Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

MATA KULIAH: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

Oleh:

Daniswara Pradipa Bhagaskara

225170100111056

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWARAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini tepat waktu.
Laporan Pendahuluan ini saya susun dengan semaksimal mungkin demi
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Saya menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa yang saya gunakan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik supaya saya dapat memperbaiki laporan
pendahuluan ini.

Malang, 24 November 2023

Daniswara Pradipa B.

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Respirasi merupakan sebuah sistem yang memiliki peran yang
sangat penting bagi tubuh makhluk hidup. Karena sistem respirasi memiliki
peran untuk mempertahankan kestabilan tubuh. Dengan memperoleh O2 dari
udara dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal didalam tubuh.
Sistem ini membantu mengatur pH lingkungan internal dengan
menyesuaikan tingkat pengeluaran CO2 pembentuk asam. Selain itu sistem
respirasi bermanfaat bagi kehidupan sel, karena sel membutuhkan pasokan
O2 yang terus-meneurs untuk menunjang berbagai reaksi kimia penghasil
energi, dan memproduksi CO2 yang harus dikeluarkan. (Imtiyazi, 2018)
Tentunya dalam terdapat penyakit yang dapat menjangkit sistem
respirasi, salah satunya adalah penyakit asma. Berdasarkan data dari WHO
penyakit asma sudah diderita 235 juta orang di seluruh dunia. Dan menjadi
penyebab kematian paling banyak terjadi di negara miskin serta negara
berkembang.
1.2 Tujuan

Laporan pendahuluan ini memiliki rujuan untuk menambah


pengetahuan mahasiswa tentang penyakit asma serta melatih
mahasiswa untuk dapat membuat asuhan keperawatan untuk penyakit
asma.
1.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari laporan pendahuluan ini adalah


menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit jantung koroner dan
menambah penyetahuan mahasiswa terkait cara membuat dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien yang memiliki penyakit jantung koroner

1
BAB II
ISI

2.1 Penyakit Asma


a) Definisi
Asma merupakan kelainan berupa inflamasi kronik saluran
napas yang dapat menyebabkan hiperreaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang dapat menimbulkan gejala seperti mengi,
batuk, sesak napas dan dada terasa berat terutama pada malam dan
atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau
tanpa pengobatan. Keluhan utama penderita asma adalah sesak
napas, sesak napat ini dapat terjadi disebabkan oleh adanya
penyempitan saluran napas karena hiperreaktivitas dari saluran
napas sehingga dapat menyebabkan bronkospasme, infiltrasi sel
inflamasi yang menetap, edema mukosa, dan hipersekresi mukus
yang kental.(Yulia, Dahrizal and Lestari, 2019)
b) Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit asma yang dibagi mendaji


dua yaitu :
1. Faktor presdiposisi
Penderit dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga uang mederita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
oenyakit asta jika terpapar dengan faktor pencetus.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
 Inhalan yaitu yang masuk melalui saluran
pernafasan seperti debu.
 Ingestan yaitu yang masuk melalui mulut
misalnya makanan.
 Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak
dengan kulit misalnya perhiasan dan logam.
b. Perubahan cuaca

2
Perubahan suhu yang dingin dan lembab
dapat menyebabkan terjadinya penyakit asma.
c. Stress
Stress dapat menjadi penyebab terjadinya
asma dan juga dapat memperberat serangan asma
yang sudah ada
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan
sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana pendertia bekerja.
e. Olahraga atau aktivitas berat
Sebagian besar penderita mengalami serangan asma
jika melakukan aktifitas olahraga yang berat seperti
berlari cepat.(Rohman, 2015)
c) Patofisiologi
Bronkokonstriksi merupakan faktor utama yang
menimbulkan gejala klinis pada asma. Bronkokonstriksi merupakan
kontraksi otot polos bronkial yang terjadi sebagai respon terhadap
berbagai stimuli termasuk bahan alergen atau iritan.
Bronkokonstriksi terjadi karena pelepasan mediator inflamasi yang
berasal dari sel mast, terdiri dari histamin, triptase, leukotrien, dan
prostaglandin yang secara langsung menyebabkan kontraksi otot
polos saluran napas. Inflamasi yang bersifat progresif dapat
menyebabkan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh
adanya edema, hipersekresi mukus, dan pembentukan mucus plugs.
Hiperesponsif saluran napas merupakan respon bronkokonstriksi
yang berlebihan terhadap berbagai macam stimulus. Airway
remodeling terjadi karena inflamasi yang terus menerus,
menyebabkan perubahan permanen pada struktur saluran napas.
Perubahan struktural yang terjadi pada airway remodeling antara
lain penebalan basement membrane, fibrosis pada subepitel,
hipertropi dan hiperplasia pada otot polos saluran napas, proliferasi
dan dilatasi pembuluh darah, hipersekresi dan hiperplasia dari dari
kelenjar mucus
3
Serangan asma akut terjadi karena adanya obstruksi jalan
napas secara luas yang ditimbulkan oleh kombinasi spasme otot
polos bronkus (bronkokonstriksi), edema mukosa akibat inflamasi
saluran napas, dan sumbatan mukus. Obstruksi jalan napas
menyebabkan peningkatan tahanan jalan napas, air trapping dan
distensi paru yang berlebihan. (Utami, 2021)
d) Faktor Resiko
Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang paling sering
dimiliki oleh penderita asma :

