Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR MOBILISASI DAN IMMOBILISASI

I. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah
satukebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah
memenuhikebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas
rekreasi),mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep
diri,mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah
suatukeadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak
fisik.Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk
tirahbaring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
menguranginyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah
baringakan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
II. Tujuan Mobilisasi :
Memenuhi kebutuhan dasar manusia
Mencegah terjadinya trauma
Mempertahankan tingkat kesehatan
Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
III. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi :
Gaya Hidup : Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa
melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan
gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
Proses Penyakit Dan Injury : Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan
mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi
secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka
cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena
mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit
kardiovaskuler.
Kebudayaan : Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan
anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
Tingkat Energy : Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi
sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang
pelari.
Usia dan Status Perkembangan : Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny
dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan
berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

Tipe Persendian dan Pergerakan Sendi : Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca
persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan
(siartrosis).

IV. Jenis Mobilisasi dan Imobilisasi


1. Jenis Mobilisasi
a) Mobilisasi Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh
ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
b) Mobilisasi Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerakdengan batasan jelan dan
tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan
kemasan traksi. Pasien paraplegi mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Mobilisasi Sebagian Temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang bersifat sementara. Dapat disebabkan oleh trauma revelsibe pada sistem muskoluskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
Mobilisasi Sebagian Permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasanyang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf irevelsibe,
contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang,
poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Jenis Imobilisasi
a) Imobilisasi Fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi
tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b) Imobilisasi Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir,
seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
c) Imobilisasi Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Contohnya
keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami
kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
d) Imobilisasi Sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam
kehidupan sosial.
V. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilisasi
Perubahan metabolisme
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan fungsi gastriointestinal
Perubahan sistem pernapasan

Perubahan kardiovaskuler
Perubahan sistem muskoluskeletal
Perubahan sistem integumen
Perubahan eliminasi
Perubahan perilaku

VI. Masalah Fisik :


Masalah muskuloskeletal : Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur,
penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit
Masalah urinari : Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan
inkontinentia urine.
Masalah gastrointestinal : Terjadinya anoreksia/penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi
Masalah respirsi : Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak
seimbangan asam basa (CO2 O2)
Masalah kardiovaskuler : Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus
VII. Upaya Pencegahan :
Perbaikan status gisi
Memperbaiki kemampuan monilisasi
Melaksanakan latihan pasif dan aktif
Mempertahankan posisi tubuh dg benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh)
Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya
dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.
VIII. Macam-Macam Posisi Di Tempat Tidur :
Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk a.tau duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernapasan pasien.
Cara:
1) Dudukkan pasien
2) Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi semifowler (3045 derajat) dan untuk fowler (90 derajat)
3) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk
Posisi Sim
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan
dan
memberikan
obat
per
anus
(supositoria).
Cara:
1) Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah
telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada
2) Tangan kiri diatas kcpala atau di belakang punggung dan tangan kanan di atas tempat tidur

3) Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan lurus, lutut,
dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada
4) Tangan kanan di atas kepala atau di belakang punggung dan tangan kiri di atas tempat tidur
Posisi Trendelenburg
posisi pasiom berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.
Posisi ini dilakukan untuk mdancarkan perdaran darah ke otak.
Cara:
1) Pasien dalam keadaan be;rbaring telentang, letakan bantal di antara kepala dan ujung tempati
tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
2) Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dcngan
meninggikan bagian kaki pasien.
Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring tele;ntang dengan kedua lutut ficksi (ditarik atau direnggangkan)
di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memc;riksa genitalia scrta proses
persalinan.
Cara:
1) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah di buka
2) Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat tidur dan renggangkan kedua
kaki.
3) Pasang selimut
Posisi Litotomi
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
Cara:
1) Pasien dalam kcadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
2) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3) Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4) Pasang selimut
Posisi Knee Chest
Pada posisi ini pasien menungging dengan kcdua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk mcmc;riksa daerah rektum dan sigmoid.
Cara:
1) Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel pada
kasur tempat tidur.
2) Pasang selimut pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986,
Chlinical Nursing Prosedurs,California Jones and Bardlett Publishers Inc.
2. Diana Hestings. RGN RCNT. 1986,The Machmillan Guide to home Nursing
London,Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980 editor lilian juwono
Jakarta,Arcan.
3. Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983,Fundamental of Nursing , california Addison Wesly publishing Division.

