Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN ASMA BRONKIAL DI RUANG

PARU - PARU RSUD dr.M HAULUSSY AMBON

OLEH :

NAMA : ALLTRY SALAKAY


NPM.1490123006

ROGRAM STUDY PROFESI NERS STIKES MALUKU HUSADA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan akhir stase medikal ini
dengan baik. Laporan ini berisi tentang penyakit Diabetes meilitus di ruang Interna laki RSUD
dr. M Haulussy Ambon.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mahasiswa profesi Ners dalam memenuhi
stase medikal secara cepat dengan bantuan dan dukungan dari CI lahan maupun CI institusi.
Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah
diberikan.
Dalam pembuatan laporan ini, penyusun menyadari bahwa hasil laporan akhir stase
medikal ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi individu, kelompok dan masyarakat pada umumnya.

Ambon,Januari 2023

Penyusun
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRONKIAL

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Asma adalah penyakit saluran napas dengan dasar inflamasi kronik yang
mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran napas dengan derajat yang bervariasi.
Gejala klinis asma dapat berupa batuk, terdengar suara napas wheezing, sesak napas, dada
terasa seperti tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, cenderung memberat
pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus (IDAI, 2015).
Menurut (GINA) Global Initiative for Asthma (2018) asma merupakan penyakit
heterogen yang ditandai dengan adanya peradangan saluran napas kronis diikuti dengan
gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu
dengan intensitas yang berbeda dan bersamaan dengan keterbatasan aliran udara saat
ekspirasi.

1.1.2 Etiologi
GINA (2012) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya asma dibagi
menjadi faktor yang menyebabkan perkembangan asma dan faktor yang memicu gejala asma.

a. Faktor host

1) Genetik Studi keluarga dan analisis asosiasi kontrol kasus telah mengidentifikasi
sejumlah kromosom yang berkaitan dengan kerentanan asma. Kecenderungan untuk
menghasilkan kadar serum IgE total yang meningkat bersamaan dengan 10 terjadinya
hiperresponsif jalan napas merupakan salah satu contoh penyebab terjadinya asma yang
disebabkan oleh faktor genetik.

2) Obesitas Asma cenderung banyak ditemukan pada orang obesitas dengan BMI > 30
kg/m2 dan sulit untuk dikontrol. Efek obesitas pada mekanisme paru berpengaruh pada
jalan napas sehingga mengakibatkan penurunan fungsi paru, dalam hal ini pasien obesitas
memiliki pengurangan volume cadangan respirasi dan pola napas yang berpengaruh
terhadap elastisitas otot polos dan fungsi saluran napas lainnya. 3) Jenis kelamin Pada usia
anak-anak yaitu sebelum usia 14 tahun, jenis kelamin laki-laki lebih berisiko mengalami
asma dibandingkan dengan perempuan, hal tesebut dikarenakan ukuran paru-paru pada
laki-laki ketika lahir lebih kecil dibandingkan perempuan. Akan tetapi, ukuran paru-paru
pada laki-laki ketika dewasa lebih besar dibandingkan perempuan, sehingga beberapa
penelitian menyebutkan di usia dewasa perempuan cenderung lebih berisiko mengalami
asma dibandingkan laki-laki.

b. Faktor lingkungan

1) Alergen Alergen dapat menyebabkan kekambuhan pada penyakit asma. Jenis alergen
dibagi menjadi dua, yaitu alergen indoor dan alergen outdoor. Alergen indoor merupakan
alergi sebagai faktor pencetus asma yang didapatkan dari dalam ruangan, seperti debu
rumah, bulu pada binatang (anjing, kucing, dan hewan pengerat), alergen pada kecoak dan
jamur (alternaria, aspergilus, caldosporium, dan candida), sedangkan alergen outdoor
merupakan alergen yang didapatkan dari luar ruangan, seperti serbuk pada pohon, gulma,
rumput, jamur, dsb.

