Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

MATA KULIAH: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT TBC

Oleh:

Daniswara Pradipa Bhagaskara

225170100111056

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWARAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini tepat waktu.
Laporan Pendahuluan ini saya susun dengan semaksimal mungkin demi
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Saya menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa yang saya gunakan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik supaya saya dapat memperbaiki laporan
pendahuluan ini.

Malang, 29 September 2023

Daniswara Pradipa B.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


TB Paru merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dengan
angka mortalitas dan morbiditas yang terus meningkat. Penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, tempat kumuh, perumahan
dibawah standar, dan perawatan kesehatan yang tidak adekuat.
Mikobakterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.
Pada tahun 1993 WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit
TBC, karena pada sebagian besar negara di dunia penyakit TBC tidak
terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil
disembuhkan terutama penderita menular (BTA positif). Pada tahun 1995
diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TBC dengan
kematian 3 juta orang (WHO, Treatment of Tuberculosis, Guidelines for
National Programmes,1997). Di Negara-negara berkembang kematian
TBC merupakan 25 % dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat
dicegah. Diperkirakan 95% penderita TBC ada di negara berkembang,
75% adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). Munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia, diperkirakan akan memicu peningkatan jumlah
penderita TBC.
1.2 Tujuan
Laporan pendahuluan ini memiliki rujuan untuk menambah
pengetahuan mahasiswa tentang penyakit TBC serta melatih mahasiswa
untuk dapat membuat asuhan keperawatan untuk penyakit TBC.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari laporan pendahuluan ini adalah
menambah wawasan mahasiswa tentang penyakit TBC dan menambah
penyetahuan mahasiswa terkait cara membuat dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien yang memiliki penyakit TBC.
BAB II
ISI

