Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN


AUTISME
Ikeu Nurhidayah, M.Kep., Sp.Kep.An

Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Padjadjaran
2014

Autisme menurut Rutter 1970 adalah


Gangguan yang melibatkan kegagalan
untuk mengembangkan hubungan antar
pribadi (umur 30 bulan), hambatan
dalam pembicaraan, perkembangan
bahasa, fenomena ritualistik dan
konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)

Autisme masa kanak-kanak


dini adalah penarikan diri
dan kehilangan kontak
dengan realitas atau orang
lain. Pada bayi tidak
terlihat tanda dan gejala.
(Sacharin, R, M, 1996 : 305)

1. Autistik Disorder ( Autism)


2. Asperger
3. Pervasive Developmental DisorderNot Otherwise Specified (PD-NOS)
4. Retts Syndrome
5. Childhood Disintegrative
Disorder (CDD)

1. Autistik Disorder/ Autisme infantil


Gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya
sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur
3 tahun.
2. Asperger Sindrom
Mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi,
interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah
seperti pada Autisme. Pada kebanyakan dari anakanak ini perkembangan bicara tidak terganggu.
Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada
juga yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun
mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi
secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya
searah, terobsesi dengan kuat pada suatu benda/
subjek tertentu, mempunyai sifat yang kaku, dan
perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma
sosial.

3. Pervasive Developmental Disorder- Not Otherwise


Specified (PD- NOS)
Gejala gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi, interaksi
maupun perilaku, namun gejalanya tidak sebanyak seperti pada
autisme infantil. Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan,
sehingga kadang-kadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata,
ekspresi fasial tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.

4. Childhood Disintegrative Disorder (CDD)


Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah
bahwa anak tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama
beberapa tahun, sebelum terjadi kemunduran yang hebat. Gejalanya
biasanya timbul setelah umur 3 tahun. Anak tersebut biasanya sudah
bisa bicara dengan sangat lancar, sehingga kemunduran tersebut
menjadi sangat dramatis. Bukan saja bicaranya yang mendadak
terhenti, tapi juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannyapun ikut
mundur. Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul perilaku
berulang-ulang dan stereotipik.

5. Rett Syndrom
Gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak
wanita. Mulai sekitar umur 6 bln mereka mulai mengalami
Kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai
berkurang antara umur 5 bulan - 4 tahun. Gerakan tangan
menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang,
disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri
secara sosial. Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak
terkoordinasi.Seringkali memasukan tangan kemulut,
menepukkan tangan dan membuat gerakan dengan dua
tangannya seperti orang sedang mencuci baju. Hal ini
terjadi antara umur 6-30 bulan. Terjadi gangguan
berbahasa, perseptif maupun ekspresif disertai
kemunduran psikomotor yang hebat. Gejala-gejala lain
yang sering menyertai adalah gangguan pernafasan,
otot-otot yang makin kaku , timbul kejang, scoliosis tulang
punggung, pertumbuhan terhambat dan kaki makin
mengecil (hypotrophik).

Penyebab pasti belum diketahui. Beberapa ahli


menyebutkan penyebab autis disebabkan
karena multifaktoral yaitu:
Genetik (80% untuk kembar monozigot dan
20% untuk kembar dizigot) terutama pada
keluarga anak autistik (abnormalitas kognitif
dan kemampuan bicara).
Kelainan kromosom (sindrom x yang mudah
pecah atau fragil).
Neurokimia (katekolamin, serotonin,
dopamin belum pasti).

Pada kehamilan trimester pertama, yaitu (0-4


bln), faktor pemicu: infeksi( toksoplasmosis,
rubella, candida,dsb), alergi berat (Pb, Al, Hg,
Cd), zat adiktif (MSG, pengawet, pewarna),
alergi berat, obat-obatan, hiperemesis,
perdarahan berat dll.
Pada proses kelahiran (partus lama) terjadi
gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin,
pemakaian forceps,dll.
Pada post partum atau sesudah lahir dapat
terjadi akibat pengaruh: infeksi ringan-berat
pada bayi, imunisasi MMR dan Hepatitis B
(tetapi msh kontroversial), logam berat dll.

Cidera otak, kerentanan utama, aphasia,


defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak
menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur
serebellum, lesi hipokompus otak depan.
Penyakit otak organik dengan adanya
gangguan komunikasi dan gangguan sensori
serta kejang epilepsy.
Lingkungan terutama sikap orang tua, dan
kepribadian anak.

