Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

MATA KULIAH: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN PROSEDUR


PENGKAJIAN KARDIOVASKULAR

Oleh:

Daniswara Pradipa Bhagaskara

225170100111056

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWARAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini tepat waktu.
Laporan Pendahuluan ini saya susun dengan semaksimal mungkin demi
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Saya menyadari
bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa yang saya gunakan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik supaya saya dapat memperbaiki laporan
pendahuluan ini.

Malang, 5 September 2023

Daniswara Pradipa B.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................ 2
1.3 Manfaat...................................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................................. 3
ISI .................................................................................................................................................................... 3
a) Definisi ....................................................................................................................................... 3
b) Etiologi....................................................................................................................................... 3
c) Patofisiologi ............................................................................................................................. 4
d) Faktor risiko ............................................................................................................................ 4
e) Manifestasi klinis................................................................................................................... 4
f) Pemeriksaan diagnostic ..................................................................................................... 5
1. Ekokardiografi (ECG) .......................................................................................................... 5
2. Rontgen ..................................................................................................................................... 5
g) Komplikasi ............................................................................................................................... 5
1. Tromboemboli........................................................................................................................ 5
2. Komplikasi fibrilasi atrium ............................................................................................... 5
3. Kegagalan pompa progresif .............................................................................................. 5
4. Aritmia ventrikel ................................................................................................................... 6
h) Penatalaksanaan gagal jantung kongestif ................................................................... 6
BAB III ........................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 7
3.1 Kasus ................................................................................................................................................. 7
1.2 Analisis data ............................................................................................................................ 1
1.3 Asuhan Keperawatan .......................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 1

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung merupakan suatu kegagalan dari otot jantung untuk
merespors secara adekuat sterssor untuk memompa darah ke seluruh
tubuh. Ameri-can College of Cardiology Founda-tion / American Heart
Association (ACC / AHA) menyebutkan bahwa gagal jantung merupakan
suatu sindrom yang dihasilkan dari gang-guan fungsional atau struktural
jan-tung yang merusak kemampuan ventrikel untuk menerima dan
menyalurkan darah. (Siallagan, 2021) Penyakit ini merupakan penyebab
kematian akibat penyakit nomor satu di dunia dengan perkiraan orang
yang meninggal disebabkan oleh gagal jantung sebanyak 17,9 juta orang
pada tahun 2016. (Cahya Putri Buani, 2021) Dengan lebih dari 80%
persentasi kematian diakibatkan dari penyakit ini yang terjadi di negara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di Indonesia, penderita
gagal jantung sendiri mencapai 229.696 sampai 530.058 penderita
dengan pendetira terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur dengan
54.826 penderita.
Gagal jantung kongestif merupakan penyakit dengan prognosis yang
buruk. Pasien yang menderita gagal jantung kongestif akan mengalami
kelelahan dan sesak nafas yang berkontribusi besar dalam memperburuk
dan berdambap buruk terhadap kualitas hidup pasien. Manajemen diri
merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien gagal jantung. Dengan manajemen diri yang beaik, maka dapat
memingkatkan kualitas hidup, mengurangi rehospitalisasi dan dapat
mengurangi biaya perawatan. Selain manajemen diri, kualtas hidpu
penderita gagal jantung juga dipengaruhi oleh lama pasien menderita
sakit dan menjalani pengobatan, tingkat pendidikan, status pekerjaan,
penyebab gagal jantung, serta dukungan yang kurang dari keluarga.

1
(Siallagan, 2021) Dengan usia rata-rata penderita gagal jantung kongestif
bermula pada usia sebih dari 40 tahun dengan persentase gagal jantung
kongestif sebesar 20%. (Budiono and Ristanti, 2019)

1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan pendahuluan ini adalah untuk mengetahui,
mengerti, dan memahami tindakan yang harus diberikan kepada
penderita gagal jantung kongestif. Serta mengetahui asuhan keperawatan
yang harus diberikan kepada pasien gagal jantung kongestif.

1.3 Manfaat
Manfaat di bidang akademis untuk mengetahui, mengerti dan
memahami tindakan dan asuhan keperawatan yang harus diberikan pada
pasien penderita gagal jantung kongestif.

