Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT ASMA
BRONKIAL

DI SUSUN OLEH:
NAMA:JAINUDIN
NIM:144012285
TINGKAT:11 (DUA)
SEMESTER: IV (Empat)

DOSEN PENGAMPU:
Baidah S.Kep Ns.M.Kep

PRODI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESDAM VI BANJARMASIN
2023/2024
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Asma adalah suatu keadaan kondisi paru – paru kronis yang ditandai
dengan kesulitan bernafas, dan menimbulkan gejala sesak nafas, dada terasa
berat, dan batuk terutama pada malam menjelang dini hari. Dimana saluran
pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, yang menyebabkan penyempitan atau peradangan yang
bersifat sementara (Masriadi, 2016).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas dan
dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, produksi mukus, dan edema
mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma yang
berkurang yang meliputi batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea. Penderita
asma mungkin mengalami periode gejala secara bergantian dan berlangsung
dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner & Suddarth, 2017).

2. Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko
penyebab asma bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Faktor genetik
1. Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya.
2. Hipereaktivitas bronkus
Saluran nafas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun
iritan.
3. Jenis kelamin
Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma bronchial sebelum usia 14
tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding
anak perempuan
4. Ras/etnik
5. Obesitas
Obesitas atau peningkatan/body mass index (BMI), merupakan faktor
resiko asma.
b. Faktor lingkungan
1. Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa,
serpihan kulit binatang seperti anjing, kucing, dan lain sebagainya).
2. Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
3. Faktor lain
a. Alergen dari makanan.
b. Alergen obat-obatan tertentu
c. Exercise-induced asthma

4. Tanda dan Gejala


Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronchial adalah batuk
dispnea dan mengi. Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai
di antaranya sebagai berikut (Mubarak 2016 :198) :
a. Takipnea dan Orthopnea
b. Gelisah
c. Nyeri abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan
d. Kelelahan
e. Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan berbicara
f. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat
g. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang di banding inspirasi
h. Gerakan-gerakan retensi karbondioksida, seperti berkeringat,takikardi dan
pelebaran tekanan nadi
i. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan
dapat hilang secara spontan

5. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
bronchial adalah spasme otot polos edema dan inflamasi memakan jalan nafas
dan edukasi muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang meredahkan volume
ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara,
hiperinflamasi patu. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik
dan frekuensi pernafasan dapat menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat
dan tidur. walaupun, jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan
perbedaan suatu bagian dengan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru
tidak cukup mendapat ventilasi yang menyebakan kelainan gas-gas terutama
CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi
degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin di lepaskan.
Histomin menyebabkan kontruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin
juga merangsang pembentukuan mulkus dan peningkatan permiabilitas kapiler
maka juga akan terjadi kongesti dan pembangunan ruang intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah
mengalami degravitasi dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut. Hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus edema
dan obstruksi aliran udara (Amin, 2015).
Patway

BERSIHAN JALAN
NAPAS TIDAK EFEKTIF

GANGGUAN
PERTUKARAN GAS

POLA NAPAS
TIDAK EFEKTIF
7 . Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada asma menurut Sudoyo (2010) antara
lain:
a. Pneumotoraks
b. Pneumodiastinum dan emfisema subkutis
c. Ateletaksis
d. Aspergilosis bronkopulmoner alergik
e. Gagal napas
f. Bronkitis.
g. Fraktur iga

8. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma bronchial
diantaranya (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015) :
a. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler),
positif jika peningkatan VEP / KVP > 20%.
b. Sputum
Eosinofil meningkat.
c. Rontgen Thorax
Yaitu patologis paru/komplikasi asma.
d. AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia (PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut normokapnia dan
hiperkapnia (PCO2 naik).
e. Uji alergi kulit, IgE.

9. Penata laksanaan
Menurut (Bruner & Suddarth, 2017) yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Agonis adrenergik – beta 2 kerja –pendek.
b. Antikolinergik.
c. Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI)
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien.
e. Metilxatin.
2. Penatalaksanaan non farmakologis menurut (BTS,2014; GINA,2015)
a. Berhenti merokok.
b. Aktifitas fisik secara teratur.
c. Mencegah paparan alergen ditempat kerja, di dalam maupun di luar
ruangan.
d. Mencegah penggunaan obat yang dapat memperberat asma.
e. Tekinik pernapasan yang benar (Breathing Exercise, yoga dan senam
asma).
f. Diet sehat dan menurunkan berat badan.
g. Mengatasi sres emosional.
h. Imunoterapi alergen