2.1 Definisi TBC


Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang
umumnya disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. bakter
tesebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan
ke dalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke
bagian tubuh lain melalui sistem peredaran, sistem saluran limfa, melalui
saluran (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya.
Penyakit ini umumnya menimbulkan tanda-tanda dan gejala yang sangat
bervariasi pada masing-masing penderita, mulai dari tanpa gejala hingga
gejala yang sangat akut.
2.2 Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, serta
bakteri ini juga disebut dengan Basil Tahan Asam (BTA). Jika bakteri-
bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit sampai 20 menit untuk sel
tunggal yang membelah, basil TB memerlukan waktu 12 sampai 24 jam
untuk membelah diri. Basil TB sangat rentang terhadap sinar matahari,
sehingga dalam beberapa menit saja basil TB akan mati. Kerentangan ini
terutama karena terkena sinar ultra violet.
2.3 Patofisiologi
Ketika seorang penderita TB Paru batuk, bersin, atau berbicara,
maka secara tidak sengaja percikan dahak yang mengandung kuman atau
bakteri jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas, percikan dahak tadi menguap ke
udara. Dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang
terkandung dalam dahak tadi terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup
oleh orang sehat maka orang itu berrisiko terkena infeksi bakteri
tuberkulosis Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk
sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek
primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap
bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi
pleura. Bakteri yang masuk ke paru – paru dapat bertahan hidup dan
menyebar ke limfe serta aliran darah sehingga dapat menyebabkan seluruh
organ seperti paru, otak, ginjal, tulang terinfeksi oleh bakteri ini. Sistem
imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik-
tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi
jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai
10 minggu setelah pemajanan.
Infeksi primer mungkin hanya berukuran mikroskopis dan
karenanya tidak tampak pada foto rongten. Tempat infeksi primer dapat
mengalami proses degenerasi nekrotik (perkejuan) tetapi bisa saja tidak,
yang menyebabkan pembentukan rongga yang terisi oleh massa basil
tuberkel seperti keju, sel-sel darah putih yang mati, dan jaringan paru
nekrotik. Pada waktunya, material ini mencair dan dapat mengalir ke
dalam percabangan trakeobronkial dan di batukkan. Produksi sputum
merupakan gejala yang tidak khas pada banyak penyakit paru. Umumnya,
sputum merupakan produk peradangan atau infeksi saluran pernapasan,
namun dapat juga berasal dari alveolus. Akibat sekresi mukus yang
berlebihan meliputi batuk, sumbatan saluran pernapasan dan obstruksi
saluran pernapasan.
Saluran perapasan mempunyai beberapa alat untuk
mengekspresikan ketidaksenangannya atau iritasinya. Saluran pernapasan
dan parenkim paru mempunyai beberapa reseptor, tetapi batuk merupakan
respon utama paru terhadap rangsangan bahaya. Reseptor iritan di seluruh
saluran pernapasan dapat memicu batuk sebagai suatu usaha untuk
membersihkan materi-materi bahaya. Jenis batuk pembersih tenggorokan
lebih sering berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan atas. Adanya
sputum menunjukan adanya infeksi, peradangan saluran pernapasan.
Dahak manusia merupakan sumber infeksi yang paling penting. Saat
penderita batuk, bersin maupun berbicara maka akan terjadi percikan
dahak yang sangat kecil yang mengandung kuman atau bakteri TB yang
melayang-layang diudara. Sehingga dengan mudah akan terhirup oleh
manusia yang sehat dan menyebabkan orang sehat tersebut tertular
penyakit TB Paru karena ketidaktahuannya dalam mencegah penularan.
2.4 Manifestasi Klinis
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah
asimptomatis. Pada individu lainya, gejala berkembang secara bertahap
sehingga gejala tersebut tidak dikenali sampai penyakit telah masuk tahap
lanjut. Bagaimanapun, gejala dapat timbul pada individu yang mengalami
imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan oleh basil.
Manifestasi klinis yang umum termasuk keletihan, penurunan berat badan,
letargi, anoreksia (kehilangan napsu makan), dan demam ringan yang
biasanya terjadi pada siang hari. “berkeringat malam” dan ansietas umum
sering tampak. Dipsnea, nyeri dada, dan hemoptisis adalah juga temuan
yang umum.
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dalam penyakit TBC adalah :
1. Tulang
Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah
sendi panggul, panggul dan tulang belakang. Gangguan tulang
belakang bisa terlihat dari bentuk tulang belakang penderita.
2. Usus
TBC usus ini bisa timbul karena penderita mengonsumsi
makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini bisa
menyebabkan gangguan seperti penyumbatan, penyempitan,
bahkan membusuknya usus.
3. Otak
Gejala yang muncul hampir sama dengan orang yang
terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi, gangguan
kesadaran, kejang-kejang, juga penyempitan sel-sel saraf di otak.
4. Ginjal
Bakteri TBC juga dapat merusak fungsi ginjal. Akibatnya,
proses pembuangan racun tubuh akan terganggu. Selanjutnya
bukan tidak mungkin bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang
biasa terjadi antara lain mual-muntah, nafsu makan menurun, sakit
kepala, lemah, dan sejenisnya.
2.6 Pemeriksaan Diagnostic
1. Ziehl Neelsen
(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
2. Kultur sputum
Positif untuk mycobakterium pada tahap aktif penyakit.
3. Tes Kulit Mantoux (PPD, OT)
Reaksi yang signifikan pada individu yang sehat biasanya
menunjukan TB Dorman atau infeksi yang disebabkan oleh
mikrobakterium yang berbeda.
4. Rontgen Dada
Menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru,
deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan
dari suatu efusi. Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut
mencakup kavitasi, area fibrosa.
5. Biopsi Jarum Jaringan Paru
Positif untuk granuloma TB. Adanya sel – sel raksasa
menunjukan nekrosis.
6. AGD
Mungkin abnormal bergantung pada letak, keparahan, dan
kerusakan paru residual.
7. Pemeriksaan Fungsi Pulmonal
Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi,
peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total, dan
penurunan saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi atau fibrosis
parenkim.
2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan untuk individu dengan tuberkulosis aktif memerlukan
waktu lama karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotik dan
cepat bermutasi apabila terpajan antibiotik yang masih sensitif. Saat ini,
terapi untuk individu pengidap infeksi aktif adalah kombinasi empat obat
dan setidaknya selama sembilan bulan atau lebih lama. Apabila pasien
tidak berespon terhadap obat – obatan tersebut, obat dan protokol
pengobatan lain akan diupayakan.
Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberkulin positif setelah
sebelumnya negatif, bahkan jika individu tidak memperlihatkan adanya
gejala aktif, biasanya mendapat antibiotik selama 6-9 bulan untuk
membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi
basis total.Jika tuberkulosis resisten obat muncul, obat yang lebih toksik
akan diprogramkan. Pasien mungkin tetap menginap di rumah sakit atau di
bawah pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi
medis cenderung rendah.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Askep TBC


