Anda di halaman 1dari 25

BAB VII

PERTOLONGAN AMBULANSI
DAN MOBILISASI PASIEN

Nita sari, S.Kep., Ns


C. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke Kursi

1. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi

roda, yakinkan bahwa kursi roda dalam posisi terkunci.

2. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.

3. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip.

4. Regangkan kedua kaki perawat.

5. Fleksikan panggul dan lutut perawat, sejajarkan lutut perawat dengan pasien.

6. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila pasien dantempatkan tangan pada skapula pasien.

7. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul dan kaki,pertahankan lutut agak fleksi.

8. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut perawat.

9. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara langsung kedepan kursi.

10. Instruksikan pasien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong.

11. Fleksikan panggul perawat dan lutut saat menurunkan pasien ke kursi.

12. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat.

13. Stabilkan tungkai dengan selimut mandi.

14. Ucapkan terima kasih atas upaya pasien dan puji pasien untuk kemajuan danpenampilannya.
d. Memindahkan Pasien dari Kursi Roda ke Tempat Tidur

1) Persiapan alat:

Kursi roda dan handscoen (Jika perlu)

2) Persiapan pasien

Pasien berada di kursi roda

3) Persiapan tempat

a) Atur posisi kursi roda pada posisi yang tepat.

b) Letakan kursi roda sejajar atau sedekat mungkin dengan tempat tidur, dan kunci semua roda.

Prosedur kerja :

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2) Cuci tangan

3) Minta pasien untuk meletakan tangan disamping badan atau memegang telapak tangan perawat.

4) Berdiri disamping pasien berpegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien.

5) Bantu pasien untuk jalan ketempat tidur .

6) Observasi respon pasien saat berdiri di kursi roda.

7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

8) Catat tindakan dan respon pasien.


e. Membantu berjalan
1) Anjurkan pasien untuk meletakan tangan disamping badan atau
memegang telapak tangan perawat.
2) Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu
pasien.
3) Bantu pasien berjalan.
f. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar
1) Persiapan alat
Brankar dan handscoen
2) Persiapan pasien
Pasien berada ditempat tidur
3) Persiapan tempat
a) Atur posisi tempat tidur pada posisi yang tepat
b) Letakan brankar sejajar atau sedekat mungkin dengan pasien
Prosedur kerja:
1) ikuti protokol standar
2) atur brankar dalam posisi terkunci sudut 90 derajat terhadap tempat tidur.
3) dua atau tiga orang perawat mengahadap ketempat tidur/pasien
g. Melatih berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan
Kruk dan tingkat sering diperlukan untuk meningkatkan mobilitas pasien. Melatih berjalan dengan
menggunakan alat bantu jalan merupakan kewenangan fioterapi. Namun, perawat tetap bertanggung jawab
untuk menindaklanjuti dalam menjamin bahwa perawatan yang tepat dan dokumentasi yang lengkap dilakukan.
h. Memindahkan pasien dari brankar ke tempat tidur
Memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, atau tidak sadar dari brankar ke
tempat tidur, tidak boleh dilakukan sendiri. Letakan kursi roda sejajar atau sedekat mungkin dengan tempat
tidur, kunci semua roda kursi.
Persiapan:
1) Persiapan Alat
Brankar dan handscoen jika perlu
2) Persiapan Pasien
a) Pasien berada dibrankar
b) Jelaskan prosedur pada pasien
3) Persiapan Tempat
a) Atur posisi brankar pada posisi yang tepat
b) Letakan brankar sejajar atau sedekat mungkin dengan tempat tidur.
4) Prosedur Kerja
1) Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap
tempat tidur.
2) Dua atau Tiga orang perawat menghadap ketempat tidur/pasien
3) Silangkan tangan pasien kedepan dada.
4) Tekuk lutu anda, kemudian masukan tangan tangan anda kebawah tubuh
pasien.
6) Perawat pertama meletakan tangan dibawah leher/bahu dan bawah
pinggang, perawat kedua meletakan tangan dibawah pinggang dan panggil
pasien, sedangkan perawat ketiga meletakan tangan dibawah pinggul pasien
dan kaki.
7) Pada hitungan ketiga angkat pasien bersama-sama dan pindahkan ke
brankar.
8) Atur posisi pasien dan atur pengaman.
3. Alat-alat yang digunakan dalam
pelaksanaan Ambulansi
a. Kruk
Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen untuk
meningkatkan mobilisasi serta menopang tubuh untuk keseimbangan pasien. Misalnya:
conventional, adjustable, dan lofstrand.
b. Canes
Canes (Tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang
yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi tongkat
berkaki panjang lurus (Single stight-legged) dan tongkat berkaki segi empat (quad cane).
c. Walkers
Yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang kokoh
digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang kuat dan
mampu menopang tubuh.
 Manfaat penggunaan alat bantu berjalan pasien
1) Memelihara dan mengembalikan fungsi otot
2) Mencegah kelainan bentuk, seperti kaki menjadi bengkok
3) Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot
4) Mencegah komplikasi, seperti otot mengecil dan kekakuan sendi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Ambulansi
a. Kesehatan Umum
b. Tingkat Kesadaran
c. Nutrisi
d. Emosi
e. Tingkat Pendidikan
f. Pengetahuan
B. PERTOLONGAN MOBILISASI PASIEN
Mobilisasi adalah suatu kondisi tubuh yang dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Mobilisasi merupakan
kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif. Mobilisasi meyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam , dan
mesntimulasi kembali fungsi gastointestinal, mendorong untuk menggerakan kaki dan tungkai bawah
sesegerah
mungkin.
Gangguan mobilisasi fisik menurut NANDA sebagai suatu keadaan yang mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerak fisik. Seperti; lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran
lebih
dari 3 hari/lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomik akibat perubahan fisiologik (fungsi motorik,
stroke,
pengguna kursi roda), pengguna alat ekternal (gips atai traksi).
1. Tujuan Mobilisasi
a. Memenuhi KDM
b. Mencegah terjadinya trauma
c. Mepertahankan derajat kesehatan
d. Mempertahan interaksi sosial dan peran sehari-hari
e. Mencegah hilangnya fungsi tubuh
2. Batasan karakteristik
a. Penurunan waktu reaksi
b. Kesulitan membolak-balik posisi
c. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
d. Dispnea (kesulitan bernapas) setelah berakivitas
e. Perubahan cara berjalan
f. Gerakan bergetar
g. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus (gerakan melipat, menggunting)
h. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar (gerakan berlari dll)
i. Keterbatasan rentang pergerakan
j. Pergerakan lambat
3. Jenis Mobilitas dan Imobilitas
a. Jenis mobilitas
1) Mobilitas penuh
Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan mejalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini
merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
2) Mobilitas Sebagian
Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak
mampu bergerak secara
bebas karena gangguan sraf motorik dan sensorik pada tubuhnya. Ini bisa dijumpai pada kasus cedera atau
pada tulang dengan pemasangan traksi.
a) Mobilitas sebagian temporer
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut

