Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELAINAN KATUP JANTUNG :

INSUFIENSI AORTA DAN PULMONAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. BAIQ ANGGI ANDIANA


2. FASYA ARTHA PUTRI
3. HAIRUNNISA
4. KHUSNUL ZUNSAFITRI
5. TUTI ALAWIYAH

KEMENTRIAN KESEHATAN POLTEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROGAM PROFESI

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah “Keperawatan Medikal Bedah ”. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
sebagai acuan bagi kami para perawat, mahasiswa dan dosen Poltekkes Kemenkes Mataram
untuk dapat melakukan proses keperawatannya agar dapat diterapkan dalam praktik kerja pada
klien dirumah sakit dengan sebaik-baiknya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
untuk dibaca oleh kalangan profesi keperawatan maupun profesi kesehatan dan masyarakat
umum lainya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat terlaksanakan
tanpa bantuan dari berbagai pihak.Untuk itu seluruh anggota tim penyusun menyampaikan
ucapan terimakasih kepada dosen pengajar telah memberikan kesempatan dan dorongan dari
awal hingga terwujudnya tugas ini.

Terakhir kami sampaikan kepada semua pembaca yang tertarik untuk membaca makalah
ini. Semoga dengan adanya makalah ini akan turut membantu pengembangan profesi
keperawatan. Saran dan masukan senantiasa kami harapkan bagi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 12 September 2022

2
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2
BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAAN ............................................................................................................................. 6
I. Konsep Insufisiensi Aorta Dan Pulmonal .............................................................................. 6
A. Definisi Gastroenteritis .......................................................................................................... 6
B. Etiologi Insufisiensi Aorta Dan Pulmonal ............................................................................. 6
C. Patofisiologi Insufiensi Aorta ................................................................................................ 7
D. Klasifikasi .............................................................................................................................. 8
E. Patway .........................................................................................................................9

G. Manifestasi Klinis .......................................................................................................9

H. Pemeriksaan Diagnostik ..............................................................................................10

I. Komplikasi....................................................................................................................12

J. Penatalaksanaan............................................................................................................12

II. Konsep Keperawatan ............................................................................................................ 13


A. Pengkajian .............................................................................................................................. 13
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................................................................. 15
C. Intervensi dan Implementasi ..................................................................................................... 15
D. Pelaksanaan ............................................................................................................................... 20
E. Evaluasi ..................................................................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 21
A.KESIMPULAN .......................................................................................................................... 21
SARAN ..................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTASKA ..........................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita karena berfungsi
mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain ke jaringan dan membuang sisa
metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi dan integrasi
sistem lainnya. Jantung terdiri dari beberapa ruang yang dibatasi oleh katup diantaranya
adalah katup atrioventricular dan katup semilunar. Katup atrioventricular (mitral dan
trikuspid) terbuka dan darah mengalir dari atrium dengan tekanan yang lebih tinggi ke
dalam venrtikel yang relaksasi. Setelah pengisian ventricular, maka akan dimulai fase
sistole. Saat tekanan intraventricular sistolik meningkat, maka katup atrioventrikular
akan menutup, sehingga mencegah aliran darah kembali ke dalam atrium dan kemudian
kontraksi ventrikular dimulai. Selama fase sistolik, tekanan ventrikular meningkat
menyebabkan katup semilunar (aorta dan pulmonar) terbuka. Saat ventrikel
mengeluarkan darah, maka tekanan intraventrikular menurun dan katup semilunar
tertutup sehingga mencegah aliran balik ke dalam ventrikel. Klien yang mengalami
penyakit valvular mengalami aliran balik atau regurgitasi darah melalui katup yang
tidak kompeten, sehingga menyebabkan suara murmur ketika sedang melakukan
auskultasi.
Gangguan pada katup yang sering selama ini adalah insufisiensi aorta dan
stenosis mitral. insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk
(aliranbalik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Sedangkan
stenosismitral adalah terhambatnya aliran darah dalam jantung akibat perubahan
strukturkatup mitral yang menyebabkan tidak membukanya katub mitral secara
sempurnapada saat diastolik. Insufisiensi aorta disebabkan karena lesi peradangan yang
merusak bentuk bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa
menutuplumen aorta dengan selama diastole dan mengakibatkan aliran balik darah dari
aortake ventrikel kiri. Selain itu juga bisa disebakan oleh endokarditis, kelainan bawaan
4
atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau
robekan aorta asenden.