1. Pengkajian
A. Anamnesis
1) Identitas Diri Pasien Yang terdiri dari nama pasien, umur,
jenis kelamin, agama dan lain-lain
2) Keluhan Utama Keluhan yang sering menyebabkan klien
dengan TB Paru meminta pertolongan pada tenaga medis
dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
a) Batuk Keluhan batuk timbul paling awal dan paling
sering dikeluhkan, apakah betuk bersifat
produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
b) Batuk Berdahak Seberapa banyak darah yang keluar
atau hanya blood streak, berupa garis atau bercak-
bercak darah
c) Sesak Nafas Keluhan ini ditemukan bila kerusakan
parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks,
anemia, dll.
d) Nyeri Dada Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleural terkena TB
3) Keluhan Sistematis
a) Demam keluhan ini sering dijumpai yang biasanya
timbul pada sore hari atau pada malam hari mirip
dengan influenza
b) Keluhan Sistematis Lain keluhan yang timbul
antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan dan malaise
B. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
a) Keadaan pernapasan (napas pendek)
b) Nyeri dada
c) Batuk, dan
d) Sputum
2) Kesehatan Dahulu : Jenis gangguan kesehatan yang baru
saja dialami, cedera dan pembedahan
3) Kesehatan Keluarga Adakah anggota keluarga yang
menderita empisema, asma, alergi dan TB
C. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital Hasil pemeriksaan
tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan
dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit
penyulit seperti hipertensi.
2) Breathing
Inspeksi :
a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan
TB Paru biasanya terlihat kurus sehingga pada
bentuk dada terlihat adanya penurunan proporsi
anterior-posterior bading proporsi diameter lateral
b) Batuk dan sputum Batuk produktif disertai adanya
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum
yang purulent
Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan.
TB Paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi,
gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian
kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB Paru
dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya
ditemukan resonan atau sonor pada seluruh lapang
paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura
didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang
sakit sesuai dengan akumulasi cairan
Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada
sisi yang sakit
1) Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.
Pengkajian objektif, klien tampak wajah meringis,
menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada
mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB
Paru yang hemaptu, dan ikterik pada pasien TB Paru
dengan gangguan fungsi hati.
2) Bledder Pengukuran volume output urin berhubungan
dengan intake cairan. Memonitor adanya oliguria karena
hal tersebut merupakan tanda awal syok.
3) Bowel Klien biasanya mengalami mual, muntah,
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan
4) Bone Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB
Paru. gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan,
insomnia, pola hidup menetap.
5) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a) Kepala Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada
benjolan/tidak, simetris/tidak
b) Rambut Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna
rambut
c) wajah Kaji warna kulit, struktur wajah
simetris/tidak
d) Sistem Penglihatan
Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak,
sclera ikterik/tidak )
e) Wicara dan THT
 Wicara Kaji fungsi wicara, perubahan
suara,afasia, dysfonia
 THT
 Inspeksi hidung: kaji adanya
obtruksi/tidak, simetris/tidak,ada
secret/tidak
 Telinga : Kaji Telinga Luar
bersih/tidak, membran tympani, ada
secret/tidak
 Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri
tekan lokasi dan penjalaran
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya
penumpukan sekret
2) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Perencanaan Keperawatan
No. Tujuan dan Rencana Keperawatan Rasional
Diagnosa Kriteria Hasil
1 Setelah a. Kaji fungsi a. Ronkhi, mengi
dilakukan pernapasan menunjukkan
tindakan (bunyi napas, akumulasi sekret/
keperawatan, kecepatan, ketidakmampun
diharapkan irama, untuk
bersihan jalan kedalaman, dan membersihkan jalan
napas dengan penggunaan napas
kriteria hasil : otot bantu b. Pengeluaran sulit
Pasien dapat aksesori) bila sekret sangat
mengeluarkan b. Catat tebal, sputum
sekret tanpa kemampuan berdarah kental/
bantuan, Pasien pasien darah cerah (misal
berpartisipasi mengeluarkan infeksi, atau tidak
dalam program dahak, catat kuatnya hidrasi)
pengobatan karakter, c. Posisi membantu
jumlah dahak, memaksimalkan
adanya ekspansi paru dan
hemoptisis menurunkan upaya
c. Ajarkan pasien pernapasan
posisi semi d. Pemasukan tinggi
fowler tinggi cairan untuk
dan latihan mengencerkan
napas dalam sekret, membantu
d. Anjurkan agar dahak mudah
pasien untuk dikeluarkan
banyak minum e. Antibiotik spectrum
air sedikitnya luas, membunuh
2500ml kuman TBC
perhari.
e. Kolaborasi:
Pemberian
terapi OAT 3
tablet/hari dan
injeksi
cefotaxim 1gr
2 Setelah a. Pantau suhu a. Sebagai indikator
dilakukan tubuh untuk mengetahui
tindakan b. Anjurkan status hipetermi
keperawatan untuk banyak b. Dalam kondisi
diharapkan minum air demam terjadi
suhu tubuh putih untuk peningkatan
kembali normal mencegah evaporasi yang
dengan kriteria dehidrasi memicu timbulnya
hasil : suhu c. Anjurkan istri dehidrasi
tubuh dalam pasien agar c. Mengurangi suhu
rentang (36oC memberikan tubuh dan
– 37oC) kompres memberikan
hangat pada kenyamanan pada
lipatan ketiak pasien dengan
dan femur faktor konduksi
d. Anjurkan d. Untuk
pasien untuk meningkatkan
memakai pengeluaran panas
pakaian yang melalui radiasi
menyerap e. Mengurangi panas
keringat dengan
e. Kolaborasi : farmakologis
Pemberian
paracetamol
500 mg
3 Setelah a. Catat status a. Berguna dalam
dilakukan nutrisi pasien mendefinisikan
tindakan dari turgor derajat/luasnya
keperawatan kulit dan berat masalah dan pilihan
diharapkan badan intervensi yng tepat
kebutuhan b. Kaji adanya b. Dapat
nutrisi pasien anoreksia, mempengaruhi
terpenuhi mual, muntah, pilihan diet dan
dengan criteria dan catat mengidentifikasi
hasil : kemungkinan area pemecahan
Menunjukkan hubungan masalah untuk
peningkatan dengan obat meningkatkan
berat badan dan c. Motivasi pemasukan c.
melakukan pasien untuk Menurunkan iritasi
perubahan pola makan sedikit gaster dan
makan tapi sering meningkatkan status
d. Dorong pasien nutrisi
untuk sering c. Membantu
beristirahat menghemat energy
e. Kolaborasi : d. Membantu
Pemberian mengurangi mual
injeksi dan membantu
ranitidine nafsu makan secara
50mg, antacid farmakologis
500mg dan
curcuma 50mg
4. Setelah a. Kaji a. Belajar tergantung
dilakukan kemampuan kepada emosi dan
tindakan pasien untuk kesiapan fisik
keperawatan belajar b. Dapat menunjukkan
diharapkan mengetahui kemajuan atau
pasien masalah, pengaktifan ulang
mengetahui kelemahan, penyakit atau efek
informasi lingkungan, obat yang
tentang media yang memerlukan
penyakitnya, terbaik bagi evaluasi berlanjut
dengan kriteria pasien c. Meningkatkan kerja
b. Identifikasi sama dalam
gejala yang program
harus pengobatan dan
dilaporkan mencegah
keperawatan, penghentian obat
contoh sesuai perbaikan
hemoptisis, kondisi pasien
nyeri dada, d. Mencegah dan
demam, menurunkan
kesulitan ketidaknyamanan
bernapas sehubungan dengan
c. Jelaskan dosis terapi dan
obat, frekuensi meningkatkan
pemberian, kerjasama dalam
kerja obat yang program
diharapkan dan e. Memberikan
alasan kesempatan untuk
pengobatan memperbaiki
lama, kaji kesalahan
potensial f. Informasi tertulis
interaksi menurunkan
dengan obat hambatan pasien
lain untuk mengingat
d. Kaji potensial sejumlah besar
efek samping informasi
pengobatan dan
pemecahan
masalah
e. Dorong pasien
atau orang
terdekat untuk
menyatakan
takut atau
masalah, jawab
pertanyaan
f. Berikan
instruksi dan
informasi
tertulis khusus
pada pasien
untuk rujukan.
Contohnya
jadwal obat

J. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan pelaksanaan rencana asuhan pada


tahap perencanaan agar dapat memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada
tahap ini, perawat menggunakan pengetahuan intelektual, hubungan manusia
(komunikasi) dan keterampilan teknis keperawatan, mengidentifikasi perubahan
kondisi, mencegah masalah, mengenali perubahan sistem tubuh, memperkuat
hubungan klien dengan lingkungan, pesan dari tim medis, dan berusaha untuk
memberikan rasa aman, nyaman dan aman kepada pasien.

K. Evaluasi

S Pasien nyaman apabila dapat mengikuti prosedur terapi dengan


baik dan keluhan batuk berkurang.
O Suhu pasien menjadi berkurang
A Pasien dapat mengikuti prosedur untuk mengonsumsi makanan
dengan diet yang seimbang.
P Memberikan edukasi kepada pasien serta keluarganya
menegenai pentingnya minum obat secara rutin, etika batuk dan
bersin yang tepat, serta memberikan edukasi terkait diet
seimbang
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Yunia Rahmawati (2020) „KONSEP DASAR PENYAKIT


TUBERCOLOSIS PARU DAN ASKEP KLIEN DENGAN
TUBERCOLOSIS PARU‟, (July), pp. 1–23.

Hasanah, U. (2012) „Laporan Pendahuluan Tuberkulosis Paru ( Tbc ) Program


Pendidikan Profesi Ners‟.

Suarni, H. (2017) „Konsep dasar Tuberculosis Paru (TBC) 2‟, pp. 5–15.

Suarni, H. (2022) „Faktor Risiko Tuberkulosis‟, Jurnal Kesehatan, pp. 7–31.


Available at: https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125833-S-5761-Faktor
risiko-Literatur.pdf.

Anda mungkin juga menyukai