Kelainan anatomis pada lobus parietalis, yang


menyebabkan anak cuek pada l ingkungannya.
Kelainan juga ditemukan pada otak kecil
(cerrebelum) terutama pada lobus VI dan VII.
Otak kecil bertanggung jawab atas proses
sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa
dan proses atensi (perhatian). Didapatkan jumlah
sel purkinye di cerrebelum yang sangat sedikit,
sehingga terjadi gangguan keseimbangan
serotonin dan dopamin, akibatnya terjadi
gangguan atau kekacauan lalu lalang impuls di
otak.

Kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang


disebut hipocampus dan amygdala, akibatnya terjadi
gangguan fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi.
Anak kurang dapat mengendalikan emosinya,
seringkali terlalu agresif atau sangat pasif. Amygdala
bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang
sensoris seperti pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan, rasa dan rasa takut.
Hipocampus bertanggung jawab terhadap fungsi
belajar dan daya ingat , terjadi kesulitan menyimpan
informasi baru. Perilaku yang diulang-ulang, yang
aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan
hippocampus.

PATOFISIOLOGI
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan 3
sampai 7 bulan. Pada trimester ketiga,
pembentukan sel saraf berhenti dan
dimulai pembentukan akson, dendrit, dan
sinaps yang berlanjut sampai anak berusia
sekitar dua tahun. Kelainan genetis,
keracunan logam berat, dan nutrisi yang
tidak adekuat dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada proses proses
tersebut. Sehingga akan menyebabkan
abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

Patofisiologi Lanjutan...

Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru


lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada
penderita autis dipicu oleh berlebihnya
neurotropin dan neuropeptida otak (brainderived neurotrophic factor, neurotrophin-4,
vasoactive intestinal peptide, calcitoninrelated gene peptide) yang merupakan zat
kimia otak yang bertanggung jawab untuk
mengatur penambahan sel saraf, migrasi,
diferensiasi, pertumbuhan, dan
perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth
factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth
without guidance, di mana bagian-bagian
otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.

Patofisiologi Lanjutan...

Berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat


keluar hasil pemrosesan indera dan impuls
saraf) di otak kecil pada autisme, diduga
merangsang pertumbuhan akson, glia
(jaringan penunjang pada sistem saraf pusat),
dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak
secara abnormal atau sebaliknya,
pertumbuhan akson secara abnormal
mematikan sel Purkinye. Gangguan pada sel
Purkinye dapat terjadi secara primer atau
sekunder. Bila autisme disebabkan faktor
genetik, gangguan sel Purkinye merupakan
gangguan primer yang terjadi sejak awal
masa kehamilan.

Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong


atau menghibur anak, anak tidak berespon saat
diangkat dan tampak lemah.
Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang
autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu,
dan tercengang pada suara lainnya. Bicara
dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan

1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun


non verbal.
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial.
3. Gangguan dalam bermain
4. Gangguan perilaku
5. Gangguan perasaan dan emosi
6. Gangguan dalam persepsi sensoris
7. Gangguan sistem pencernaan (leaky gut
syndrom) dan tidak sempurnanya absorbsi
kasein dan gluten.
8. Intelegensia

Menurut Baron dan Kohen (1994) ciri utama anak autisme


adalah:
Interaksi sosial dan perkembangan sosial yang
abnormal.
Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang
normal.
Minat serta perilakunya terbatas, terpaku,
diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak imajinatif
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
Ciri yang khas pada anak autis:
Defisit keteraturan verbal.
Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal
balik.
Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang
dirasakan atau dipikirkan orang lain).

DETEKSI DINI ANAK AUTISM


Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya:
Pada usia 6 bln-2 thn: anak tidak mau dipeluk
atau menjadi tegang, bila menghadapi
orangtuanya cuek, tidak bersemangat dalam permainan
sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya
menggunakan kata-kata.
Pada usia 2-3 tahun dengan gejala suka mencium atau
menjilati benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas,
menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak
untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh
menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang
tuanya.

Lanjutan Deteksi Dini Anak Autism...

Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua


bahwa anak merasa sangat terganggu bila terjadi rutin
pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau
berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang
apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah
beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada
suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton),
kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki),
tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga
berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.

PENATALAKSANAAN MEDIK

Dalam terapi farmakologi dinyatakan belum


ada terapi khusus yang menyembuhkan
kelainan ini. Medikasi yang berguna
terhadap gejala yang menyertai misalnya
haloperidol,risperidone dan obat anti
psikotik terhadap perilaku,instabilitas
mood. Obat antidepresi jenis SSRI dapat
digunakan terhadap ansietas, kecemasan,
mengurangi stereotif dan perilaku
perseveratif dan mengurangi ansietas dan
fluktuasi mood. Perilaku mencederai diri
sendiri dan mengamuk kadang dapat diatasi
dengan obat naltrexone.