B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan Insufesiensi aorta dan pulmonal?

2.Apa saja penyebab dari Insufesiensi aorta dan pulmonal?

3.Bagaimana patofisiologi Insufesiensi aorta dan pulmonal?

4.Bagaimanakah konsep dasar dari Insufesiensi aorta dan pulmonal?

5.Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada Insufesiensi aorta dan pulmonal ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Insufesiensi aorta dan pulmonal

2. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab Insufesiensi aorta dan pulmonal

3.Untuk mengetahui patofisiologi Insufesiensi aorta dan pulmonal.

4.Untuk mengetahui konsep dasar dari penyakit Insufesiensi aorta dan pulmonal.
5. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada penyakit Insufesiensi aorta dan
pulmonal.

5
BAB II

PEMBAHASAAN

I. KONSEP INSUFISIENSI AORTA DAN PULMONAL

A. Definisi Insufisiensi Aorta dan Pulmonal


Insufisiensi merupakan ketidak mampuan untuk menjalankan fungsinya secara
memadai. Insufisiensi adalah suatu keadaan dimana katup kehilangan fungsi yang
normal dan gagal menghambat kembali darah setelah kontraksi dari setiap ruang
jantung atau refluks darah dari aorta adendens ke dalam ventrikel selama diastole
(trinoval, 2009)

Insufisiensi atau regurgitasi aorta adalah kelainan pada katup aorta yang
menjadi lemah ataupun pembukaan yang membesar sehingga katup tidak dapat
menutup dengan seharusnya,hal ini mengakibatkan timbulnya aliran balik darah dari
aorta ke ventrikel kiri (A. Samik Wahab, 2006). Insufisiensi katup aorta (regurgitasi)
adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama diastol. Insufisiensi aorta
adalah suatu keadaan dimana terjadi refluks (aliran balik) darah dari aorta ke dalam
ventrikel kiri sewaktu relaksasi
Insufisiensi pulmonal merupakan inkompetensi dari katup pulmonal. Penyebab
paling umum adalah hipertensi pulmonal. Insufisiensi pulmonal biasanya tanpa gejala.
Tanda yang ditimbulkan termasuk decrescendo murmur diastolic. Jadi insufisiensi
pulmonal adalah kelainan pada katup pulmonal jantung sehingga terjadi aliran balik
dari arteri pulmonalis ke ventrikel kanan pada saat diastole.
Regurgitasi pulmonal: insufisiensi katup pulmonal, sehingga menyebabkan
aliran balik darah dari arteri pulmonal ke ventrikel kanan pada fase diastolik.
Regurgitasi pulmonal yang berat paling sering terjadi akibat dilatasi arteri pulmonal
pada hipertensi pulmonal atau pasien dengan riwayat operasi akibat penyakit jantung
bawaan .

B. Etiologi Insufisiensi Aorta Dan Pulmonal


a) Abnormalitas pada katup aorta, yang terdiri atas abnormalitaskongenital,
rheumaticendokarditis, dan penyakit rheumatic. Penyakit rheumatic dapat
menyebabkan penebalan,deformitas,dan pemendekan katup aorta, sehingga
menyebabkan stenosis maupun insufisiensi aorta. Selain itu, kelainan kongenital
yang menunjukkan adanya fenestrasi dari katup aorta juga dapat menimbulkan AR
yang ringan.Prolaps katup aorta dapat menyebabkan AR kronik yang progresif,dan
biasanya terdapat pada VSD atau degenerasi myxomatosa. Endokarditis infektif

6
dapat menimbulkan deformasi katup, perforasi, tau erosi katup. Penyakit sifilis dapat
menyebabkan jaringan parut pada katup dan terdapat retraksi.Ankylosing spondilitis
dapat menyebabkan AR karena mempengaruhi dinding aorta.
b) Dilatasi aorta, yang terdiri atas aneurisma aorta akibat inflamasi dan sindrom marfan,
diseksi aorta, ekstasia annuloaortikus, dan sifilis. Dilatasi aorta dapat menyebabkan
AR. yang menyebabkan pelebaran annulus aortikus dan pemisahan katup aorta.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan dilatasi aorta yaitu degenerasi kistik
medial pada aorta asendens, dilatasi aorta idiopatik, ekstasia annulortikus,
osteogenesis imperfecta, hipertensi berat.
Penyebab insufisiensi pulmonal adalah karena hipertensi pulmonal berat dan
biasanya terjadi mengiringi penyakit kardiovaskuler. Insiden insufisiensi pulmonal
sangat rendah karena jarang terjadi. Mortalitas dan morbiditas ditentukan oleh
kelainan yang mendasarinya. Tidak ada predileksi pada etnis maupun ras tertentu.
Penderita ini biasanya tidak bergejala karena insufisiensi biasanya ringan.

