paru dan tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi
komplikasi yang serius dan dapat berakibat fatal. Komplikasi yang sering terjadi akibat
ISPA ialah gagal nafas akibat paru-paru berhenti berfungsi dan peningkatan karbon
dioksida dalam darah, serta gagal jantung.

G. Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
a) Memperbanyak minum
Memperbanyak minum sebanyak 8 gelas atau lebih dapat
menurunkan sekresi mukosa dan menggantikan kehilangan cairan.
Selain itu, minum air putih serta jus dilaporkan dapat
meningkatkan sistem imun.
b) Kompres hangat
Lakukan kompres hangat pada daerah wajah untuk membuat
pernapasan lebih nyaman, mengurangi kongesti, dan membuat
drainase lebih baik pada rhinosinusitis. Gunakan lap hangat atau
botol berisi air hangat yang diletakkan di atas wajah dan pipi
selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari jika diperlukan.
c) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
d) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap
diteruskan.
2) Farmakologi
a) Terapi Simptomatik
1) Dekongestan oral atau topikal dapat membantu
mengurangi keluhan pada pasien dengan rhinorrhea.
Sebaiknya dekongestan diberikan pada anak di atas 2
tahun karena efek sampingnya seperti gelisah, palpitasi,
dan takikardia. Dekongestan topikal seperti fenilepinefrin
atau oxymetazoline lebih banyak dipakai, sebaiknya
digunakan 3-4 hari saja untuk menghindari efek rebound.
2) Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek
antikolinergik sehingga dapat digunakan untuk
mengurangi rhinorrhea dan bersin. Antihistamin yang
biasanya digunakan adalah chlorpheniramine maleate atau
diphenhydramine.
3) Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk
mengurangi sekresi nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat
menurunkan sekresi dan meningkatkan drainase pada
pasien nasofaringitis atau rinosinusitis, namun bukti
klinisnya masih terbatas. Selain itu, codeine merupakan
obat yang sering digunakan pada pasien dengan keluhan
batuk. Codeine berperan sebagai antitusif yang bekerja
secara sentral
b) Antiviral
Pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral
bisa dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika
terjadi outbreak influenzae dimana manfaat lebih banyak
dibandingkan risiko. Antiviral diberikan pada pasien yang berisiko
tinggi mengalami perburukan gejala. Misalnya pada pasien yang
sedang hamil, bayi usia < 6 bulan, pasien usia > 65 tahun, pasien
immunocompromised, dan pasien dengan morbid obesitas.
Regimen yang bisa digunakan adalah oseltamivir 2 x 75 mg
hingga maksimal 10 hari.
c) Terapi antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga
penggunaan antibiotik tidak efektif dan hanya boleh digunakan
jika terdapat kecurigaan atau konfirmasi adanya infeksi bakteri.
H. Pencegahan
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
1) Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi
yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit
yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air
putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya
itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang
sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga
dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2) Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh
kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang
disebabkan oleh virus / bakteri.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik,dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat
bagi manusia.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui
udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini
biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk
aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol
yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang
dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di,udara), yang
kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
BAB 2

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian

Identitas Pasien
 Nama Pasien
 Umur
 Jenis kelamin
 Alamat

Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
Biasa klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri
otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk pilek dan sakit tenggorokan.
 Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini.
 Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
 Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
pendudukya.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda Vital
Bagaiaman suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah klien
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut, bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala.
4. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah/ pucat
5. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera
ikterik/tidak, keadaan pupil, dan apakah ada gangguan dalam penglihatan.
6. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidaknya secret pada hidung serta
cairan yang keluar, adanya sinus/tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman.
7. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
8. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis.
9. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan

a. Inspeksi
 Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
 Tonsil tampak kemerahan dan edema
 Tampak batuk tidak produktif
 Tidak ada jaringan parut dan leher
 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung
b. Palpasi
 Adanya demam
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan
pada nodus limfe servikalis
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c. Perkusi
 Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
 Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
10. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
11. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak.
Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup
oleh labia mayora.
12. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
13. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan
bentuk. (Nursing Student, 2015).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi saluran
pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis,
inflamasi, peningkatan sekresi,nyeri
3. Defisit Volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat
dan kesulitan menelan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorsi makanan dan
cairan, anoreksia.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan, dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi klien
tertentu dengan siapa perawat sedang bekerja.

NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Pola nafas tidak efektif Noc: Nic:


berhubungan dengan o Vital sign status o Posisikan pasien untuk
proses inflamasi saluran setelah dilakukan memaksimalkan
pernafasan tindakan keperawatan ventilasi
selama 1 hari pasien o Pasang mayo bila perlu
menunjukkan o Lakukan fisioterapi dada
keefektifan pola nafas, jika perlu
dibuktikan dengan o Keluarkan sekret
kriteria hasil:
dengan batuk atau
o Mendemonstrasikan
suction
batuk efektif dan suara
o Auskultasi suara nafas,
nafas yang bersih, tidak
catat adanya suara
ada sianosis dan
tambahan
dyspneu (mampu
o Berikan pelembab udara
mengeluarkan sputum,
kassa basah nacl lembab
mampu bernafas dg
o Atur intake untuk
mudah, tidakada pursed
cairan mengoptimalkan
lips)
keseimbangan
o Menunjukkan jalan
o Monitor respirasi dan
status o2
o Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
o Pertahankan jalan nafas
nafas yang paten (klien yang paten
tidak merasa tercekik, o Observasi adanya tanda
irama nafas, frekuensi tanda hipoventilasi
pernafasan dalam o Monitor adanya
rentang normal, tidak kecemasan pasien
ada suara nafas terhadap oksigenasi
abnormal) o Monitor vital sign
o Tanda tanda vital dalam
o Informasikan pada
rentang normal (tekanan
pasien dan keluarga
darah, nadi, pernafasan)
tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola
nafas.
o Ajarkan bagaimana
batuk efektif
o Monitor pola nafas
2 Bersihan jalan nafas Noc: Nic :
tidak efektif o Aspiration control o Pastikan kebutuhan oral
berhubungan dengan setelah dilakukan / tracheal suctioning
obstruksi mekanis, tindakan keperawatan o Anjurkan pasien untuk
inflamasi, peningkatan selama 2 hari pasien istirahat dan napas
sekresi,nyeri menunjukkan dalam
keefektifan jalan nafas
o Posisikan pasien untuk
dibuktikan
memaksimalkan
dengan kriteria hasil
ventilasi
o Mendemonstrasikan o Lakukan fisioterapi
batuk efektif dan suara dada jika perlu
nafas yang bersih, tidak
o Keluarkan sekret dengan
ada sianosis dan
batuk atau suction
dyspneu (mampu
o Auskultasi suara nafas,
mengeluarkan sputum,
catat adanya suara
bernafas dengan mudah,
tambahan
tidak ada pursed lips)
o Menunjukkan jalan o Monitor status
nafas yang paten (klien hemodinamik
tidak merasa tercekik, o Berikan pelembab udara
kassa basah nacl lembab
o Berikan antibiotik :
1. Ambroxol Syrup
2. Paracetamol Syrup
3. Kotrimoksazol 120
irama nafas, frekuensi mg
pernafasan dalam o Atur intake untuk cairan
rentang normal, tidak mengoptimalkan
ada suara nafas keseimbangan
abnormal) o Monitor respirasi dan
o Mampu status o2
mengidentifikasikan o Pertahankan hidrasi
dan mencegah faktor yang adekuat untuk
yang penyebab. mengencerkan secret
o Saturasi o2 dalam batas o Jelaskan pada pasien
normal dan keluarga tentang
o Foto thorak dalam batas penggunaan peralatan :
normal o2, suction, inhalasi.
3 Defisit Volume cairan Noc Nic :
berhubungan dengan setelah dilakukan o Pertahankan catatan
asupan cairan yang tindakan keperawatan intake dan output yang
tidak adekuat dan selama 1 hari Defisit akurat
kesulitan menelan. volume cairan teratasi o Monitor status hidrasi
dengan kriteria ( kelembaban membran
hasil: mukosa, nadi adekuat,
o Mempertahankan urine tekanan darah ortostatik
output sesuai dengan ), jika diperlukan
usia dan bb, bj urine o Monitor hasil lab yang
normal, sesuai dengan retensi
o Tekanan darah, nadi, cairan (bun , hmt ,
suhu tubuh dalam batas osmolalitas urin,
normal albumin, total protein )
o Tidak ada tanda tanda o Monitor vital sign setiap
dehidrasi, elastisitas 15menit – 1 jam
turgor kulit baik, o Kolaborasi pemberian
membran mukosa cairan iv
lembab, tidak o Monitor status nutrisi
o Berikan cairan oral
o Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output
(50 – 100cc/jam)
o Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
4 Perubahan nutrisi Noc: o Kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan setelah dilakukan makanan
tubuh berhubungan tindakan keperawatan o Kolaborasi dengan ahli
dengan menurunnya selama 1 hari nutrisi gizi untuk menentukan
intake (pemasukan) dan kurang teratasi dengan jumlah kalori dan
menurunnya absorsi indikator: nutrisi yang
makanan dan cairan, o Albumin serum dibutuhkan pasien
anoreksia. o Pre albumin seru o Yakinkan diet yang
o Hematokrit dimakan mengandung