2
BAB II

ISI

2.1 Gagal Jantung Kongestif

a) Definisi
Gagal jantung kongestif merupakan penyakit dengan
prognosis yang buruk. Pasien yang menderita gagal jantung
kongestif akan mengalami kelelahan dan sesak nafas yang
berkontribusi besar dalam memperburuk dan berdambap buruk
terhadap kualitas hidup pasien.

b) Etiologi
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan otot jantung
Kondisi yang mendasari kelainan otot jantung adalah
ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Terjadi disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan
kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit
jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi
jantung.(Etha, 2018)

3
c) Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep curah
jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO= HR X SV
dimana curah jantung adalah fungsi frekuensi jantung X volume
sekuncup. Curah jantung yang berkurang mengakibatkan sistem
saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung, bila mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung. Tapi pada gagal jantung dengan
masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung,
volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat
dipertahankan. (Etha, 2018)

d) Faktor risiko
Faktor risiko dari gagal jantung memiliki 2 faktor utama, yaitu
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi memiliki
contoh yaitu tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol yang dapat
diturunkan dengan tindakan tertentu. Sedangkan faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi contohnya adalah usia diri penderita yang
tidak dapat diubah dengan cara apapun. Selain itu, jenis kelamin dan
riwayat keluarga juga termasuk dalam kategori faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi.

e) Manifestasi klinis
Manifestasi klinis penyakit gagal jantung bervariasi, namun
terdapat beberapa manifestasi klinis yang paling sering ditemukan
pada penderita gagal jantung gongestif. Seperti :
1. Gejala paru seperti dyspnea, orthopnea
2. Gejala sistemik seperti cepat lelah, oliguri, mual, muntah,

4
asites, hepatomegali dan edema perifes.
3. Gejala saraf pusat seperti insomnia, sakit kepala, dan mimpi
buruk.

f) Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menilai kinerja jantung
dan untuk menentukan penyebab dari utama gagal jantung, contohnya
:

1. Ekokardiografi (ECG)
Pemeriksaan ekokardiografi umumnya digunakan untuk
deteksi gangguan fungsional dan anatomis yang menyebabkan
gagal jantung.

2. Rontgen
Rontgen dada Foto sinar-X dada posterior-anterior dapat
menunjukkan hipertensi vena, edema paru atau kardiomegali.
Bukti pertama dari peningkatan tekanan vena paru.

g) Komplikasi
Terdapat beberapa konplikasi yang berkemungkinan besar terjadi
pada penderita gagal jantung kongestif, komplikasi tersebut sebagai
berikut :

1. Tromboemboli
Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis
vena dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau
EP) dan emboli sistemik tinggi, terutama pada gagal jantung
kongestif berat.

2. Komplikasi fibrilasi atrium


Komplikasi ini sering terjadi pada gagal jantung kongestif
yang bisa menyebabkan perburukan dramatis.

3. Kegagalan pompa progresif


Hal ini dapat terjadi karena penggunaan diuretik dengan

5
dosis ditinggikan.

4. Aritmia ventrikel
Komplikasi ini sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop
atau sudden cardiac death (25-50% kematian gagal jantung
kongestif).

h) Penatalaksanaan gagal jantung kongestif


Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan
bahan bahan farmakologis.
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretik diet dan istirahat.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Seorang laki-laki (55 th) sedang menjalani program pengobatan untuk
penyakit gagal jantung kongestif yang dideritanya sejak 6 bulan yang lalu.
Saat kontrol ke poliklinik, klien mengeluh mudah merasa lelah ketika
beraktivitas, contohnya saat diajak bermain dan mengejar cucunya yang
berusia 2 th pasien tiba-tiba merasa lelah dan sesak napas. Hasil
pengkajian fisik sebagai berikut: TD 150/90 mmHg, N 88x/mnt, RR
20x/mnt, S 36,7 oC. TB/BB 158 cm/80 kg, JVD (+), edema ekstremitas
bawah (+). Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi yang diketahuinya
sejak 10 tahun yang lalu. Pasien mengatakan masih sulit minum obat
secara rutin, dan sulit menghentikan kebiasaannya mengkonsumsi
makanan berlemak tinggi seperti jeroan. Saat ini, pasien tinggal serumah
dengan anak perempuan dan menantunya.

7
1.2 Analisis data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Riwayat hipertensi 10 tahun [D.0008] Penurunan curah jantung
- Pasien mudah lelah
DO : Beban jantung meningkat
- Terdapat edema
ekstremitas bawah Jantung tidak dapat berkontraksi dengan
- JVD (+) maksimal
- Berat badan bertambah
- N : 88x/menit Gagal jantung
- RR : 20x/menit
- TD : 150/90 mmHg Daya pompa jantung menurun

Gagal pompa ventrikel

Penurunan curah jantung


2. DS : Gagal jantung [D.0056] Intoleransi aktivitas
- Pasien mengeluh mudah

1
Lelah Peningkatan kerja jantung
- Pasien mengeluh sesak
nafas saat/setelah Cardiac output menurun
beraktifitas
DO : Sesak nafas
- TD 150/90 mmHg
3. DS : Gagal jantung [D.0022] hipervolemia
- Dipsnea
DO : Penurunan curah jantung
- Edema ekstremitas bawah
- Berat badan meningkat Suplai darah keginjal menurun
- JVD (+)
Respon RAAS meningkat

