Farmakoterapi Terapan
Disusun oleh :
Terminologi
8 2 Prevalensi
Medik Asthma
3 Patofisiologi
Interaksi Obat 7
Pengobatan pada 6 5 4
Kondisi Khusus Faktor Resiko
Penanganan farmakologi
& non farmakologi
DEFINISI
Prevalensi asma di Indonesia adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma
sekitar 11.179.032. Asma berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia
10-14 tahun dan orang tua usia 75-79 tahun. Di luar usia tersebut kematian dini berkurang, namun
lebih banyak memberikan efek disabilitas. Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar penyakit yang
menyebabkan disabilitas di seluruh dunia.
Prevalensi asma di Indonesia mencapai 4,5% atau setara dengan 11,8 juta pasien. Sementara itu,
prevalensi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) mencapai 3,7% setara dengan 9,7 juta jiwa. Hanya
29% dari populasi penderita dewasa penyakit asma yang dirawat, sisanya tidak terawat atau
terawatt sebagian.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
GEJALA
01 ANAMNESIS
Ada beberapa hal yang harus ditanyakan dari pasien asma antara lain:
• Apakah ada batuk yang berulang terutama pada • Apakah gejala-gejala tersebut diatas berkurang
malam hari menjelang dini hari ? atau hilang setelah pemberian obat pelega
• Apakah pasien mengalami mengi atau dada terasa (bronkodilator) ?
berat atau batuk setelah terpajan alergen atau • Apakah ada batuk, mengi, sesak didada jika terjadi
polutan ? perubahan musim/cuaca atau suhu yang ekstrim
• Apakah pada waktu pasien mengalami salesma (tiba-tiba) ?
(common cold) merasakan sesak didada dan • Apakah ada penyakit alergi lainnya (rhinitis,
salesmanya menjadi berkepanjangan (10 hari atau dermatitis atopi, konjunktivis alergi) ?
lebih) ? • Apakah ada keluarga (kakek/nenek/orang tua,
• Apakah ada mengi atau rasa berat didada atau batuk anak, saudara kandung, saudara sepupu ada yang
setelah melakukan aktifitas atau olah raga ? menderita asma atau alergi ?
DIAGNOSIS
02 PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkannya kelainan.
Tanda-tanda asma yang paling sering ditemukan adalah mengi, namun pada sebagian pasien
asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Pada asma yang sangat berat mengi dapat tidak
terdengar (silent chest) biasanya pasien dalam keadaan sianosis dan kesadaran menurun.
Secara umum pasien yang sedang mengalami serangan asma dapat ditemukan hal-hal
sebagai berikut, sesuai derajat serangan :
• Inspeksi
• Palpasi
• Perkusi
• Puskultasi
DIAGNOSIS
03 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometer.
Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peek flow rate meter.
Uji reversibilitas dengan bronkodilator.
Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hipereaktivitas bronkus.
Uji alergi (tes tusuk kulit / skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi.
Foto toraks, penyakit ini digunakan untuk menyingkirkan penyakit selain asma.
DIAGNOSIS BANDING
ANAK DEWASA
• Rinosinusitis
• Refluks gastroesofageal • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
TERAPI TUJUAN
TERAPI
ASMA PARAH AKUT
1. Perbaikan Hipoksemia signifikan.
2. Pembalikan tempat penutupan saluran
udara.
3. Pengurangan kecenderungan penutupan
aliran udara yang parah timbul kembali.
4. Pengembangan rencana aksi tertulis jika
keadaan memburuk.
PENANGANAN
FARMAKOLOGI
TUJUAN :
PELEGA PENGONTROL
PENANGANAN
FARMAKOLOGI
Untuk dilatasi jalan napas Tidak memperbaiki
melalui relaksasi otot polos. inflamasi jalan napas atau
menurunkan
hiperesponsif jalan napas.