C. Patofisiologi Insufiensi Aorta


Insufiensi Aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah
katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan
rapat selama diastol dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke aorta
ke ventrikel kiri. Deefek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan,
atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau
sobekan aorta asenden.
Karena kebocoran katup aorta saat diatol, maka sebagian darah dalam aorta,
yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke ventrikel kiri, sehingga ventrikel
kiri harus mengatasi keduanya, yaitu mengirim darah yang secara normal diterima dari
atrium kiri maupun darah yang kembali dari aorta.Ventrikel kiri kemudian melebar dan
hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga
mendorong yang lebih dari normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan
darah sistolik meningkat.Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompensasi melalui
refleks dilatasi pembuluh darah dan arteri perifer melemas, sehingga tahanan perifer
menurun dan tekanan diastolik turun drastis.
Perubahan hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik.
Kerusakan akut timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya. Ventrikel
kiri tidak punya cukup waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta.
Peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa timbul
dengan sedikit dilatasi ventrikel.

7
D. Klasifikasi
1.Insufisiensi Aorta Akut
Pada IA akut, yang biasanya terjadi karena perforasi akut pada katup aorta yang
disebabkan oleh endokarditis, akan terjadi suatu peningkatan mendadak volume darah pada
kiri. Dengan kenaikan volume ini ventrikel kiri akan mengalami kesulitan.Berdasarkan kurva
Frank-Starling, volume end-diastolic akan sangat tinggi, sehingga kenaikan seterusnya
volume akan semakin mengurangi efisiensi kontraksi ventrikel. Tekanan pengisian pada
ventrikel kiri juga akan mengalami peningkatan. Hal ini akan menyebabkan kenaikan tekanan
pada ventrikel kiri, sehingga dapat terjadi edema pulmonal.
Insufisiensi katup aorta yang parah dianggap sebagai kedaruratan medis. Terdapat
angka mortalitas tinggi jika penderita tidak segera menjalani tindakan pembedahan yaitu
penggantian katup aorta. Jika IA disebabkan oleh endokarditis pada katup aorta, maka ada
risiko bahwa katup pengganti yang baru akan tercemar bakteri, walaupun kemungkinan ini
kecil.
Insufisiensi Aorta akut biasanya akan memberikan gambaran gagal jantung kongestif
yang kemerah-merahan, dan tidak terdapat tanda-tanda IA kronik karena ventrikel kiri belum
terjadi dilatasi dan hipertrofi eccentric yang mengakibatkan peningkatan stroke volume, yang
pada akhirnya terdapat bounding pulses perifer. Pada auskultasi, mungkin akan terjadi
diastolik murmur singkat dan sebuah S1 lembut. S1 terdengar lembut dikarenakan
peningkatan tekanan pengisian yang menutup katup mitral pada saat diastole (yang
seharusnya katup mitral menutup pada saat permulaan sistole).

2.Insufisiensi Aorta Kronik


Jika penderita mampu bertahan dari penyimpangan hemodinamis awal yang terjadi
pada LA akut, maka ventrikel kiri akan beradaptasi dengan cara dilatasi dan hipertrofi
eccentric,yang mana hal ini akan mengkompensasi volume overload. Tekanan pengisian
ventrikel kiri akan kembali normal dan penderita tidak akan lagi tampak gagal jantung yang
nyata. Pada fase terkompensasi ini, penderita mungkin akan tidak menunjukkan gejala sama
sekali dan dapat memiliki toleransi aktivitas fisik yang normal.
Namun pada akhirnya (Biasanya setelah suatu periode latensi) ventrikel kiri akan
mengalami dekompensasi, dan tekanan pengisian akan meningkat. Sementara beberapa
penderita akan mengeluh gejala gagal jantung kongestif kepada dokter, beberapa penderita
lainnya dapat memasuki fase dekompensasi ini dengan asimtomatik. Penanganan yang tepat
untuk IA antara lain adalah penggantian katup aorta yang dilakukan sebelum fase
dekompensasi ini.