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Bina hubungan saling percaya (BHSP). Pengkajian yang dilakukan pada
klien asma menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) meliputi:
a. Pengkajian mengenai identitas klien dan keluarga mengenai nama,
umur, dan jenis kelamin karena pengkajian umur dan jenis kelamin
diperlukan pada klien dengan asma.
b. Keluhan utama
Klien asma akan mengluhkan sesak napas, bernapas terasa berat
pada dada, dan adanya kesulitan untuk bernapas.
c. Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan riwayat serangan asma datang mencari pertolongan
dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak, dan berusaha
untuk bernapas panjang kemudian diikuti dengan suara tambahan
mengi (wheezing), kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan
perubahan tekanan darah.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit klien yang diderita pada masa- masa dahulu meliputi
penyakit yang berhubungan dengan sistem pernapasan seperti infeksi
saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, sinusitis, amandel, dan
polip hidung.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pada klien dengan asma juga dikaji adanya riwayat penyakit yang sama
pada anggota keluarga klien.
f. Pengkajian psiko-sosio-kultural
Kecemasan dan koping tidak efektif, status ekonomi yang berdampak
pada asuhan kesehatan dan perubahan mekanisme peran dalam
keluarga serta faktor gangguan emosional yang bisa menjadi pencetus
terjadinya serangan asma.
g. Pola Resepsi dan tata laksana hidup sehat
Gejala asma dapat membatasi klien dalam berperilaku hidup normal
sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya hidupnya agar
serangan asma tidak muncul.
h. Pola hubungan dan peran
Gejala asma dapat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya
secara normal sehingga klien harus menyesuaikan kondisinya dengan
hubungan dan peran klien.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi yang salah dapat menghambat respons kooperatif pada diri
klien sehingga dapat meningkatkan kemungkinan serangan asma yang
berulang.
j. Pola Penanggulangan dan Stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus
serangan asma sehingga diperlukan pengkajian penyebab dari asma.
k.Pola Sensorik dan Kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep
diri klien yang akan mempengaruhi jumlah stressor sehingga
kemungkinan serangan asma berulang pun akan semakin tinggi.
l. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini dipercaya dapat
meningkatkan kekuatan jiwa klien sehingga dapat menjadi
penanggulangan stress yang konstruktif.
a. Keadaan umum: tampak lemah
b. Tanda- tanda vital : (tekanan darah menurun, nafas sesak, nadi lemah
dan cepat, suhu meningkat, distress pernafasan sianosis)
c. TB/ BB : Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
d.Kulit (Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek)
e. Kepala (Sakit kepala)
f.Mata (tidak ada yang begitu spesifik)
g. Hidung (Nafas cuping hidung, sianosis)
h. Mulut (Pucat sianosis, membran mukosa kering, bibir kering, bibir
kuning, dan pucat)
i. Telinga (Lihat sekret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik pada
kasus ini)
j. Leher (Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid)
k. Jantung (Pada kasus komplikasi ke endokardititis, terjadi bunyi
tumbuhan)
l. Paru- paru (Infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup), wheezing
(+), sesak istirahat dan bertambah saat beraktivitas)
m. Punggung (Tidak ada spesifik)
n. Abdomen (Bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya tidak
ada)
o. Genetalia (Tidak ada gangguan)
p. Ektremitas (Kelemahan, penurunan aktivitas, sianosis ujung jari dan
kaki).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
3. Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajement jalan nafas
efektif berhubungan tindakan asuhan Observasi
dengan hambatan keperawatan 1. Monitor pola napas
upaya napas selama ....x24 jam 2. Monitor bunyi napas
diharapkan pola tambahan
napas pasien 3. Monitor sputum Terapeutik
membaik dengan 1. Pertahankan kepatenan jalan
kriteria hasil : napas
1. Tidak terjadi 2. Posisikan semi-fowler atau
dispnea fowler
2. Frekuensi 3. Berikan minum hangat
pernapasan normal 4. Lakukan fisioterapi dada, jika
3. Tidak terdapat diperlukan
suara tambahan 5. Berikan oksigen/ nebulizer
4. Ventilasi semenit Edukasi
meningkat 1. Anjurkan asupan cairan
5. Kapasitas vital 200ml/hari, jika tidak
meningkat kontraindikasi
6. Kedalaman nafas 2. Ajarkan teknik batuk efektif
membaik Kolaborasi
7. Pemanjangan fase 1. Kolaborasi pemberian
ekspirasi menurun bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

2. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajement Asma


tidak efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan selama ....x24 jam 1. Monitor frekuensi dan
spasme jalan napas diharapkan bersihan keadaan nafas
jalan napas pasien 2. Monitor tanda dan gejala
membaik dengan hipoksia
kriteria hasil : 3. Monitor bunyi nafas
1. Batuk efektif tambahan
meningkat Terapeutik
2. Produksi sputum 1. Berikan posisi semifowler 30-
menurun 45º
3. Mengi menurun Edukasi
4. Wheezing menurun 1. Anjurkan meminimalkan
5. Gelisah menurun ansietas yang dapat
6. Frekuensi nafas meningkatkan kebutuhan
membaik oksigen
7. Pola nafas membaik 2. Anjurkan bernafas lambat dan
dalam
3. Ajarkan mengidentifikasi dan
menghindari pemicu
3. Gangguan pertukaran gasSetelah diberikan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
ketidakseimbangan selama ...x24 jam 1. Monitor frekuensi, irama,
ventilasi-perfusi diharapkan pertukaran kedalaman dan upaya nafas
gas pasien membaik, 2. Monitor pola nafas
dengan kriteria hasil : 3. Monitor kemampan batuk
1. Tingkat kesadaran efektif
pasien meningkat 4. Monitor adanya produksi
2. Bunyi nafas sputum
tambahan menurun 5. Monitor adanya sumbatan
3. Gelisah menurun jalan nafas
4. Nafas cuping hidung 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
menurun paru
7. Auskultasi bunyi nafas
8. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti, R.,
Aryani, H., Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan


dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri
dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi
sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan,
dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan
kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi
formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi
terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di
lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP, yaitu:
S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien
O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau
keluarga
A: Analisys yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif
P:Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan analisi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner et al. 2017. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC.

Global Initiatif for Asthma(GINA). 2017. Global strategy for asthma


management and Prevention.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Jogjakarta: MediAction.

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta:


Nuha medika.

Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik(1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan(Ist ed). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan(1st ed.). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai