Anda di halaman 1dari 29

TEORI MIDDLE RANGE

DALAM KEPERAWATAN:
TEORI KEPERAWATAN YANG
TERPILIH
TOKOH-TOKOH MIDDLE RANGE THEORY

• Ramona T. Mercer: Maternal Role Attainment-Becoming a Mother.


• Katharine Kolcaba: Teori Kenyamanan
• Pamela G.Reed (Teori Self Transendensi): Kesadaran seseorang akan adanya kematian
• Carolyn L Wiener: situasi kehidupan (biografi, konsepsi diri, kondisi fisik)
• Cheryl Tatano Beck, DNSc, CNM, FAAN: Teori Depresi Postpartum/ Postpartum Depression
Theory
• Merle Helaine Mishel: Teori Keraguan terhadap penyakit/ Uncertainty in Illness Theory
• Phil Barker: Tidal Model of Mental Health Recovery
• Shirly M. Moore: Teori Hidup damai di akhir
• Pender’s health promotion in nursing practice
• Dll
MIDDLE RANGE THEORY
PAMELA G REED
‘SELF TRANSCENDENSE’
BIOGRAFI SINGKAT PAMELA G. REED
• Pamela G. Reed, dilahirkan di Detroit, Michigan. Pada tahun 1973,
Beliau menikah dengan Gary, suaminya, dan telah memiliki 2 putri.
• Reed memulai karir keperawatannya dengan bersekolah di Wayne State
University, Detroit, Michigan dan tamat pada tahun 1974, lalu Reed
melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 di bidang kesehatan mental
anak dan remaja dan pendidikan keperawatan dan berhasil
menamatkan dan memperoleh gelar M.S.N pada tahun 1976.
• Pendidikan tinggi terakhir berikutnya, jenjang S3 (Ph.D) berhasil
diselesaikannya pada tahun 1982 dengan konsentrasi mayor teori dan
riset keperawatan, dengan studi minor pada perkembangan usia dewasa
dan usia lanjut (lansia).
LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA SELF
TRANSCENDENCE THEORY

• Pamella G. Reed (2003) yang teorinya merupakan sintesa dari tiga sumber.
Ketiga sumber yang dimaksud antara lain
• (1) bahwa perkembangan manusia sebagai proses sepanjang hayat dalam
mencapai kedewasaan termasuk didalamnya proses menua dan proses menjelang
ajal,
• (2) adanya factor kontekstual terhadap terjadinya ketidakseimbangan antara
manusia dan lingkungan sebagai sesuatu yang penting dalam pengembangan,
dan
• (3) berdasarkan pengalaman klinik dan riset yang mengindikasikan secara klinik
dilaporkan bahwa depresi pada lansia lebih sedikit disebabkan oleh penurunan
sumber pengembangan dan perasaan sejahtera akibat penurunan kemampuan
fisik dan kognitif daripada kelompok kesehatan lansia.
KONSEP KUNCI SELF TRANSCENDENCE
THEORY
1. Vulnerability
2. Self transcendence
a. Inwardly
b. Outwardly
c. temporally
3. Well being
4. Moderating-mediating factors
5. Point of interventions
VULNERABILITY
Kesadaran seseorang akan adanya kematian.
Diartikan sebagai kontek bagi perkembangan atau
kematangan di usia senja atau pada akhir kehidupan.
Konsep vulnerable meningkatkan kesadaran akan
situasi mendekati kematian termasuk di dalamnya
dalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit
kronik, kelahiran, dan pengasuhan.
SELF TRANSCENDENCE

Transendensi diri berarti suatu gerak melampaui apa yang


telah dicapai. Suatu gerak dari yang kurang baik menjadi
baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
MENURUT G REED, SELF TRANSCENDENCE DIDEFINISKAN
SEBAGAI PENGEMBANGAN KONSEP DIRI DIBATASI
SECARA MULITIDIMENSI YAITU :
• Inwardly (batiniah) : melakukan refleksi introspeksi diri
terhadap pengalaman-pengalaman yang telah dialami.
• Outwardly (lahiriah) : tampak dari luar. Diartikan bahwa
pentingnya melakukan hubungan dengan dunia luar
dalam hal ini berinteraksi dengan lingkungannya.
• Temporally (duniawi) : menggunakan keterampilan atau
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman masa lalu
sehingga menjadi pelajaran untuk mencapai tujuan masa
depan yang terintegrasi dengan menerapkannya pada
masa kini/sekarang.
WELL-BEING
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik
fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual yang
menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
MODERATING-MEDIATING FACTORS
Variabel kontekstual dan personal dan interaksinya bisa
mempengaruhi proses transendensi diri yang berkontribusi
terhadap kondisi yang baik. Contoh dari variabel tersebut
adalah usia, jenis kelamin, kemampuan kognitif,
pengalaman hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial, dan
riwayat masa lalu.
POINT OF INTERVENTION

Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin


intervensi.
1. Tindakan keperawatan secara langsung berfokus pada
sumber-sumber yang berasal dari dalam diri seseorang
terhadap transendensi atau
2. Berfokus pada beberapa faktor personal dan
kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara
transendensi diri dan vulnerabel ; hubungan antar
transendensi diri dan keadaan baik/sehat.
ASUMSI MAYOR

HEALTH

Sehat, merupakan awal proses model, yang didefinisikan


secara mutlak sebagai proses kehidupan dari dua hal yaitu
pengalaman negatif dan positif dimana individu
menciptakan lingkungan dan nilai-nilai yang unik yang
mendukung kesejahteraan (well-being).
ASUMSI MAYOR

NURSING

Peran keperawatan adalah untuk mendampingi


orang-orang (persons) (melalui proses interpersonal
dan manajemen terapeutik pada lingkungannya)
yang membutuhkan keterampilan untuk mendukung
kesehatan (health) dan kesejahteraan (well-being).
ASUMSI MAYOR

PERSON

Person dipahami sebagai orang yang mengalami


perkembangan masa kehidupan, dimana ia berinteraksi
dengan orang lain dan perubahan lingkungan yang
kompleks serta memiliki semangat yang dapat
berkontribusi secara positif dan negatif terhadap kesehatan
dan wellness.
ASUMSI MAYOR

ENVIRONMENT

Keluarga, jaringan sosial, lingkungan fisik dan komunitas


adalah lingkungan yang secara signifikan berkontribusi
pada proses kesehatan dimana perawat mempengaruhinya
dengan mengatur interaksi yang terapeutik antara orang-
orang, objek dan aktivitas keperawatan.
SKEMA 1. PENJABARAN TERI REED KE
DALAM METAPARDIGMA

Health Well-being

self treanscendence
Person Point of intervention

Environment Nursing
Vulnerability
HUBUNGAN ANTARA KONSEP-KONSEP
MAYOR PADA SELF TRANSCENDENCE
THEORY

Model of self-transcendence theory (Tomey


(2006)
NEXT...

Model teori self transcendence mengusulkan tiga macam hubungan :


• Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan peningkatan self
transcendence.
• Self transcendence berhubungan secara positif dengan
kesejahteraan (well-being).
• Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan
antara vulnerability dan self transcendence dan antara self
transcendence dan well-being.
TINJAUAN KASUS
KASUS :
Ny. K, usia 60 tahun memiliki 3 orang anak yang saat ini sudah
berusia di atas 30 tahun. Suami Ny. K, baru saja meninggal 7 bulan
yang lalu karena menderita penyakit kronis. Pernikahan mereka telah
berusia 40 tahun pada saat suaminya meninggal. Dua orang
anaknya bertempat tinggal sangat jauh dari rumah Ny. K, Sedangkan
seorang anak perempuan bersama dengan suaminya dan dua orang
anak, yang satu masih usia pra sekolah dan yang satunya lagi SMP,
tinggal tidak jauh dari rumah Ny. K. Selama suaminya sakit, Ny. K
sendiri yang merawatnya. Ia menghabiskan banyak waktu dan
mengalami kelelahan dalam merawat suaminya, namun setelah
suaminya meninggal dia merasa sangat kesepian karena ditinggal
seorang diri di rumahnya. Selain itu, dia juga kehilangan selera
makan sehingga tidak memiliki kekuatan untuk beraktivitas di luar
rumah dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya serta
berinteraksi dengan anak dan keluarganya.
ANALISIS KASUS
Berdasarkan kasus di atas, hasil analisa
mennunjukkan bahwa ada beberapa masalah
yang sedang dihadapi oleh Ny. K yaitu :
• Ny. K telah berusia lanjut.
• Respon berduka yang berkepanjangan akibat kematian Suaminya
• Interaksi dengan lingkungan sosial terganggu
• Interaksi dengan anggota keluarga terganggu
• Penurunan selera makan
• Kelemahan fisik
• Penurunan aktivitas
• Merasa kesepian tinggal seorang diri
• Tinggal terpisah dari anak-anaknya
PENYELSAIAN
Dari MASALAH
contoh kasus tersebut diatas, kelompok mencoba melakukan
penyelasaian masalah dengan pendekatan konsep kunci yaitu
Vulnerabel

Inwardly

Outwardly

Temporally

Transendensi diri

Well-Being
1. Vurnerabel yaitu meningkatkan kesadaran Ny. K bahwa kematian
adalah merupakan hal yang akan dialami oleh setiap orang yang
masih hidup dan akan disertai kesedihan serta kedukaan berlanjut
sampai berbulan-bulan setelah masa kehilangan tersebut.
Bagaimana jika seandainya keadaan menjadi terbalik, pengalaman
yang sama terjadi pada dirinya sedangkan Suaminya sendiri yang
mengalami hal yang saat ini dia alami, akan sangat berbeda dan
bahkan lebih sulit bagi Suaminya untuk menerima hal tersebut.
Sehingga, perawat akan membantu Ny. K untuk melakukan refleksi
terhadap dirinya dan terhadap pengalaman tersebut. Refleksi dan
instrospeksi yang dilakukan oleh Ny. K adalah merupakan inti dari
self transcendence.
2. Dari segi inwardly (batiniah), perawat menekankan
adanya proses introspeksi terhadap pengalaman
masa lalu yang dialami oleh Ny. K yang kemudian
dapat menjadi fasilitas memperoleh kepulihan dan
kesehatannya kembali. Introspeksi diri bisa meliputi
menggali kembali kepercayaan dan keyakinan
dalam diri, nilai-nilai pribadi, dan mimpi-mimpi yang
ingin dicapai yang nantinya akan menjadi
penyemangat atau motivator untuk mencapai
kondisi yang sehat secara utuh (well being).
3. Dari segi outwardly (lahiriah), perawat memberikan dorongan untuk
memulai kembali hubungannya dengan dunia luar termasuk
berinteraksi dengan anak dan keluarganya, lingkungan sosialnya
dan kembali beraktivitas serta dapat menikmati masa tuanya
dengan penuh kebahagian. Dengan menghabiskan waktu bersama
cucu-cucunya, anak dan menantunya akan lebih membuatnya
menikmati kebahagiaan dan kesenangan. Selain itu, dengan cara
tersebut, Ny. K akan merasa puas telah membantu anak dan
menantunya menjaga anak-anaknya. Bila kebahagiaan dan
kesenangan telah terbangun, masalah fisik, nafsu makan, perasaan
kesepian, dan perasaan berduka yang dialaminya selama ini
berangsur-angsur akan hilang, sehingga Ny. K akan memperoleh
kesehatannya kembali
4. Dari segi temporally (duniawi/saat ini), dari hasil refleksi dan introspeksi
dari pengalaman masa lalunya, Ny. K bisa menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya di masa lalu itu untuk mencapai apa yang dia harapkan di
masa yang akan datang dengan melakukan/menerapkannya pada masa
kini.

Dari beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat


dalam menyelesaikan masalah Ny. K, ada dua poin yang
secara umum menjadi inti intervensi keperawatan yaitu,
menggali sumber-sumber yang ada pada diri Ny. K dan
berfokus pada faktor-faktor yang berpengaruh pada
hubungan vulnerabel dan transendensi diri; hubungan antara
transendensi diri dan kondisi sejahtera.
KESIMPULAN
1. Kelebihan
Baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait
dengan masalah psikososial.
Faktor spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian
masalah klien.

2. Kekurangan
Banyak variabel dalam teori, seperti vulnerability dan transendensi
diri serta kondisi sejahtera yang masih abstrak, sehingga masih
terdapat kesulitan diterapkan dalam praktik.
Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit
dicerna oleh para perawat yang akan mengaplikasikannya ke dalam
praktik.
Terbatas digunakan hanya pada kasus-kasus yang berhubungan
dengan adanya masalah psikologis dengan kurang
mempertimbangkan penangan fisiknya.
LANJUTAN
3.Teori self transcendence termasuk dalam kelompok mid-
range theory karena memiliki kriteria : konsep dan
variabel sedikit, sebahagian masih bersifat abstrak, dapat
digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi kesehatan
manusia, bersumber dari grand theory dan pengalaman-
pengalaman praktik, dan berfokus pada fenomena yang
lebih spesifik.

4.Ketidakjelasan dan keabstrakan teori self transcendence


dapat menjadi pemicu dilakukannya penelitian-penelitian
yang bisa menjadi bahan perbaikan bagi teori tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

• Kolcaba. 1997. Comfort Theory and Practice. www.thecomfortline.com. Diunduh tanggal 24 September 2014, jam 20.15
• McKenna, Hugh.1997. Nursing Theories and Models. New York: Routledge.
• Meleis, Afaf Ibrahim. 2010.Transitionstheory: middle-range and situation specific theories in nursing research and practice. New
York: SpringerPublishingCompany.
• Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing practice. 3rd ed. Philadelphia: F. A. Davis
Company.
• Peterson,Sandra J. & Bredow, Timothy S.2009. Middle Range Theories, Application to Nursing Research.Second edition.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
• Sieloff, Christina Leibold and Frey, Maureen A. 2007. Middle Range Theory Development Using King’s Conceptual System. New
York: Springer Publishing Company .
• Smith,Mary Jane & Liehr, Patricia R. 2008. Middle range theory for nursing. 2nd ed. New York: Springer Publishing Company.
• Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV Mosby Company St. Louis

Anda mungkin juga menyukai