BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jalan nafas. Gejala klinis dari penyakit asma yang biasanya muncul berupa mengi
(wheezing), sesak nafas, nyeri dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke
akan memburuk pada malam hari, terpapar alergen (seperti debu, asap rokok) atau
saat sedang mengalami sakit seperti demam (Global Initiative of Asthma, 2018).
Dampak serangan asma yang parah dapat menyebabkan gagal nafas (terjadi
dalam sel-sel tubuh). Saluran nafas dapat tertutup sepenuhnya dan pengobatan
tidak lagi dapat berpengaruh. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian jika tidak
Asma adalah salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan penyempitan dan
membuat pengidapnya sulit bernapas, asma juga bisa menimbulkan gejala lainnya
seperti mengi, batuk-batuk, dan nyeri dada. Karena kondisi ini, maka saluran per-
napasan pada pengidap asma lebih sensitif dibandingkan dengan orang lain tanpa
asma. Ketika paru teriritasi akibat zat pemicu (asap rokok, debu, bulu bi-
natang, dan lain-lain), maka otot-otot saluran pernapasan pada pengidapnya men-
jadi kaku dan menyempit. Asma merupakan kondisi kronis alias jangka panjang
dan sifatnya kambuhan, selain itu sampai saat ini, asma belum bisa disem-
buhkan sama sekali. Namun dengan kontrol dan pengobatan yang tepat, penderita
asma bisa menjalankan aktivitas secara normal dan memiliki harapan hidup yang
tinggi. Asma bisa menyerang orang-orang tanpa mengenal usia dan seringkali
dimulai sejak masa kanak-kanak, atau bisa juga terjadi setelah seseorang dewasa
karena beberapa faktor, seperti obesitas, stress yang berlebihan, pola hidup dan
Dahak merupakan materi yang dikeluarkan dari saluran nafas bawah oleh
batuk. ( Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2001 ). Batuk dengan dahak menunjukkan
adanya eksudat bebas dalam saluran pernapasan seperti pada bronchitis kronis,
bronkietasis, dan kavitas. Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejum-
lah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan
Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimi-
awi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pem-
bersihan tidak berjalan secara adekuat normal, sehingga mukus ini banyak tertim-
bun dan bersihan jalan nafas akan tidak efektif. Bila hal ini terjadi, membran
intrathorakal dan intra abdominal yang tinggi. Di batukkan, udara keluar dengan
akselerasi yang cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun. Mukus
drainase. Pengeluaran dahak dengan membatuk akan lebih mudah dan efektif bila
lendir keluar dari saluran pernapasan dan seseorang akan merasa lendir atau dahak
di sauran napas hilang dan jalan nafas akan kembali normal (Yosef A. N dkk
2011 )
dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap masuknya
benda asing dalam saluran pernapasan, batuk efektif dilakukan melalui gerakan
yang terencana atau dilatihkan terlebih dahulu. Dengan batuk efektif, maka berba-
gai penghalang yang menghambat atau menutup saluran pernapasan dapat dihi-
salah satu jenis penyakit yang paling banyak diidap oleh masyarakat Indonesia,
hingga akhir tahun 2020, jumlah penderita asma di Indonesia sebanyak 4,5 persen
dari total jimlah penduduk Indonesia atau sebanyak 12 juta lebih. Prevalensi
Asma berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Semua Umur provinsi su-
matera barat adalah 2,0 %. Proporsi Kekambuhan Asma dalam 12 Bulan Ter-
akhir pada Penduduk Semua Umur Provinsi sumatera barat adalah 66,2%
( Riskesdas 2018 )
Penelitian yang dilakukan oleh hidayah dan ilmi nurul 2022 yang di -
ada pengarug terhadap bersihan jalan nafas pada anak dengan asma bronkial
asuhan keperawatan pada klien asma bronchial dengan masalah bersihan jalan
nafas pada pasien asma bronkial yang berjudul “Pemenuhan Bersihan Nafas
2022”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas yang menjadi rumusan
masalah dalam literatur rivew ini adalah Bagaimana study literature Pemenuhan
Bersihan Nafas Dengan Batuk Efektif Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronkial
Tahun 202
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
pengetahuan yang telah ada tentang asma bronchial sehingga dapat menu-
4. Bagi Klien
Hasil penelitian ini dapat memberikan wacana bagi partisipan dan keluarga
1. Asma Bronkhial
A. Pengertian
Asma bronchial adalah suatu keadaan kondisi paru-paru kronis yang ditandai
dengan kesulitan bernafas, dan menimbukan gejala sesak nafas, dada terasa berat
dan batuk, terutama pada malam menjelang dini hari. Dimana saluran pernafasan
2016).