PENATALAKSANAAN NON MEDIK


Umumnya terapi yang diberikan adalah terhadap
gejala, edukasi dan penerangan kepada keluarga
serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak :
1. Intervensi edukasi yang intensif,lingkungan yang
terstruktur,atensi individual,staf yang terlatih
baik,peran serta orang tua dapat meningkatkan
prognosis.
2. Terapi perilaku untuk menyesuaikan diri dalam
masyarakat terdiri dari terapi wicara,terapi
okupasi,dan menghilangkan perilaku asosial.
3. Terapi akupuntur, metode tusuk jarum ini
diharapkan bisa menstimuli sistem saraf pada otak
hingga dapat bekerja kembali.

Lanjutan Penatalaksanaan Non Medik...

4. Terapi musik, diharapkan memberikan getaran


gelombang yang akan berpengaruh terhadap
permukaan membran otak, harapannya fungsi
indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
5. Terapi lumba-lumba, gelombang suara yang
dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh
pada perkembangan otak anak autis, gelombang
suara dari lumba-lumba dapat meningkatkan
neurotransmitter .Terapi Gelombang Otak untuk
Autis ini menggunakan Frekwensi Gelombang
SMR atau Sensori Motor Rhytm.

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga.
2. Riwayat keluarga yang terkena autisme
3. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan.
(Sering terpapar zat toksik seperti timbal), cedera otak.
4. Status perkembangan anak
- anak kurang merespon orang lain.
- anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
- anak mengalami kesulitan dalam belajar.
- keterbatasan kognitif.
5. Pemeriksaan fisik
- tidak ada kontak mata pada anak
- anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/ disentuh)
- terdapat ekolalia
- tidak ada ekspresi non verbal
- sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
- anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
- peka terhadap bau

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelemahan interaksi sosial b. d
ketidakmampuan untuk percaya pada
orang lain.
2. Hambatan komunikasi verbal dan non
verbal b.d rangsangan sensori tidak
adequat, gangguan keterampilan reseptif
dan ketidakmampuan mengungkapkan
perasaan.
3. Risiko tinggi cidera: menyakiti diri b.d
kurang pengawasan.
4. Kecemasan pada orang tua b.d
perkembangan anak.

C. INTERVENSI
DP 1: Kelemahan interaksi sosial b. d ketidakmampuan untuk
percaya pada orang lain.
Tujuan: Klien mau memulai interaksi dengan pengasuhnya.
Intervensi:
1. Batasi jumlah pengasuh pada anak.
2. Tunjukkan rasa kehangatan/ keramahan dan penerimaan pada
anak.
3. Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan kepercayaan.
4. Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan
orang lain.
5. Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain.
6. Berikan sentuhan, senyuman dan pelukan untuk menguatkan
sosialisasi.

DP 2: Hambatan komunikasi verbal dan non verbal b.d


rangsangan sensori tidak adequat, gangguan
keterampilan reseptif dan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan.
Tujuan: klien dapat berkomunikasi dan mengungkapkan
perasaan kepada orang lain.
Intervensi:
- Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami
komunikasi anak.
- Gunakan kalimat sederhana dan lambang/ maping
sebagai media.
- Anjurkan kepada orang tua/ pengasuh untuk
melakukan tugas secara konsisten.
- Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anak sampai anak
menguasai.
- Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.

DP 3:Resiko tinggi cedera: menyakiti diri b.d kurang


pengawasan.
Tujuan: klien tidak menyakiti dirinya.
Intervensi:
- Bina hubungan saling percaya.
- Alihkan perilaku menyakiti diri yang terjadi akibat
respon dari peningkatan kecemasan.
- Alihkan/ kurangi penyebab yang menimbulkan
kecemasan.
- Alihkan perhatian dengan hiburan/ aktivitas lain untuk
menurunkan tingkat kecemasan.
- Lindungi anak ketika perilaku menyakiti diri terjadi
- Siapkan alat pelindung/ proteksi
- Pertahankan lingkungan yang aman.

DP 4: Kecemasan pada orang tua b.d perkembangan


anak.
Tujuan: kecemasan berkurang/ tidak berlanjut.
Intervensi:
- Tanamkan pada orang tua bahwa autis bukan aib.
- Anjurkan orang tua untuk membawakan anak ke tempat
terapi yang berkualitas baik serta melakukan secara
konsisten.
-Berikan motivasi kepada orang tua agar dapat menerima
kondisi anaknya yang spesial.
- Anjurkan orang tua untuk mengikuti perkumpulan orang
tua dengan autis, seperti kegiatan autis awarness
festival.
- Berikan informasi mengenai penanganan anak autis
- Beritahukan kepada orang tua tentang pentingnya
menjalankan terapi secara konsisten dan kontinue.

Anda mungkin juga menyukai