Anda di halaman 1dari 31

ASMA BRONKHIAL

OLEH :
FIRMAN, S.Kep, Ns, M.Kes
ASMA BRONKHIAL
 Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas
mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap
rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan,
penyemptan ini bersifat sementara. (NANDA, 2013)
 Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk
bersistem dalam keadaan di mana asma yang paling
mungkin. (Arief Mansjoer dkk, 2000).
 Asma bronkhiale adalah suatu sindrom obstruksi jalan
nafas yang berulang yang ditandai kontraksi otot polos,
hypereksi mucus dan inflamasi. (Buyton, 1994).
DERAJAT ASMA
Pembagian derajat asma menurut GINA sbb:
1. Intermitten
Gejala kurang dari 1x/minggu dan serangan singkat
2. Persisten Ringan
Gejala lebih dari 1x/mgg tp krg dari 1x/hr
3. Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari
4. Persisten berat
Gejala terjadi setiap hari dan serangan sering terjadi
ETIOLOGI
a.  Faktor predisposisi
Ø Genetik
Dimana diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b.  Faktor presipitasi
Ø  Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
 1.  Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

 ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

 2.  Ingestan, yang masuk melalui mulut

 ex: makanan dan obat-obatan

 3.  Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

 ex: perhiasan, logam dan jam tangan


Ø  Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
Ø  Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itujuga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Ø  Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Ø  Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.
PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan  sukar bernafas.
Penyebab umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi
membentukyang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara: seseorang alergi reaksi alergi.
Pada asma, antibodi inisejumlah antibodi IgE
abnormal terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil.
 Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi IgE
orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien), faktor
kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan
dari semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal
pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus
yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama
ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan
tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan
bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat
sebagian maka sumbatan adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi hanya
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu
paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma
akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.
Hal in dapat menyebabkan barrel chest.
MANIFESTASI KLINIK
 Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispenea, dan mengi. Pada
beberapa keaadaan batuk merupakan satu-satunya gejala, serangan
asma sering kali terjadi pada malam hari. (Smeltzer & Suzanne,
2001)
 Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak
bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke
depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
 Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada
sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan
asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara
lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada,
takikardi, dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering
terjadi pada malam hari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Ø  Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
Ø  Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
Ø  Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
Ø  Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
Ø  Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan
dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
Ø  Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right
axis deviasi dan clock wise rotation
Ø  Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB (Right Bundle branch Block)
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas
reversibel. Pemeriksaan spirometri tdak saja penting
untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
KOMPLIKASI
 Berbagai komplikasi yang mungkin timbul (vietha,
2009)adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau
yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan
respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan
dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita
harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh
paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus
maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga
pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah
penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung
udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.
PENATALAKSANAAN
 Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat
mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun
keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnyasehingga penderita mengerti
tujuan penngobatan yang diberikan danbekerjasama
dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
PENGOBATAN PADA ASMA BRONKHIAL
TERBAGI 2, YAITU:
1. Pengobatan non farmakologik:
 Memberikan penyuluhan

 Menghindari faktor pencetus

 Pemberian cairan

 Fisiotherapy

 Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik :
 Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :

a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)


Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin
dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-
lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya
penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam
bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan
ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya
muntah atau lambungnya kering).
c. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat
pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk
penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang
lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu
bulan.
d.Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali
1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika
secara oral. (tanjung, 2003)
PENCEGAHAN
a.  Menjaga Kesehatan Tubuh
Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma bronchiale. Usaha yang dilakukan berupa makan
makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup,
rekreasi dan olah raga yang sesuai untuk mengatasi penyakit.
b.  Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma, keadaan rumah misalnya sangat penting
diperhatikan, rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya
matahari, saluran pembuangan air limbah harus lancar, dan kamar tidur
sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.
c.  Menghindari faktor pencetus serangan penyakit asma
perubahan dalam suhu lingkungan, pertukaran atmosfir (asap rokok dan
industri ozon), bau yang menyengat (parfum) alergen, olah raga yang
berlebihan, stres dan gangguan emosional.
d.  Menggunakan obat-obat anti penyakit asma, sebagai pencegah penyakit.
PENGKAJIAN
 Pemeriksaan Fisik
 Thoraks