Asma bronchial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas dan
mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma bronchial yang
berkurang yang meliputi batuk, nyeri dada, mengi dan dispnea. Penderita asma
dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner & Suddarth, 2017).
B. Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko penyebab asma
1. Faktor genetik
a. Atopi/alergi
b. Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
d. Jenis kelamin Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma bronchial se-
belum usia 14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali
2. Faktor lingkungan
a. Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa, serpihan
3. Faktor lain
c. Exercise-induced asthma.
C. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
bronchial adalah spasme otot polos edema dan inflamasi memakan jalan nafas dan
edukasi muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi menye-
paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara, hiperinflamasi patu.
Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan
dapat menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat dan tidur. walaupun, jalan nafas
bersifat difusi, obstruksi menyebabkan perbedaan suatu bagian dengan bagian lain
ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi yang menye-
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi de-
juga akan terjadi kongesti dan pembangunan ruang intensium paru. Individu yang
sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah mengalami degravitasi dimana-
2015)
Asma akibat alergi bergantung kepada respons IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE
yang berikatan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma
harus tersedia dalam jumlah yang banyak untuk periode waktu tertentu. Akan
tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan respons yang
sangat baik, sehingga sejumlah kecil alergen yang mengganggu sudah dapat
menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas . (Somantri, 2009). Obat yang pal-
ing sering berhubungan dengan induksi episode akut asma adalah aspirin, bahan
juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari
polip nasal. Baru kemudian muncul asma progesif. Klien yang sensitif terhadap
aspirin dapat didesentisasi dengan pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani
bentuk terapi ini, toleransi silang juga akan terbentuk terhadap agen anti-inflamasi
karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan
dengan pembentukan leukotrien yang di induksi secara khusus oleh aspirin. An-
asma , sama halnya dengan klien lain. Dapat menyebabkan peningkatan reaktivi-
tas jalan nafas dan hal itu harus dihindarkan. Oleh sulfat, seperti kalium dan na-
trium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam
industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat menim-
bulkan obstruksi jalan nafasakut pada klien sensitif. Pajanan biasanya terjadi sete-
lah menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa ini, seperti salad,
serangan diatas ditambah dengan pencetus lainnya dari internal klien akan men-
gakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibody. Reaksi antigen dan antibodi
kapiler, dan peningkatan sekret mukus, seperti terlihat pada gambar berikut
(Mulyani & Gunawan, 2010). Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada
jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan
zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya alergi.
IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menye-
babkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan
memberikan gejala asthma (Mulyani & Gunawan, 2010). Respon astma terjadi
dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan bronkokontriksi
( 1-2 jam ); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam
dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama; tahap late yang ditandai dengan peradan-
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan
udara dingin. Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan pen-
ingkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi
distres pernafasan. Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar
dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi
pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang ke-
mudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02
ventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea), (Somantri,
2009 )
di jalan napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen terse-
but akan
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X )
Astma
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronchial adalah batuk dispnea
dan mengi. Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai di antaranya
2. Gelisah.
4. Kelelahan.
6. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat.
7. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang di banding inspirasi .
9. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat
E. Komplikasi
1. Pneumonia
Adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau kedua paru-
2. Atelektasis
3. Gagal nafas
4. Bronkitis
Adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan di paru-
paru yang kecil (bronkiolus) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi
peningkatan lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-
5. Fraktur iga
Adalah patah tulang yang terjadi akibat penderita terlalu sering bernafas secara
F. Penatalaksanaan
Penyakit Asma Tujuan pengobatan asma bronkial adalah agar penderita dapat
hidup normal, bebas dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal
awatan dan angka kematian akibat asma Suatu kesalahan dalam penatalaksanaan
asma dalam jangka pendek dapat menyebabkan kematian , sedangkan jangka pan-
jang dapat mengakibatkan peningkatan serangan atau terjadi obstruksi paru yang
menahun . (Somantri, 2009). Untuk pengobatan asma perlu diketahui juga per-
jalanan penyakit, pemilihan obat yang tepat cara untuk menghindari faktor pence-
tus Dalam penanganan pasien asma penting diberikan penjelasan tentang cara
Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau debu rumah aler-
gen dari hewan, jamur, dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari
tepung sari, ja mur, polusi udara. Obat aspirin dan antiinflamasi non steroid dapat
menjadi faktor pencetus asma. Olah raga dan peningkatan aktivitas secara berta-
hap dapat mengurangi gejala asma. Psikoterapi dan fisioterapi perlu diberikan
asma
nya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan beker-
Untuk terapi non farmakologi, dapat dilakukan dengan olah raga secara
berenang, gejala sesak nafas akan semakin jarang terjadi. Hal ini mungkin
menjadi lebih kuat. Selain itu, lama kelamaan pasien akan terbiasa dengan
jaja, 2001). Namun hendaknya olah raga ini dilakukan secara bertahap dan
dengan melihat kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan penjelasan kepada
pasien agar menghindari atau menjauhkan diri dari faktor-faktor yang dike-
tahui dapat menyebabkan timbulnya asma, serta penanganan yang harus di-
lakukan jika serangan asma terjadi Terapi Farmakologi (Purnamadyawaty,
2000).
b. Terapi Farmakologi
nya gejala dan obstruksi saluran pernafasan. Pada saat ini obat asma
dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu reliever dan controller. reliever
adalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma yaitu obstruksi saluran
tor yang paling kuat pada pengobatan asma. Agonis Beta-2 mempunyai efek
mediator dari sel mast dan basofil. Golongan agonis beta-2 merupakan sta-
bilisator yang kuat bagi sel mast, tapi obat golongan ini tidak dapat mence-
tekanan darah, tremor, palpitasi, takikardi dan sakit kepala. Pemakaian ago-
nis beta-2 secara reguler hanya diberikan kepada asma kronik berat yang
rasa kering dimulut dan tenggorokan. Mula kerja obat ini lebih cepat
beta-2 belum memberikan efek yang optimal. Penambahan obat ini terutama
strim atau penderita yang disertai bronkitis kronis. Obat golongan xantin
seperti teofilin dan aminofilin adalah obat bronkodilator yang lemah tetapi
jenis ini banyak digunakan oleh pasien karena efektif, aman, dan harganya
murah. Dosis teofilin per oral 4 mg/kgBB/kali pada orang dewasa biasanya
muntah, rasa kembung dan nafsu makan berkurang. Efek samping lain
adalah diuresis. Pada pemberian teofilin dengan dosis tinggi dapat menye-
pusat. Obat yang termasuk golongan controller adalah obat anti inflamasi
histamin aksi lambat. Obat agonis beta-2 aksi lambat dan teofilin lepas lam-
bat dapat digunakan sebagai obat controller. Natrium kromoglikat dapat
paten. Obat ini digunakan sebagai tambahan pada penderita asma yang su-
dah mendapat terapi kortikosteroid tetapi belum mendapatkan hasil yang op-
timal.
bulan pada sebagian penderita asma dengan dasar alergi dapat mengurangi
gah kemotaksis dan aktivitas sel inflamasi, mengurangi sel inflamasi, dan
tas otot pernapasan yang dipengaruhi oleh stimulasi beta-2 melalui pen-
cara intermiten beberapa hari dalam sebulan, atau dosis tunggal pagi selang
sehari (alternate day) atau dosis tunggal pagi hari. Pemberian kortikosteroid
peroral sering menimbulkan efek samping pada saluran cerna seperti gastri-
tis, penurunan daya tahan tubuh, osteoporosis, peningkatan kadar gula darah
trium dan cairan, obesitas, cushing syndrom, bullneck, dan yang paling
pada pemberian sistemik dalam jangka lama, maka lebih baik diberikan obat
cara bertahap 50% setiap 3-5 hari. Hidrokortison diberikan 4mg/kg/BB se-
halasi untuk orang dewasa bervariasi, dosis awal yang dianjurkan adalah
400-1600 mikrogram/hari dibagi dalam 2-4 dosis, sedangkan untuk anak di-
pemberian secara sistemik karena konsentrasi obat yang tinggi pada tempat
menggantikan steroid sistemik pada penderita asam kronik yang berat. Efek
batuk, suara serak, infeksi paru dan kerusakan mukosa pernah dilaporkan
janya yang cepat karena obat bekerja langsung pada organ target diperlukan
dosis yang kecil secara lokal dan efek samping yang minimal. Dengan
yang baik.
G. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma bronchial di-
4. AGD Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokap-
nia (PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia
(PCO2 naik).
A. Pengertian
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
masuknya benda asing dalam saluran pernapasan. Gerakan ini terjadi atau
paru. Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai
dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap ma-
melalui gerakan yang terencana atau dilatihkan terlebih dahulu. Dengan batuk
B. Tujuan
Batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi mak-
c. Pneumothoraks
maupun sekret dalam hidung, timbul akibat adanya infeksi pada saluran per-
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami pe-
masangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teransetesi. Sehingga ketika
sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan
2. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali).
➢ Tujuan :
batuk
b. Tissu
c. Perlak/handuk kecil
d. Tempat tidur yang memungkinkan untuk posisi semi fowler atau kursi jika
pasien
f. Bantal penyangga
➢ Langkah-Langkah :
a. Tahap Pra-Interaksi
Siapkan peralatan
b. Tahap Orientasi
Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada pasien.
c. Tahap Kerja
Cuci tangan
kursi
seperti meniup)
d. Tahap Terminasi
Rapikan peralatan
Cuci tangan
A. Pengkajian
3. Riwayat penyakit masa lalu Apa klien pernah mengalami penyakit asma
asma sebelumnya .
5. Aktivitas istirahat
a. Gejala : Ketidakmampuan melakukan aktivitas, ketidakmampuan un-
otot.
6. Sirkulasi
7. Integritas ego
8. Makanan cairan
berat badan
9. Hygiene
melakukan aktivitas.
10. Pernafasan
a. Gejala : Nafas pendek, dispnea usus saat beraktivitas, rasa dada
kuku.
11. Keamanan
12. Seksualitas
dekat penyakit.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien asma bronchial diantaranya
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru se-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan
yang dibuat oleh penelitian berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
tipe study yang di review adalah semua jenis penelitian eksperimental dengan pre
dan post test terhadap penyembuhan asma bronkhial. literature review ini disusun
sudah terpublikasi.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuh hasil i kriteria yang
Pada penelitian ini yang menjdi populasi adalah artikel penelitian yang sudah
terpublikasi.
2. Sampel
menyeleksi porsi dari populasi yang mewakili populasi yang ada. ( Nursalam,
2017 )
Yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah hasil artikel penelitian
yang sudah terpublikasi. yang diambil dari penelitian: judul penelitian, nama
peneliti, tahun publikasi, metode, jumlah sampel, hasil dan kesimpulan peneli-
dian dimasukkan ke dalam sebuah tabel agar hasil ekstraksi mudah dibaca.
HASIL PENELITIAN
3. Penerapan Batuk Efektif Hendi Seti- Untuk mendapatkan gambaran Pasien asma Deskriptif dengan Penerapan latihan batuk
Sebagai Manajemen awan penerapan latihan batuk efektif se- bronkial di ru- pendekatan studi efektif yang dilaksanakan
Bersihan Jalan Nafas bagai manajemen bersihan jalan ang laika waraka kasus selama 5 hari di pagi dan
Pada Pasien Asma nafas pada pasien asma bronkial di rsud bahteramas sore hari atau dalam dua
Bronkial Di Ruang Laika ruang laika waraka rsud kendari sesi berpengaruh ter-
Waraka Rsud Bahtera- hadap kepatenan jalan
mas Kendari Tahun 2018 nafas sehingga mengu-
rangi sesak pada pasien
asma bronkial
4 Pemenuhan Bersihan rumentalia membandingkan kedua masalah dua orang pasien jenis penelitian batuk efektif perlu
Nafas Dengan Batuk sulistini, agus- keperawatan asma bronkial kedua dengan inisia; deskriptif analitik dikalukan secara rutin
Efektif Pada Asuhan cik, maria ulfa pasien dalam pemenuhan kebu- ny a yang beru- dengan pendekatan dan penting untuk dia-
Keperawatan Asma tuhan bersihan jalan napas. sia 57 tahun dan sudi kasus jarkan kepada keluarga.
Bronkial 2021 pasien kedua
ny.s berusia 60
tahun,
5 Batuk Efektif Dalam Yosef Agung untuk menganalisis pengaruh batuk 15 responden pra eksperimen terdapat pengaruh yang
Pengeluaran Dahak Pada Nugroho dan efektif pada pasien yang memenuhi signifikan / bermakna se-
Pasien Dengan Ketidake- Erva Elli Kris- pengeluaran sputum terhadap kriteria inklusi. belum dan sesudah per-
fektifan Bersihan Jalan tiani ketidakefektifan pembersihan lakuan batuk efektik pada
Nafas Di Instalasi Reha- saluran pernafasan di rehabilitasi pasien dengan ketidake-
bilitasi Medik Rumah medik fektifan bersihan jalan
Sakit Baptis Kediri instalasi rumah sakit baptis kediri. nafas di instalasi rehabili-
2011 tasi medik rs baptis
kediri
6 Efektifitas Batuk Efektif Novan ade pu- Menganalisis teknik relaksasi batuk metode deskriptif terdapat Pengaruh latihan
Sebagai Manajemen Un- tra rumbayan efektif yang diterapkan dalam men- dan studi kasus. batuk efektif pada penu-
tuk Meningkatkan Bersi- gatasi sesak nafas pada klien Asma runan frekuensi sesak
han Jalan Nafas Pada Bronkhia nafas pada Asma
Pasien Asma Bronkhial Bronchial,
2020
BAB
METODE PENELITIAN
Desain penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat
olehpenelitian berhubungan dengan bagaimana suatu penelitin bisa diterapkan ( nursalam 2017 )
Jenis penelitian in bersifat deskriptif dengan melakukan studi dokumentasi. tipe study
yang di review adalah semua jenis penelitian eksperimental dengan pre dan post test terhadap
penyembuhan asma bronkhial. literature review ini disusun melalui penelusuran artikel peneli-
tian yang sudah terpublikasi.
Literature review ini disusun melalui penelusuran artikel penelitian yang sudah terpub-
likasi. populasi sampelnya adalah seluruh sampel dengan berbagai jenis pasien asma bronkhial.
berikut merupakan intisari yang diambil dari penelitian: judul penelitian, nama peneliti, tahun
publikasi, metode, jumlah sampel, hasil dan kesimpulan penelitian lengkap dengan nilai sig-
nifikansinya. intisari yang diambil kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabel agar hasil ek-
straksi mudah dibaca. setelah dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi didap-
atkan 5 artikel, 5 artikel tersebut kemudian dianalisis. di bawah ini merupakan 5 daftar artikel
yang di ekstraksi dalam bentuk table.
Daftar pustaka
Hendi Setiawan, 2018 Penerapan Batuk Efektif Sebagai Manajemen Bersihan Jalan Nafas Pada
Pasien Asma Bronkial Di Ruang Laika Waraka Rsud Bahteramas Kendari, Politeknik Kesehatan
Kendari.
Rumentalia Sulistini, Aguscik,Maria Ulfa, 2021 Pemenuhan Bersihan Nafas Dengan Batuk Efek-
tif Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronkial, Jurnal Keperawatan Merdeka (Jkm), Volume 1
Nomor 2, November 2021
Effendy,C & Asih, NGY. (2009). Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem Per-
nafasan. Jakarta : EGC
Astmha and Allergy Foundation of Amerika, 2010. Astmha and Figures. Landover:
from:http://www.aafa.org/display.cfm?id=9&sub=42#(Accessed at 21 februari
2015).
gangguan System pernafasan. Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta. Ayres Jon,
Budiono & Pertami, SB. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika
Nugroho, Yosef. Agung. 2014.”Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak pada Pasien