TERAPI PENGONGTROL
Klasifikasi Keparahan : Ciri Klinis Sebelum Penanganan Pengobatan yang Diperlukan untuk Pemeliharaan Kontrol Jangka Panjang
3
Gejala/Siang PEF atau FEV1
Pengobatan Sehari-hari
Gejala/Malam Variabilitas PEF
LANGKAH 4 Kontinyu <60%
Parah Sering >30% Pengobatan utama
Persisten - Dosis tinggi inhalasi kortikosteroid, dan
- Inhalasi β2 agonis kerja panjang, dan jika diperlukan
- Kortikossteroid tablet atau sirup (2 mg/kg/hari, tidak boleh melebihi 60mg/hari). (Pemakaian berulang dapat mereduksi
kortikosteroid sistemik dan untuk pemeliharaan gunakan kortikosteroid dosis tinggi)
Setiap hari >60 % - <80%
Pengobatan Utama
LANGKAH 3 >1 malam/minggu 20-30%
Dosis rendah-menengah inhalasi kortikosteroid dan inhalasi β2 agonis kerja panjang
Sedang
Alternatif Pengobatan
Persisten
- Meningkatkan inhalasi kortikosteroid dengan range dosis sedang, atau
- Dosis rendah sampai tinggi inhalasi kortikosteroid dan salah satu modifikasi leukotrien atau teofilin
Penanganan 1. Bronkodilator kerja pendek : Inhalasi β2 agonis kerja pendek 2-4 hirupan digunakan pada yang masih gejala
cepat semua 2. Intensitas pengobatan akan tergantung pada parahnya eksaserbasi : Mulai pengobatan pada interval 20 menit atau menggunakan nebulizer tunggal, jika diperlukan
pasien 3. Penggunaan β2 agonis kerja pendek/cepat lebih dari 2 kali/minggu pada asma berselang/intermiten (setiap hari atau peningkatan penggunaan asma yang
persisten), mengindikasikan diperlukannya peningkatan atau terapi kontrol jangka panjang.
PENANGANAN
FARMAKOLOGI
METILXANTIN
KORTIKOSTEROID
Teofilin menghasilkan bronkodilatasi dengan
Kortikosteroid meningkatkan jumlah reseptor menginhibisi fosfodiesterase, yang juga dapat
β2-adrenergik dan meningkatkan respon menghasilkan antiinflamasi dan aktivitas
reseptor terhadap stimulasi β2-adrenergik, nonbronkodilatasi lain melalui penurunan
yang mengakibatkan penurunan produksi pelepasan mediator sel mast, penurunan
mukus dan hipersekresi, mengurangi pelepasan protein dasar eosinophil, penurunan
hiperresponsivitas bronkus, serta mencegah proliferasi limfosit T, penurunan pelepasan sitokin
dan mengembalikan perbaikan jalur nafas. sel T, dan penurunan eksudasi plasma. Teofilin juga
menginhibisi permeabilitas vaskuler, meningkatkan
klirens mukosiliar, dan memperkuat kontraksi
diafragma yang kelelahan
PENANGANAN
FARMAKOLOGI
KROMOLIN NATRIUM
ANTIKOLINERGIK dan
Bekerja dengan memblok efek bronkokontriksi
NEDOKROMIL SODIUM
dari asetilkolin pada reseptor muskarinik M3 Menginhibisi respon terhadap paparan alergen
yang terdapat pada otot polos saluran napas dan bronkospasme di induksi latihan tetapi
tidak menyebabkan bronkodilatasi. Kedua obat
Contoh: ini diindikasikan untuk profilaksis asma
persisten ringan pada anak dan dewasa. Efektif
Ipratropium dan Tiotropium Bromida
jika dihirup. Kromolin obat pilihan kedua untuk
pencegahan bronkospasme yg diinduksi latihan
fisik dan dapat digunakan bersama agonis ß2
PENANGANAN
FARMAKOLOGI
OMALIZUMAB
Merupakan antibodi anti-IgE yang digunakan untuk pengobatan
asma yang tidak dapat ditangani dengan baik oleh kortikosteroid
hirup dosis tinggi. Dosis ditentukan berdasarkan IgE serum total
dasar(IU/mL) dan BB pasien(kg), diberikan subkutan dengan interval
2 atau 4 minggu.
PENANGANAN
NON FARMAKOLOGI
Menjaga dari faktor-faktor Pola hidup sehat
yang dapat memicu serangan.
meningkatkan kepatuhan
(compliance) dan kemampuan
penanganan mandiri
PENGOBATAN KONDISI
KHUSUS
Derajat Gambaran Klinis Pengobatan Yang Dibutuhkan Untuk
Sebelum Terapi Atau
Terapi Asma Penyakit Control Control Memelihara Efek Jangka Panjang
Untuk
Tahap 1 ≤2 hari dalam 1 Minggu • Tidak diperlukan pengobatan harian.
intermitten ≤2 malam dalam 1 bulan • Bila terjadi serangan asma berat dianjurkan pemberian kortikosteroid
IBU HAMIL ≥ 80%
≤ 20%
sistemik
untuk jangka waktu singkat.