a. Inspeksi
 Dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke
bawah disebabkan oleh udara dalam paru-paru susah untuk
dikeluarkan karena penyempitan jalan nafas. Frekuensi
pernafasan meningkat dan tampak penggunaan otot-otot
tambahan (www.medlinux.blogspot.com).
b. Palpasi.
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil
fremitus. Pada asma, paru-paru penderita normal karena yang
menjadi masalah adalah jalan nafasnya yang menyempit
(Laura A.T.;1995).
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah disebabkan
karena kontraksi otot polos yang mengakibatkan
penyempitan jalan nafas sehingga udara susah dikeluarkan
dari paru-paru (Laura A.T.;1995).
d. Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan
bunyi pernafasan wheezing karena sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat (Karnen B .;1994).
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Ø  Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit
paru sebelumnya
Ø  Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap
zat/faktor lingkungan
b.Aktivitas
Ø  Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit
bernafas
Ø  Adanya penurunan kemampuan/peningkatan
kebutuhan bentuan melakukan aktivitas sehari-hari
Ø  Tidur dalam posisi duduk tinggi
c. Pernapasan
Ø  Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktivitas atau latihan
Ø  Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di
tempat tidur
Ø  Menggunakan alat bantu pernapasan, misal
meninggikan bahu, melebarkan hidung.
Ø  Adanya bunyi napas mengi
Ø  Adanya batuk berulang
d. Sirkulasi
Ø  Adanya peningkatan tekanan darah
Ø  Adanya peningkatan frekuensi jantung
Ø  Warna kulit atau membran mukosa
normal/abu-abu/sianosis
e.   Integritas ego
Ø  Ansietas
Ø  Ketakutan
Ø  Peka rangsangan
Ø  Gelisah
f.     Asupan nutrisi
Ø  Ketidakmampuan untuk makan karena distress
pernapasan
Ø  Penurunan berat badan karena anoreksia
g.   Hubungan sosial
Ø  Keterbatasan mobilitas fisik
Ø  Susah bicara atau bicara terbata-bata
Ø  Adanya ketergantungan pada orang lain
DIAGNOSA KEPERAWATAN ATAU
MASALAH YG PLG SERING MUNCUL
 Ketdakefektifan bersihan jalan nafas b.d mucus dalam
jumlah brlebihan, peningkatan produksi mucuc, eksudat
dalam alveoli dan bronkospasme.
 Gangguan pertukaran gas b.dretensi karbon dioksida

 Penurunan curah jantung b.d perubahan kontakbilitas


dan volume sekuncup jantung
 Ketidak efektifan pola napas b.d keletihan otot
pernapasan dan deformitas dinding dada
 Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (hipoksia)
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d laju metabolik, dispnea saat makan, kelemahan otot
pengunyah
 Ansietas

 Kurang Pengetahuan

(NANDA)
INTERVENSI
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme, peningkatan produksi sekret, penurunan
energi/kelemahan.
Ø Tujuan  : Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih
/ jelas.
Ø Kriteria Hasil  : Menunjukan perilaku perbaikan bersihan jalan
nafas, misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Ø Intervensi:
 Mandiri

1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya :


mengi, ronki.
R  :   Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat / tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas
adventisius.
2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi.
R  :   Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres.
3. Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya : debu, asap
yang berhubungan dengan kondisi individu.
R  :   Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger
episode akut.
4. Dorong / bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R  :   Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
5. Observasi karakteristik batuk misal : menetap, batuk pendek dan
basah.
R  :   Batuk dapat menetap tapi tidak efektif terutama pada lansia,
sakit akut atau kelemahan.
 Kolaborasi :
Berikan obat sesuai indikasi.
1. Bronkodilator misal : adrenalin dan profentil.
R  :   Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti
lokal, menurunkan produksi mukus dan mengi.
2. Xantin misal : aminopillin, okstripillin dan teofilin.
R  :   Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos
dengan peningkatan langsung siklus AMP.
3. Berikan humidifikasi tambahan misal : nebulizer
ultranik
R : Kelembaban menurunkan sekret dan mempermudah
pengeluaran.

Anda mungkin juga menyukai