MOBILISASI
Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai
tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya ( A. Aziz,
2006)
Imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu
sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada
posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison,
2004).
Tujuan Mobilisasi

Memenuhi kebutuhan dasar manusia

Mencegah terjadinya trauma

Mempertahankan tingkat kesehatan

Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari hari

Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh


Jenis mobilisasi

Mobilisasi penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat
melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan
fungsi syaraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh manusia.

Mobilisasi sebagian
Adalah kemampuan seseorang dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas
karena di pengaruhi oleh gangguan saraf sensorik dan motorik. Biasa ditemui pada pasien
stroke, setelah kecelakaan dan lain- lain.
Mobilitas sebagian dibagi menjadi dua jenis:

Mobilitas sebagian temporer


Kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem musculoskeletal, contohnya dislokasi sendi
dan tulang,

Mobilitas sebagian permanen


Kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal itu disebabkan
oleh rusaknya syaraf yang reversibel, contohnya hemiplegi pada stroke dan paraplegi pada
kerusakan tulang belakang.

Jenis gerakan dalam mobilisasi


1.

Fleksi

2.

Ekstensi

3.

Hiper ekstensi

4.

Rotasi

5.

Sirkumduksi

6.

Supinasi

7.

Pronasi

8.

Abduksi

9.

Aduksi

10.

Oposisi

Indikasi

Stroke atau penurunan tingkat kesadaran

Kelemahan otot

Fase rehabilitasi fisik

Klien dengan tirah baring lama


Kontra Indikasi

Trombus/emboli pada pembuluh darah

Kelainan sendi atau tulang

Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)


Rentang gerak dalam mobilisasi
Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

Rentang gerak pasif


Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien.

Rentang gerak aktif


Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan ototototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

Rentang gerak fungsional


Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan.
Faktor yang mempengaruhi mobilisasi

Gaya Hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa
melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan
gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

Proses penyakit dan injury


Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya;
seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang
yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih
lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu
misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang
anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan anak kota yang

biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya
dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.

Tingkat Energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda
mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.

Usia dan status perkembangan


Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang
remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat
kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

Tipe persendian dan pergerakan sendi


Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan
(diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
Masalah fisik yang dapat terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai
sistim antara lain :

Masalah muskuloskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang
dankerusakan kulit.

Masalah urinari
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.

Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.

Masalah respirasi
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan
asam basa (CO2 O2).

Masalah kardiovaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
Upaya mencegahkan terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi antara lain :

1.

Perbaikan status gisi

2.

Memperbaiki kemampuan mobilisasi

3.

Melaksanakan latihan pasif dan aktif

4.

Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady alignmen (Struktur tubuh).

5.

Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya
dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILISASI

Pengkajian
Pengkajian pada pemenuhan kebutuhan mobilitas adalah sebagai berikut:

Riwayat penyakit sekarang


Meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/ gangguan dalam mobilisasi, seperti
adanya nyeri, kelelahan, tingkat mobilisasi, daerah yang terganggu, dan lama terjadinya
gangguan.

Riwayat penyakit yang pernah diderita


Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas,
misalnya adanya riwayat penyakit neurologis ( kecelakaan cerebrovasculer, trauma kepala,
peningkatan tekanan intrakranial dll), riwayat penyakit kardiovasculer (AMI, gagal jantung),
riwayat penyakit musculoskeletal (artritis, asam urat), riwayat penyakit sistem pernafasan.

Kemampuan fungsi motorik


Mengkaji fungsi motorik untuk melihat adanya kelemahan dan kekuatan

Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke
posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat
mobilitas/
aktivitas

Kategori

Tingkat OTingkat
1Tingkat 2Tingkat
3Tingkat 4

Mampu merawat diri sendiri secara penuhMemerlukan pengguanaan


alatMemerlukan bantuan dan pengawasan orang lainMemerlukan bantuan,
pengawasan orang lain dan peralatanSangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

Kemampuan rentang gerak


Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan
kaki

Gerak sendi

Derajat
rentang
normal

BahuAdduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala,


telapak tangan menghadap posisi yang palinga jauhSikuFleksi : angkat lengan
bawah kearah depan dan ke arah atas menuju bahuPergelangan tangan

180150809080-9070-90
0-20

Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah

30-50

Esktensi:luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi

90

Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin

90

Abduksi: tekuk jari-jari tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap
ke atas

30
20

Adduksi: tekuk pergelangan tangan kearah kelingking, telapak tangan


menghadap ke atas

20

Tangan dan jari


Fleksi : buat kepalan tangan
Ekstensi: luruskan jari
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari-jari tangan sejauh mungkin
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi

Perubahan intoleransi aktivitas


Pada pengkajian ini berhubungan dengan sistem pernafasan, antara lain: suara nafas, analis gas
darah, gerakan dinding thorak, adanya mucus,batuk produktif diikuti dengan panas, dan nyeri saat
respirasi. Pengkajian terhadap sistem kardiovasculer, seperti nadi, tekanan darah, sirkulasi perifer,
adanya thrombus, perubahan tanda vital.
Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Pengkajian kekuatan otot dilakukan secara bilateral atau tidak:

Skala

Prosentase
kekuatan
normal

Karakteristik

010255075
0123
4

100

Paralisis sempurnaTidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi


atau dilihatGerakan otot penuh melawan grafitasi dengan
topanganGerakan yang normal melawan grafitasiGerakan penuh
yang normal melawan grafitasi
Dan melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan grafitasi dan
tahanan penuh

Perubahan psikologis
Pengkajian mobilitas berkaitan dengan psikologis antara lain perubahan prilaku, emosi, perubahan
dalam mekanisme koping.
PEMERIKSAAN FISIK

Mengkaji skelet tubuh


Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya
menandakan adanya patah tulang.

Mengkaji tulang belakang


Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membelok, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

Mengkaji system persendian


Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan,
adanya kekakuan sendi

Mengkaji system otot


Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.
Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.

Mengkaji cara berjalan


Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih
pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan
abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis stroke, cara berjalan selangkah-selangkah
penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar penyakit Parkinson).

Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer


Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan
adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler.

Mengkaji fungsional klien

Diagnosa Keperawatan
1.

Gangguan mobilitas fisik b.d trauma tulang belakang

2.

Gangguan penurunan curah jantung b.d peningkatanbeban kerja ventrikel

3.

Resiko cedera b.d disfungsi integratif

4.

Tidak efektifnya pola nafas b.d menurunnya ekspansi paru.

Perencanaan

Gangguang mobilitas fisik b.d trauma


Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara
mandiri dan terarah
Tujuan:
1.

Aktivitas fisik meningkat

2.

ROM normal

3.

Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.

4.

Klien bisa melakukan aktivitas.

Intervensi:

5.

Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.

6.

Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.

7.

pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.

8.

Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan aktif

9.

Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.

10.

Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.

11.

Fasilitasi penggunaan alat Bantu.

12.

Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif

13.

Kolaborasi dengan fisioterapi

14.

Penurunan curah jantung b.d peningkataan kerja ventrikel

Definisi : keadaan pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai
kebutuhan metabolisme tubuh
Tujuan:
1.

Menunjukkan curah jantung yang memuaskan

2.

Menunjukkan status sirkulasi yang baik: denyut jantung dalam batas normal, tak ada
asites, denyut perifer normal, tidak ada bunyi nafas tambahan.

3.

Menunjukkan pening katan toleransi terhadap aktifitas fisik

4.

Mempunyai warna kulit yang normal

Intervensi :
5.

Kaji dan dokumentasi tekanan darah, adanya sianosis. Status pernafasan dan status
mental

6.

Pantau tanda kelebihan cairan

7.

Pantau hemodinamik: denyut perifer, waktu pengisian kapiler, bunyi paru

8.

Pindah posisi pasien tiap 2 jam dan pertahankan aktivitas yang dibutuhkan

9.

Ajarkan tehnik penurunan stress, relaksasi, meditasi

10.

Minimalkan stressor lingkungan

11.

Jelaskan tujuan pemberian oksigen

12.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat

Pelaksanaan

ROM aktive
Definisi : merupakan latihan gerak isotonis (tjd kontraksi & pergerakan otot) yg dlakukan pasien
dg menggerakkan masing- masing persendiannya sesuai dg rentang gerak normal
Tujuan :
1.

mempertahankan/meningkatkan kekuatan & kelenturan otot

2.

Mempertahankan fs kardiorespiratory

3.

Mencegah kontaktur & kekakuan pada persendian

ROM Pasif
Definisi : merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan
persendin pasien sesuai dengan kemampuan rentang geraknya
Tujuan :
Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian
Sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan: ROM aktif dan pasif

Spina servical
1.

Fleksi: menggerakkan dagu menempel ke dada rentang 450

2.

Ekstensi: Mengembalikan kepala ke posisi tegak rentang 450

3.

Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin rentang 100

4.

Fleksi lateral : memiringkan kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu rentang 400450
Rotasi: memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler 180 0

5.