• Pelega cepat → Bronkodilator kerja singkat : 2-4 semprot β-2 agonis
inhalasi kerja
singkat, untuk mengatasi gejala semua pasien.
• Intensitas terapi tergantung pada berat serangan, jika intensitasnya lebih
dari 3 pengobatan dalam interval waktu 20 menit atau memerlukan terapi
inhalasi, maka dianjurkan pemberian kortikosteroid sistemik.
• Penggunaan β-2 agonis inhalasi kerja singkat lebih dari 2 kali dalam 1
minggu pada asma intermitten (setiap hari atau kebutuhan inhaler yang
meningkat pada asma persisten) menandakan peningkatan kebutuhan
terapi kontrol jangka lama.
PENGOBATAN KONDISI
KHUSUS
Derajat Gambaran Klinis Pengobatan Yang Dibutuhkan Untuk
Sebelum Terapi Atau
Penyakit Control Memelihara Efek Jangka Panjang
Terapi Asma
Control
Tahap 2 >2 hari dalam1 minggu • Terapi yang dianjurkan :
Untuk persisten tetapi < setiap hari Kortikosteroid inhalasi dosis rendah
ringan >2 malam dalam • Terapi alternatif :
1 bulan Antagonis reseptor leukotrien, atau Teofilin lepas lambat sampai
LAKTASI
INTERAKSI OBAT
1
Epinefrin / Terbutalin
VS
Obat Asma
VS 2
stimulan lain β - bloker
Bekerja sinergis meningkatan rangsang di SSP β - bloker mempunyai mekanisme antagonis di reseptor β.
Terjadi takikardia, tremor, agitasi, gelisah, palpitasi β - bloker selektif hanya bekerja di reseptor β1 di jantung,
jantung, demam, hilangnya koordinasi otot, sedangkan β - bloker non selektif bekerja antagonis pada
pernafasan cepat dan dangkal, insomnia. reseptor β1 di jantung dan β2 di bronkus.
Stimulan lain : Amfetamin, Antidepresan MAOI, Saluran bronkus tidak akan terdilatasi
3
Epinefrin
VS
Obat Asma
VS 4
Antipsikosis Obat Antihipertensi
Meningkatkan efek obat asma Antihipertensi bekerja dengan menurunkan tekanan darah
perifer dan vasodilatasi pembuluh darah; menghambat
Kenaikan tekanan darah yang berbahaya enzym ACE, sebagai vasodilator (α2-bloker)
5
Epinefrin
VS
Obat Asma
VS 6
Antidepressan Simetidin
7
Obat Asma
VS
Obat Asma
VS 8
Eritromisin Antidiabetes
S O
Sesak nafas selama 3 hari Tanda vital :
dan terjadi penumpukan Tekanan darah : 140/90 mmhg
Pernafasan : 37 kali / menit
secret yang terjadi jika suhu
Nadi : 110 kali/ menit
dingin. Pola nafas : cepat dalam
Batuk : Iya
Suhu tubuh : 37˚C
Assesment Planning
A P
Berdasarkan diagnosis dokter Terapi farmakologi
pasien mengalami asma Infus RL 20 tetes/menit +
bronkial (preresisten sedang). aminofilin 1 ampul
Injeksi metilpredisolon 1 vial (125
mg/ ml)
Dari hasil pemeriksaan tanda Nebulizer inhalasi combivent
vital pasien, (ipratropium bromide and
pernafasan : 37 kali/ menit albuterol sulfate)
(dewasa normal : 16 - 20 kali/ GG
menit) Atenolol
Terapi non farmakologi
Pemasangan 02 (canul nasal)
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, Karen (Ed.). (2013). Stockley's Drug Interactions: 9th Edition UK: Pharmaceutical Press.
Elin, Yuliana., Retnosari, A., Joseph. L. S., I, Ketut, Adayana., Adji, Prayitno., Kusnandar. 2008. ISO
Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penebitan
Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. 2019
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
Sukandar, Elin Yulinah., Ayuningtyas, Dhyan Kusuma, 2008, Obat pada Kehamilan dan Menyusui, Isfi
Penerbitan, Jakarta Barat.
Team Medical Mini Notes. 2017. Basic Pharmacology & Drug Notes. Makassar : MMN Publishing
THANK
YOU