8
E. Pathway

F. Tanda dan Gejala


1) Insufisiensi Aorta
Regurgitasi katup aorta yang ringan tidak menimbulkan gejala sebelum murmur
jantung yang khas (setiap kali ventrikel kiri mengalami relaksasi), yang dapat
didengar melalui stetoskop. Pada regurgitasi yang berat, ventrikel kiri mengalirkan
sejumlah besar darah, yang menyebabkan pembesaran ventrikel dan akhirnya
menjadi gagal jantung. Gagal jantung menyebabkan sesak nafas sewaktu
melakukan aktivitas atau sewaktu berbaring terlentang, terutama pada malam hari.
Duduk tegak memungkinkan dialirkannya cairan dari paru-paru bagian atas
sehingga pernafasan kembali normal. Penderita juga mungkin mengalami palpitasi
( jantung berdebar) yang disebabkan oleh kontraksi yang kuat dari ventrikel yang
membesar. Bisa terjadi nyeri dada, terutama pada malam hari.

9
Tanda dan gejala dari AR kronik biasanya tidak terlihat akibat adanya kompensasi
yang dilakukan. Namun, beberapa gejala yang sering ditemukan yaitu:
a. Dispnea dalam aktivitas
b. Kelelahan
c. Penurunan toleransi aktivitas fisik
d. Sensasi yang tidak nyaman karena palpitasi
2) Tanda dan Gejala Insufisiensi Pulmuonal
Satu-satunya tanda awal yang menunjukkan regurgitasi katup pulmonal adalah
jenis murmur jantung tertentu yang dapat didengar selama pemeriksaan
fisik.Seiring perkembangan kondisi, jantung dapat membesar karena masalah
katup atau hipertensi pulmonal.
Beberapa gejala yang dapat muncul, yaitu:
• nyeri dada, tekanan, atau sesak di dada
• kelelahan
• pusing
• pingsan
• bengkak di kaki atau pergelangan kaki
• warna kebiruan pada kuku atau bibir
Penyebab paling umum dari regurgitasi pulmonal adalah hipertensi pulmonal
sekunder.Sementara itu, penyebab yang kurang umum meliputi:
• penyakit katup jantung bawaan
• dilatasi arteri pulmonalis idiopatik
• endokarditis infektif
• perbaikan bedah tetralogi Fallot
Lalu, penyebab yang jarang terjadi, yaitu:
• sindrom karsinoid
• demam rematik
• setelah intervensi untuk stenosis pulmonal katup (awal atau akhir)

G. Pemeriksaan Diagnostic
Perubahan hemodinamika yang mendadak, selain prosedurnya sendiri, menyebabkan
pasien dapat mengalami komplikasi setelah pembedahan. Komplikasi tersebut meliputi