o Hemoglobin tinggi serat untuk

o Total iron binding mencegah konstipasi


o Ajarkan pasien
capacity
bagaimana membuat
o Jumlah limfosit
catatan makanan
harian.
o Monitor adanya
penurunan bb dan gula
darah
o Monitor lingkungan
selama makan
o Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
o Monitor turgor kulit
o Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, hb dan kadar
ht
o Monitor mual dan
muntah
o Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
o Monitor intake nuntrisi
o Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
o Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti ngt/
tpn sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
o Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama makan
o Anjurkan banyak
minum
o Pertahankan terapi iv
line
5 Hipertermi Noc: Nic :
berhubungan dengan thermoregulasi o Monitor suhu sesering
proses infeksi setelah dilakukan mungkin
tindakan keperawatan o Monitor warna dan suhu
selama 1 hari pasien kulit
menunjukkan :
o Monitor tekanan darah,
suhu tubuh dalam batas
nadi dan rr
normal dengan kreiteria
o Monitor penurunan
hasil:
tingkat kesadaran
o Suhu 36 – 37c
o Monitor wbc, hb, dan
o Nadi dan rr dalam
hct
rentang normal
o Monitor intake dan
o Tidak ada perubahan
output
warna kulit dan tidak
o Selimuti pasien
ada pusing, merasa
o Berikan cairan intravena
nyaman
o Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
o Tingkatkan sirkulasi
udara
o Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
o Monitor td, nadi, suhu,
dan rr
o Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
o Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang berbentuk
intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber yang
dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien dan
sumber yang dimiliki klien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program sudah
sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga.
Penyusunan evaluasi dengan menggunakan SOAP yang operasional, dengan
pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan saat
implemantasi. O adalah objektif dengan pengamatan objektif perawat setelah
implementasi. A merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif
dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar mengacu pada
intervensi keperawatan keuarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat
meakukan analisa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa
atau disertai radang parenkim paru. Pada topik ini adalah dibahas ISPA yang
hanya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA yang hanya disebabkan oleh
moikroorganisme lain akan dibahas tersendiri pada topik pneunomia.
B. Saran

Diharapkan melalui makalah ini mahasiswa lebih dapat memahami tentang


infeksi saluran napas akut.
DAFTAR PUSTAKA

Alsagafh, Hood. & Mukty, Abdul. 2002. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya. Airlangga University Press.
Makalah ISPA. pdf

Anda mungkin juga menyukai