2) Infeksi Sejumlah virus berkaitan dengan fenotif asma muncul sejak masa bayi.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan parainfluenza virus menghasilkan pola gejala
bronkiolitis yang mirip dengan gejala asma pada anak. Hipotesis terkait kebersihan
menunjukkan bahwa paparan infeksi di awal kehidupan perkembangan anak juga
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang berkaitan dengan terjadinya asma pada anak.

3) Asap rokok Asap rokok pada perokok aktif maupun pasif menyebabkan terjadinya
percepatan penurunan fungsi paru, meningkatkan keparahan asma, glukokortikosteroid
sistemik, mengakibatkan penderita asma kurang responsif terhadap pengobatan yang
diberikan sehingga mengakibatkan rendahnya kemungkinan dapat terkontrolnya suatu
penyakit asma pada pederita. 4) Makanan Beberapa penelitian menyebutkan bahwa bayi
yang diberikan susu sapi maupun susu protein kedelai memiliki insiden lebih tinggi
mengalami mengi dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI. Peningkatan
penggunaan makanan olahan yang mengandung pewarna, pengawet, mengandung lemah
jenuh berkontribusi dalam peningkatan gejala munculnya penyakit asma.

1.1.3 WOC
1.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2015) diantaranya ialah :
a. Stadium Dini Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Wheezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patologis Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Wheezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4) Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Rongen paru
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
a. Spirometri
Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
b. Uji provokasi bronkus
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan cosinofit total
e. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum g Foto thorak untuk
mengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan bronkus dan adanya sumbatan
h. Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan Oksigenasi.

1.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
2. Farmakologi, obat anti asma :
a. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan asma bronkial
1.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma dalah dispnea
(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi (pada beberapa kasus
lebih banyak paroksimal).
2. Riwayat penyakit dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya penyakit ini, di
antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah
(rhinitis, urtikaria, dan eskrim).
3. Pemeriksaan Head to Toe
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk.
b) Dada diobservasi dengan membandikan satu sisi dengan yang lainnya.
c) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
d) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa,
dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
e) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
f) Observasi tipe pernapsan, seperti pernapasan hidung pernapasan diafragma, dan
penggunaan otot bantu pernapasan.
h) Kelainan pada bentuk dada. Observasi kesemetrian pergerakan dada. Gangguan
pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada
paru atau pleura.
j) Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

2) Palpasi
a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasikan keaadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile
premitus (vibrasi).
b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi
seperti :
mata, lesi, bengkak.
c) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara 19

3) Perkusi
Suara perkusi normal :
a) Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru
normal. b) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian
jantung,
mamae, dan hati.
c) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara
perkusi abnormal :
a) Hiperrsonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi darah.
b) Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat
didengar pada perkusi daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi
jaringan.

4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan
bunyi
nafas normal, bunyi nafas tambahan (abnormal), dan suara.
b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan
nafas
dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan vesikular.
d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing, , pleural friction rub, dan
crackles.

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
a. Spirometri
Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
b. Uji provokasi bronkus
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan cosinofit total
e. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum g Foto thorak
untukmengetahui adanya pembengkakan, adanya penyempitan bronkus dan
adanya sumbatan
h. Analisa gas darah Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan Oksigenasi.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise e.
Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
2. Farmakologi, obat anti asma :
a. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1.Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
2.Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
3.Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
4.Ansietas b.d krisis situasional

1.2.3
Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi

1. Setelah dilakukan tindakan perawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011)


selama x… jam diharapkan bersihan
Observasi:
jalan napas membaik dengan kriteria -Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
hasil :
-Batuk efektif meningkat - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
gurgling, mengi, wheezing, ronchi
- Wheezing dan mengi menurun
kering)
-Pola nafas membaik
- Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma) Terapeutik:

- Pertahankan kepatenan jalan napas


dengan headtilt dan chin-lift (jawthrust
jika curiga trauma servical)

- Posisikan semi-fowler atau fowler

-Berikan minum hangat

-Lakukan fisioterapi dada, jika perlu


-Lakukan penghisapan lendir kurang dari
15 detik

-Lakukan hiperoksigenasi sebelum


penghisapan endotrakeal

-Keluarkan sumbatan benda pada dengan


forsep McGill

-Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi:
-Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi

-Ajarkan tehnik batuk efektif

Kolaborasi:
-Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

2. Setelah dilakukan tindakan perawatan


Observasi
selama x… jam diharapkan pola napas
-Monitor pola napas (frekuensi,
membaik dengan kriteria hasil :
kedalaman, usaha napas)
-Dispnea menurun
-Monitor bunyi napas tambahan
-Penggunaan otot bantu napas menurun
(misalnya: gurgling, mengi, wheezing,
-Pemanjangan fase ekspirasi menurun ronchi kering)
Frekuensi napas membaik -Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
-Kedalaman napas membaik
Terapeutik

-Pertahankan kepatenan jalan napas


dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust
jika curiga trauma fraktur servikal)

-Posisikan semi-fowler atau fowler

-Berikan minum hangat


-Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

-Lakukan penghisapan lender kurang dari


15 detik

-Lakukan hiperoksigenasi sebelum


penghisapan endotrakeal

-Keluarkan sumbatan benda padat


dengan forsep McGill

-Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

-Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,


jika tidak ada kontraindikasi

-Ajarkan Teknik batuk efektif

Kolaborasi

-Kolaborasi pemberian bronkodilator,


ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

3. Setelah dilakukan tindakan perawatan


Observasi
selama x… jam diharapkan pertukaran
gas meningkat dengan kriteria hasil : -Monitor frekuensi, irama, kedalaman
-Dispnea menurun dan upaya napas
-Bunyi napas tambahan menuru
-Monitor pola napas (seperti bradypnea,
-Takikardia menurun
takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
-PCO2 membaik
-PO2 membaik
-pH arteri membaik Cheyne-stokes, biot, ataksik)

-Monitor kemampuan batuk efektif

-Monitor adanya produksi sputum

-Monitor adanya sumbatan jalan napas

-Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

-Auskultasi bunyi napas

-Monitor saturasi oksigen

-Monitor nilai analisa gas darah

-Monitor hasil x-ray thoraks

Terapeutik

-Atur interval pemantauan respirasi


sesuai kondisi pasien

-Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

-Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan

-Informasikan hasil pemantauan, jika


perlu.
4. Setelah dilakukan tindakan perawatan
Observasi
selama x… jam diharapkan ansietas
menurun dengan kriteria hasil : -Identifikasi saat tingkat ansietas
-Verbalisasi kebingungan menurun berubah (mis: kondisi, waktu,
stresor)
-Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
dihadapi menurun -Identifikasi kemampuan
-Perilaku gelisah menurun mengambil keputusan
-Perilaku tegang menurun
-Monitor tanda-tanda ansietas
-Konsentrasi membaik (verbal dan nonverbal)

Terapeutik

-Ciptakan suasana terapeutik


untuk menumbuhkan kepercayaan

-Temani pasien untuk mengurangi


kecemasan, jika memungkinkan

-Pahami situasi yang membuat


ansietas

-Dengarkan dengan penuh


perhatian

-Gunakan pendekatan yang tenang


dan meyakinkan

-Tempatkan barang pribadi yang


memberikan kenyamanan

-Motivasi mengidentifikasi situasi


yang memicu kecemasan

-Diskusikan perencanaan realistis


tentang peristiwa yang akan
datang

Edukasi

-Jelaskan prosedur, termasuk


sensasi yang mungkin dialami

-nformasikan secara faktual


mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis

-Anjurkan keluarga untuk tetap


Bersama pasien, jika perlu

-Anjurkan melakukan kegiatan


yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan

-Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi

-Latih kegiatan pengalihan untuk


mengurangi ketegangan

-Latih penggunaan mekanisme


pertahanan diri yang tepat

-Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi

-Kolaborasi pemberian obat


antiansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2463/3/BAB%202.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2590/4/Chapter2.pdf

http://repository.poltekeskupang.ac.id/727/1/KARYA%20TULIS%20ILMIAH%20%20.pdf
Nurarif, A. H, & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdesakan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Jilid 1. Jogjakarta. Mediaction Jogja.

Anda mungkin juga menyukai