OLEH
Nama : MARGARETHA A. D. NONGKOM
NIM :PO530320118372
2021
A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga
dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paru seperti kulit,
tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal
TBC (Chandra, 2012).
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat
menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa Manurung, 2013). I
nfeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidak efektifan respon imun.
B. Etiologi
b. Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa dan bersin dan melepaskan droplet.
Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup
beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2010)
C. Manifestasi klinik
f. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan
memperlihatkan adanya :
1) Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
2) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
b. Pemeriksaan sputum. Pemeriksaan sputum / dahak sangat penting karena dengan di
ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan
dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu
kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik
BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali.
Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik
BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan bakteri tahan asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux) Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diametenya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm (diameternya) : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm (diameternya) : hasil mantoux positif
4) Indurasi lebih 16 mm (diameternya): hasil mantoux positif kuat
5) Reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intra cutan, berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
6) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan, berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody
dan antigen tuberculin. d. Rontgen dada, menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada
paru-paru bagian atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan.
Perubahan yang menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas
dan area fibrosa.
e. Pemeriksaan histology / kultur jaringan, Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis.
f. Biopsi jaringan paru, menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan
terjadinya nekrosis.
g. Pemeriksaan fungsi paru Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi,
meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi
oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan
pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).
E. Komplikasi
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru adalah:
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan
paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan
dimulai. Klasifikasi penyakit TB Paru :
Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+), Sekurang-kurangnya 2 dari spesimen dahak SPS hasilnya
BTA (+). 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-), Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan
foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif. TBC Paru BTA (-),
rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas b. Tuberculosis Ekstra Paru TBC ekstra-paru dibagi
berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC Ekstra paru ringan Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran
kencing dan alat kelamin. Tipe Penderita Berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya tipe penderita yaitu :
a. Kasus Baru Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (Relaps) Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
c. Pindahan (Transfer In) Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di
suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
d. Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out) Adalah penderita yang
sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
Jenis-jenis Penyakit TBC Penyakit tuberkulosis (TBC) terdiri atas 2 golongan
besar, yaitu :
a. TB paru (TB pada organ paru-paru)
b. TB ekstra paru (TB pada organ tubuh selain paru) :
1) Tuberkulosis milier
2) Tuberkulosis sistem saraf pusat (TB meningitis)
3) Tuberkulosis empyem dan Bronchopleural fistula
4) Tuberkulosis Pericarditis
5) Tuberkulosis Skelet / Tulang
6) Tuberkulosis Benitourinary / Saluran Kemih
7) Tuberkulosis Peritonitis
8) Tuberkulosis Gastriontestinal (Organ Cerna)
9) Tuberkulosis Lymphadenitis
10) Tuberkulosis Catan / Kulit
11) Tuberkulosis Laringitis
12) Tuberkulosis Otitis
G. Penatalaksanaan Pengobatan TBC Paru
Paduan obat jangka pendek 6–9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan
dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2
RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang berat (milier)
dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ/7RH.
a. Obat anti TB tingkat satu : Rifampisin (R), Isoniazid (I), Pirazinamid (P), Etambutol (E),
Streptomisin (S)
b. Obat anti TB tingkat dua : Kanamisin (K), Para-AminoSalicylic Acid (P), Tiasetazon (T),
Etionamide, Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin, Amikasin, Ofloksasin, Siprofloksasin,
Norfloksasin, Klofazimin dan lain-lain.
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni :
a. Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4-5 macam obat anti TB per hari dengan
tujuan :
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan, nafsu
makan meningkat, berat badan naik dan lainlain), berkurangnya kelainan radiologis paru
dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan
pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA
diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada permulaan, akhir
bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang
begitu berperan dalam evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat
dibuat pada akhir pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nanti timbul
kasus kambuh.