Pengeluaran aldosterone meningkat

Retensi Na dan H2O meningkat

Edema

2
Kelebihan volume cairan

1.3 Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

1. Penurunan curah jantung b/d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi utama : Perawatan jantung
perubahan preload, afterload selama 3 x 24 jam diharapkan curah 1. Tindakan Observasi
kontraktilitas, irama dan frekuensi jantung meningkat dengan kriteria hasil: A. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
jantung ditandai dengan kelelahan, A. Kekuatan nadi perifer meningkat curah jantung (mis. Dipsnea, kelelahan,
dyspnea, tekanan darah B. Lelah menurun edema, ortopnea, proxysmal nocturnal
meningkat/ menurun, edema. C. Dispnea menurun. dypsnea, peningkatan JVD)
D. Edema menurun B. Identifikasi tanda/gejala skunder penurunan
E. Tekanan darah membaik curah jantung (mis. Peningkatan berat
badan, hepatomegali, distensi vena jugularis
(JVD), ronkhi basah, oligurua, batuk, kulit
pucat)
C. Monitor tekanan darah

3
D. Monitor intake dan output cairan
E. Monitor berat badan setiap hari pada waktu
yang sama
F. Monitor saturasi oksigen
G. Monitor EKG 12 sedapan
H. Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi)
I. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
J. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah pemberian obat
2. Tindakan Terapeutik
A. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
B. Berikan diet jantung yang sesuai (mis.
Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol, dan
makanan tinggi lemak)
C. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi

4
stress, jika perlu
D. Berikan dukungan dan spritual
E. Berikan oksigen mempertahankan oksigen
>94% emosional untuk saturasi fisik
3. Tindakan edukasi
A. Anjurkan beraktivitas sesuai toleransi
B. Anjurkan aktivitas fisik secara bertahap
4. Tindakan kolaborasi
A. Kolaborasi pemberian anti aritmia, jika perlu
B. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

2. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan (Manajemen energi I.050178)
diharapkan toleransi aktifitas meningkat. 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Kriteria hasil : Toleransi aktivitas 2. Monitor pola dan jam tidur
(L.05047) 3. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
1. Kemampuan melakukan aktifitas rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
sehari-hari meningkat kunjungan)
2. Pasien mangatakan dipsnea saat 4. Berikan aktifitas distraksi yang
dan/atau setelah aktifitas menurun menenangkan

5
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

3. Hipervolemia b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan (Manajemen hipervolemia I.03114)
mekanisme regulasi diharapkan keseimbangan cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis:
meningkat. Kriterian hasil : (keseimbangan dipsnea,edema, suara nafas tambahan)
ciran L. 03020) 2. Monitor intake dan output cairan
1. Terbebas dari edema 3. Monitor efek samping diuretik (mis :
2. Mampu mengontrol asupan cairan hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
4. Batasi asupan cairan dan garam

6
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, B. and Ristanti, R.S. (2019) ‘Pengaruh Pemberian Contrast Bath dengan
Elevasi Kaki 30 Derajat terhadap Penurunan Derajat Edema pada Pasien
Congestive Heart Failure’, Health Information : Jurnal Penelitian, 11(2),
pp. 91–99. Available at: https://doi.org/10.36990/hijp.v11i2.134.
Cahya Putri Buani, D. (2021) ‘Penerapan Algoritma Naïve Bayes dengan Seleksi
Fitur Algoritma Genetika Untuk Prediksi Gagal Jantung’, EVOLUSI :
Jurnal Sains dan Manajemen, 9(2), pp. 43–48. Available at:
https://doi.org/10.31294/evolusi.v9i2.11141.
Ernawati, N. (2019) ‘Modul 2 Diagnosis Dan Perencanaan Keperawatan’,
Respiratory ITSK RS dr. Soepraoen Malang, 4(1), pp. 1–23. Available at:
http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/453/1/Abstrak.pdf.
Etha, Y. (2018) ‘Makalah Gagal Jantung Kongetif’, Keperawatan Medical Bedah,
pp. 1–17.
Panma, N. Y., Kep, M. K. S., Hidayati, N., Mulyani, N. S., Kep, M., Rosyida, R.
W., ... & Maghfiroh, I. L. (2023). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR. RIZMEDIA
PUSTAKA INDONESIA.
Putra, Y. and Siregar, E.S. (2019) ‘Pengaruh Terapi Rendam Air Hangat Terhadap
Edema Tungkai Bawah Ibu Hamil’, Jurnal Kesehatan, 10(2), p. 117.
Available at: https://doi.org/10.35730/jk.v10i2.407.
Siallagan, A.M. (2021) ‘Systematic Review: Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung
Kongestif’, Jurnal Medika : Karya Ilmiah Kesehatan, 6(2). Available at:
https://doi.org/10.35728/jmkik.v6i2.696.

Anda mungkin juga menyukai