Bahu
1.

Fleksi: menaikan lengan dari posisi samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala
rentang 1800

2.

Ekstensi: mengembalikan lengan ke posisi disamping tubuh 1800

3.

Hiperekstensi: menggerakkan lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus 450 600

4.

Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak


tangan jauh dari kepala 1800

5.

Adduksi: menurunkan lengan kesamping dan menyilangkan tubuh sejauh mungkin


rentang 3200

6.

Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan menggerakkan lengan
sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang rentang 900

7.

Rotasi luar: dengan siku fleksi, menggerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan
sampai kepala rentang 900

8.

Sirkumduksi : Menggerakkan lengan dengan laingkaran penuh ( sirkumduksi adalah


kombinasi semua gerakan sendi ball-and-socket) rentang 360 0

Siku
1.
2.

Fleksi: menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan sejajar bahu rentang 1500
Ekstensi: meluruskan siku dengan meluruskan tangan rentang 1500
Lengan bawah

1.

Supinasi: memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap
ke atas rentang 70-900

2.

Pronasi: memutar lengan bawah sehingga lengan bawah menghadap ke bawah


rentang 70-900

Pergelangan tangan
1.
2.

Fleksi: menggerakkan telapak tangan kesisi bagaian dalam lengan bawah 80-900
Ekstensi: menggerakakan jari-jari sehingga jari-jari, tangan, dan lengan bawah
berada dalam arah yang sama rentang 80-900

3.

Hiperekstensi: membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin


sama rentang 80-900

4.

Abduksi (fleksi radial): menekuk pergelangan tangan miring (medial) ke ibu jari
sampai 300

5.

Adduiksi (fleksi ulnar): menekuk pergelangan tangan miring (lateral) ke arah lima jari
30-500

Jari jari tangan


1.

Fleksi: membuat genggaman 900

2.

Ekstensi: meluruskan jari-jari tangan rentang 900

3.

Hiperekstensi: menggerakkan jari-jari tangna ke belakang sejauh mungkin rentang


30-600

4.

Abduksi: merenggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain rentang 300

5.

Adduksi: merapatkan kembali jari-jari tangan 300

Ibu jari pelana


1.

Fleksi: menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan rentang 900

2.

Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan 900

3.
4.

Aduksi: menggerakkan ibu jari kedepan tangan 300

5.

Oposisi: menyentuh ibu jari ke setiap jari-ari pada tangan yang sama rentang 30 0

Pinggul
1.

Fleksi: menggerakkan tungkai ke depan dan ke atas rentang 90-1200

2.

Ekstensi: menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain 90-1200

3.

Hiperekstensi: menggerakkan tungkai ke belakang tubuh 30-500

4.

Abduksi : menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh 30-500

5.

Abduksi: menjauhkan ibu jari kesamping ( biasa dilakukan ketika jari-jari tangn
abduksi dan adduksi) 300

Adduksi: menggerakkan tungkai kembali ke posisi medial dan melebihi jjika


mungkkin rentang 30-500

6.

Rotasi dalam : memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain.

7.

Rotasi luar: memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai yang lain rentang 900

8.

Sirkumduksi: menggerakkan tungkai melingkar.


Lutut

1.

Fleksi ; menggerakkan tumit ke arah belakang paha. 120-1300

2.

Ekstensi: mengembalikan tungkai ke lantai rentang 120-1300

Mata kaki
1.

Dorsifleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas 20-300

2.

Plantar fleksi: menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah 45-50 0

Kaki
1.

Inversi: memutar telapak kaki ke samping dalam (medial) rentang 100 atau kurang

2.

Memutar telapk kai ke samping luar rentang100 atau kurang

Jari-jari kaki
1.

Fleksi: melengkungkan jari-jari kaki ke bawah rentang 30-600

2.

Ekstensi ; meluruskan jari-jari kaki rentang 30-600

3.

Abduksi; meregangkan jari-jari kaki satu dengan yang lainnya 150 atau kurang

4.

Adduksi: meraptkan kembali bersama-sama rentang 150 atau kurang

Evaluasi
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan, apakah ada kelainan menetap/
tidak.apakan terdapat perubahan yang signifikan dari perawtanan yang dilakukan pada pasien. Jika
hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan tujuan maka evaluasi dikatakan berhasil.
1.

Aktivitas fisik meningkat

2.

ROM normal

3.

Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.

4.

Klien bisa melakukan aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai