DI SUSUN OLEH:
NAMA:JAINUDIN
NIM:144012285
TINGKAT:11 (DUA)
SEMESTER: IV (Empat)
DOSEN PENGAMPU:
Baidah S.Kep Ns.M.Kep
2. Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko
penyebab asma bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Faktor genetik
1. Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya.
2. Hipereaktivitas bronkus
Saluran nafas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun
iritan.
3. Jenis kelamin
Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma bronchial sebelum usia 14
tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding
anak perempuan
4. Ras/etnik
5. Obesitas
Obesitas atau peningkatan/body mass index (BMI), merupakan faktor
resiko asma.
b. Faktor lingkungan
1. Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa,
serpihan kulit binatang seperti anjing, kucing, dan lain sebagainya).
2. Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
3. Faktor lain
a. Alergen dari makanan.
b. Alergen obat-obatan tertentu
c. Exercise-induced asthma
5. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
bronchial adalah spasme otot polos edema dan inflamasi memakan jalan nafas
dan edukasi muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang meredahkan volume
ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara,
hiperinflamasi patu. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik
dan frekuensi pernafasan dapat menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat
dan tidur. walaupun, jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan
perbedaan suatu bagian dengan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru
tidak cukup mendapat ventilasi yang menyebakan kelainan gas-gas terutama
CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi
degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin di lepaskan.
Histomin menyebabkan kontruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin
juga merangsang pembentukuan mulkus dan peningkatan permiabilitas kapiler
maka juga akan terjadi kongesti dan pembangunan ruang intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah
mengalami degravitasi dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut. Hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus edema
dan obstruksi aliran udara (Amin, 2015).
Patway
BERSIHAN JALAN
NAPAS TIDAK EFEKTIF
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
POLA NAPAS
TIDAK EFEKTIF
7 . Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada asma menurut Sudoyo (2010) antara
lain:
a. Pneumotoraks
b. Pneumodiastinum dan emfisema subkutis
c. Ateletaksis
d. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
e. Gagal napas
f. Bronkitis.
g. Fraktur iga
8. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma bronchial
diantaranya (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015) :
a. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler),
positif jika peningkatan VEP / KVP > 20%.
b. Sputum
Eosinofil meningkat.
c. Rontgen Thorax
Yaitu patologis paru/komplikasi asma.
d. AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia (PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut normokapnia dan
hiperkapnia (PCO2 naik).
e. Uji alergi kulit, IgE.
9. Penata laksanaan
Menurut (Bruner & Suddarth, 2017) yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Agonis adrenergik – beta 2 kerja –pendek.
b. Antikolinergik.
c. Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI)
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien.
e. Metilxatin.
2. Penatalaksanaan non farmakologis menurut (BTS,2014; GINA,2015)
a. Berhenti merokok.
b. Aktifitas fisik secara teratur.
c. Mencegah paparan alergen ditempat kerja, di dalam maupun di luar
ruangan.
d. Mencegah penggunaan obat yang dapat memperberat asma.
e. Tekinik pernapasan yang benar (Breathing Exercise, yoga dan senam
asma).
f. Diet sehat dan menurunkan berat badan.
g. Mengatasi sres emosional.
h. Imunoterapi alergen
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
3. Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajement jalan nafas
efektif berhubungan tindakan asuhan Observasi
dengan hambatan keperawatan 1. Monitor pola napas
upaya napas selama ....x24 jam 2. Monitor bunyi napas
diharapkan pola tambahan
napas pasien 3. Monitor sputum Terapeutik
membaik dengan 1. Pertahankan kepatenan jalan
kriteria hasil : napas
1. Tidak terjadi 2. Posisikan semi-fowler atau
dispnea fowler
2. Frekuensi 3. Berikan minum hangat
pernapasan normal 4. Lakukan fisioterapi dada, jika
3. Tidak terdapat diperlukan
suara tambahan 5. Berikan oksigen/ nebulizer
4. Ventilasi semenit Edukasi
meningkat 1. Anjurkan asupan cairan
5. Kapasitas vital 200ml/hari, jika tidak
meningkat kontraindikasi
6. Kedalaman nafas 2. Ajarkan teknik batuk efektif
membaik Kolaborasi
7. Pemanjangan fase 1. Kolaborasi pemberian
ekspirasi menurun bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
5. Evaluasi Keperawatan