dapatdisebabakan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal,contohnya adalah adanya dislokasi

(bergeser/keluar) sendi dan tulang.

b) Mobilitas sebagian permanen


Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan

oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadi hemiplegia/kelumpuhan karena stroke,

parapelgia/kelumpuhan karena cedera tulang belakang, poliomielitis/polio karena terganggunya sistem saraf

motorik dan sensorik.

b. Jenis Imobilitas
1) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan

komplikasi pergerakan

2) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir

3) Imobilitas emosional, keadan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan

secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.

4) Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan

penyakit sehingga dapat memengaruhi perannya dalam kehidupan social


4. Etiologi
PenyebabPenyebab utama immobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot,ketidakseimbangan, dan masalah
psiokologis.Penyebab secara umum :
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot

5. Tanda dan gejala


a. Dampak fisiologis imobilitas
1) Penurunan fungsi ventrikel kiri
2) Penurunan volime sekuncup
3) Perlambatan fungsi usus
4) Pengurangan miksi
5) Gangguan tidur
6) Penurunan konsumsi oksigen
b. Efek imobilitas pada berbagai sistem organ;

Organ/sistem
Musculoskeletal Ostoeporosis, penurunan masssa tulang,
hilangnya area potong lintang otot,
kontraktor, degenerasi rawan sendi,
ankilosis, peningkatan tekanan
intraartikular, berkurangnya volume sendi.
Kardiopulmonal dan pembuluh darah Peningkatan denyut nadi istirahat,
penurunan perfusi miokard, intoleran
terhadap ortostatik, penurunan ambilan
oksigen maksimal, deconditioning jantung,
penurunan volume plasma, perubahan uji
fungsi paru, atelektasis paru, pneumonia,
peningkatan statis vena, peningkatan agresi
tombosit, dan hiperkoagulasi,
Integumen Peningkatan risiko ulkus dekubitus dan
laserasi kulit.
Metabolik dan endokrin Keseimbangan nitrogen negatif,
hiperkalsiuria, natriuresis dan deplesi
natrium, resistensi insulin, hiperlipidemia,
serta penurunan absorbsi dan metabolisme
vit/min.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
a. Gaya hidup
b. Proses penyakit dan injuri
c. Kebudayaan
d. Tingkat energi
BAB 5 PEMBERIAN NUTRISI PASIEN
A. PEMBERIAN NUTRISI PASIEN PER ORAL
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting.
Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri, seperti glokogen yang terdapat dalam
otot dan hati maupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar.

1. Pengertian
pemberian makan secara oral adalah pemberian makan dan minum pada klien secara langsung
melalui mulut. Pemberian makan melalui oral adalah untuk pemenuhan kebutuhan pasien.
2. Indikasi
a. Pada pasien yang bisa makan sendiri
b. Pasien yang tidak bisa makan sendiri
3. Persiapan Alat
a. Piring c. Garpu e. Serbet g. Pengalas
b. Sendok d. Gelas dengan penutupnya f. Mangkok cuci tangan
h. Tempat cicu tangan i. Pipet jika perlu j. Pisau jika perluk. Obat jika ada
l. Makanan dengan porsi dan menu sesuai program m. Meja untuk klien
4. Prosedur kerja dan rasional
a. Alat-alat didekatkan ditempat tidur klien

Anda mungkin juga menyukai