a. Riwayat keluarga

Apabila salah satu anggota keluarganya menderita


penyakit asma, maka seseorang cenderung memilikinya
juga

b. Jenis kelamin dan usia

Asma paling sering terjadi pada masa kanak –


kanak, anak laki – laki cenderung lebih sering mengalami
asma daripada anak perempuan.

c. Alergi

Tingkat sensitivitas terhadap alergen, semisal


debu, polusi udara, bulu hewan, jamur, atau zat beracun
sering kali bisa menjadi acuan mengenai potensi terserang
asma.

d. Merokok

Asap rokok menimbulkan iritasi terhadap saluran


pernafasan, bahkan seorang perokok aktif mempunyai risiko
lebih besar untuk penyakit asma.

e. Infeksi saluran pernapasan

Kondisi saluran pernafasan yang bermasalah sejak


balita dan kanak – kanan akan menyebabkan suara bengkak.
(Yusuf Sukman, 2017)

4
e) Manifestasi Klinik
1. Gejala Umum
 Batuk
 Dispnea
 Mengi
2. Serangan asma
 Sering terjadi di malam hari
 Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak
dada
 Pernapasan lambat
 Ekspirasi lebih kuat dan lama daripada inspirasi
 Obstruksi jalan napas membuat sensasi dyspnea

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus

Klien A (19 th) memeriksakan diri di RS dengan keluhan batuk


dan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Klien memiliki riwayat penyakit
asma sejak 5 tahun yang lalu. Tiga hari yang lalu klien pergi mendaki
gunung dengan teman-temannya, dan mulai merasakan keluhan batuk
disertai sesak nafas. Sesak nafas hanya sedikit mereda dengan obat inhalasi
albuterol yang digunakannya setiap 2 jam. Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan penggunaan otot-otot bantu nafas, wheezing +/+ pada seluruh
lapang paru, TD 110/70 mmHg, N 90x/mnt, RR 30x/mnt, S 37oC.
3.2 Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien
 Nama : Tn. A
 Usia : 19 th
 Jenis Kelamin : tidak terkaji
 Agama : -
 Alamat : -
 Penanggung Jawab : -
 Tanggal masuk RS : -
 Tanggal Pengkajian : -
 Keluhan Utama : batuk dan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu
2) Riwayat penyakit sekarang : sesak nafas
3) Riwayat penyakit dahulu : asma sejak 5 tahun yang lalu
4) Riwayat penyakit keluarga : -
5) Riwayat psikososial :
Faktor pencetus : mendaki gunung
6) Aktivitas / Istirahat : kelelahan umum dan kelemahan, napas
pendek karena kerja, takipnea, kelelahan otot, nyeri dan sesak

6
(tahap lanjut)
7) Makanan / Cairan : tidak terkaji
8) Nyeri / Kenyamanan : Nyeri dada meningkat karena batuk
berulang, gelisah
9) Pemeriksaan fisik :
a. Pernapasan : Napas pendek, wheezing, retraksi, takipnea,
batuk kering, wheezing,
 Inspeksi : Tidak Terkaji
 Palpasi : Tidak Terkaji
 Perkusi : Tidak Terkaji
 Auskultasi : wheezing di seluruh lapang paru, lokasidan
perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
b. Kardiovaskuler : Tidak Terkaji
c. Muskuloskeletal : Tidak Terkaji
d. Intelegumen : Tidak Terkaji
e. Psikososial : Tidak Terkaji
b. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
1. Pola napas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif

7
c. Rencana asuhan keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
.
1. D. 0005 Pola nafas tidak L.01004 Pola nafas membaik I.01015
efektif b.d sesak napas d.d Manajemen jalan nafas
penggunaan otot bantu napas Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3 x 24 jam, makaObservasi
pola napas membaik, dengan kriteria 1. Monitor pola napas
hasil: (frekuensi, kedalaman, usaha
1. Dispnea menurun napas)
2. Penggunaan otot bantu nafas 2. Monitor bunyi napas
penurun tambahan (misalnya: gurgling,
3. Frekuensi nafas membaik mengi, wheezing, ronchi kering)
4. Kedalaman nafas membaik 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
aroma)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw thrust jika curiga trauma
fraktur servikal)
2. Posisikan semi- fowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika
tidak ada kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2. D.0003 GangguanL.01003 I.01014
pertukaran gas b.d wheezing,Pertukaran gas meningkat Pemantauan respirasi
sesak napas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, maka pertukaean 1. Monitor
gas meningkat, dengan kriteria hasil : frekuensi, irama, kedalaman dan
1. Sesak napas menurun upaya napas
2. Wheezing menurun 2. Monitor pola napas
(seperti bradypnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
Cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Monitor
kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatanjalan
napas
6. Palpasi
kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai analisa gas
darah
10. Monitor hasil x- ray thoraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
11. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
3. D.0001 Bersihan janal napasL.01002 I.01011
tidak efektif b.d takipnea Manajemen jalan nafas
Bersihan jalan nafas meningkat

Observasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Monitor pola napas (frekuensi,
selama 3 x 24, maka bersihan jalan kedalaman, usaha napas)
nafas dmeningkat, dengan kriteria : 2. Monitor bunyi napas
tambahan (misalnya: gurgling,
1. Batuk efektif meningkat
mengi, wheezing,
2. Produksi sputum menurun ronchi kering)

3. Wheezing menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna,


aroma)

Terapeutik

1. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-tilt dan
chin- lift (jaw thrust jika curiga
trauma fraktur servikal)
2. Posisikan semi- fowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan asupan cairan


2000
ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
d. Implementasi
Tgl/Jam No. DP Implementasi TTD
1 - Mengkaji frekuensi dan A
kedalaman pernapasan
- Mengauskultasikan bunyi nafas
- Memberikan nebulizer
- Mengajarkan pasien nafas dalam
dan batuk efektif

e. Evaluasi
Tgl/Jam No. DP Evaluasi TTD
1 S : Pasien mengatakan sesak napas A
berkurang
O:
- RR 24x/min
- Masih ada wheezing di sebagian
paru
- Klien mengeluarkan batuk
berdahak
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan pemberian Aminophilin 1
ampoile drip lewat infus RL di
ruangan jika tekanan darah diatas
100 mmHg.

1
4
DAFTAR PUSTAKA

Imtiyazi, M.S. (2018) ‘Perbandingan Parameter Fungsi Paru Atlet Putra Cabang
Olahraga Individu Dan Beregu Di Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pelajar
Jawa Tengah(Studi pada Cabang Olahraga Tinju dan Sepak
Takraw)Imtiyazi, Muhammad Syamil’, Sistem Respirasi, (1), pp. 10–35.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/61936/.
Rohman, D. (2015) ‘Efektifitas Latihan Nafas Dalam (Deep Breathing) terhadap
peningkatan Erus Puncak Ekspirasi pada Pasien Asma di Puskesmas Rakit
1 Banjanegara’, (Universitas Muhammadiyah Purwokerto), pp. 1–13.
Utami, N. R. (2021). DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA TERBARU ASMA
AKIBAT KERJA. Jurnal Medika Hutama, 2(03 April), 990-1001.
Yulia, A., Dahrizal, D. and Lestari, W. (2019) ‘Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi
Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma’,
Jurnal Keperawatan Raflesia, 1(1), pp. 67–75. Available at:
https://doi.org/10.33088/jkr.v1i1.398.
Yusuf Sukman, J. (2017) ‘Konsep Masalah Penyakit Asma’, Вестник
Росздравнадзора, 4, pp. 9–15.

1
5

Anda mungkin juga menyukai