10
perdarahan, tromboembolisme, infeksi, gagal jantung kongestif, hipertensi, disritmia,
hemolisis, dan sumbatan mekanis.
1)Infisufisiensi Aorta
Beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis regurgitasi katup aorta, yaitu:
a)Elektrokardiogram (EKG). Alat untuk merekam aktivitas listrik jantung. Pemeriksaan
EKG juga dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan lain, seperti tilt table test
dan exercise test.
b) Ekokardiogram. Pemeriksaan ini dapat menemukan sumber gumpalan di jantung
yang mungkin telah berpindah ke otak dan menyebabkan stroke.
c)MRI Jantung. Penggunaan gelombang radio dan magnet untuk menunjukkan
visualisasi mendetail jantung dan mendeteksi pembuluh darah yang rusak.
d)Rontgen Dada (X-Ray). X-ray dapat menunjukkan jika jantung atau aorta membesar
dan juga menunjukkan kondisi paru-paru.
2)Infisufisiensi Pulmonal
a)Elektrokardiografi
Menunjukkan pembesaran ventrikel kanan tipe volume. Pada pemeriksaan EKG juga
dapat terlihat deviasi sumbu ke kanan dan pembesaran atrium kanan.
b)Rotgen dada
Pada insufisiensi berat dapat disertai gambaran kardiomegali tipe kanan. Gambaran
pruning dapat dijumpai pada hipertensi pulmonal. Pruning merupakan gambaran arteri
pulmonalis di sentral dan perihiler yang promonen disertai corakan vascular perifer
yang sangat sedikit.
c)Ekokardiografi
Ekokardiografi dua dimensi dan M-Mode dapat memeperlihatkan adanya dilatasi
ventrikel kanan. Volume berlebihan pada ventrikel kanan menyebabkan pergerakan
septum ventrikel yang tidak normal, berupa pendaftaran saat diastolic dan gerakan
paradoks. Kelainan bentuk katup pulmonal dapat terlihat.
d)Radiologi
Vaskuler paru perifer normal, arteri pulmonalis tampak membesar akibat dilatasi pasca
stenosis.
e)Pemeriksaan fungsi paru
Pada stenosis pulmo sering abnormal dengan penurunan volume, jalan udara dan
kapasitas difusi paru yang sangat mungkin disebabkan ketidaksempurnaan
perkembangan paru pada anak-anak.
11
H. Komplikasi
Perubahan hemodinamika yang mendadak, selain prosedurnya sendiri, menyebabkan
pasien dapat mengalami komplikasi setelah pembedahan. Komplikasi tersebut meliputi
perdarahan, tromboembolisme, infeksi, gagal jantung kongestif, hipertensi, disritmia,
hemolisis, dan sumbatan mekanis.
I. Penatalaksanaan
a. Insufisiensi Aorta
Insufisiensi aorta dapat ditangani dengan pemberian obat maupun dengan
menjalani Tindakan pembedahan, bergantung pada perjalanan waktu
penyakitnya, gejala dan tanda yang berhubungan dengan proses penyakitnya
dan tingkat disfungsi ventrikel kiri. Penanganan pembedahan yang dilakukan
pada pasien asimtomatis masih diperdebatkan apakah perlu atau tidak,
walaupun demikian apabila fraksi ejeksi turun sampai 50% atau lebih kecil,
pada keadaan dilatasi ventrikel yang progresif dan parah, atau IA dengan gejala
atau terdapatnya respon abnormal pada pemeriksaan latihan (exercise) maka
pembedahan dianjurkan dilakukan.
Pembedahan yang dilakuka sebelum terjadinya perkembangan fraksi ejeksi /
dilatasi ventrikel kiri yang semakin parah, diharapkan dapat mengurangi risiko
terjadinya kematian mendadak, dan biasanya memiliki angka kematian peri-
operatif yang lebih kecil. Pembedahan juga akan lebih optimal pada kasus akut.
b. Insufisiensi Pulmonal
Terdapat beberapa penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan,
diantaranya:
1. terapi umum dengan istirahat dan diet
2. terapi antibiotic
3. kardiotinikum dan diuretik
Kardiotinikum dapat meningkatkan pasokan darah koroner,menormalkan
enervation, bersantai perifer arteri (penurunan kembali tekanan pada katup),
atau mengurangi adrenergik rangsangan. Sedangkan diuretic digunakan untuk
menghilangkan oedema dan asites.
4. komisurotomi
Komisurotomi adalah tindakan pemotongan semua komisura garis tengah.
5. valvuloplasti transluminal perkutan
Metode ini digunakan untuk membuka penyempitan trikuspid dan katup
pulmonari, penyempitan katup mitral dan jarang sekali, katup aorta. Prosedur

12
ini berkerja pada katup dengan cara sama dengan yang angioplasti balon
lakukan pada arteri. Kateter berujung balon dimasukkan melalui vena femoral
ke dalam atrium kanan. Dari sana, itu menyusup ke ventrikel kanan dan katup
pulmonik, atau septum atrial ditusuk untuk mengakses katup mitral atau aortic.
Ketika balon diposisikan pada katup, siklus inflasi-deflasi berseri dibutuhkan
untuk memperbesar penyempitan. Katup aortic juga diakses berbalik melalui
arteri femoral.
6. penggantian katup pulmonal
Penggantian katup pulmonal diperlukan jika ditemui insufisiensi sedang-berat
dan progresif. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya disfungsi ventrikel
kanan yang menetap.Katup buatan dapat dipilih berdasarkan umur, kebutuhan,
kontra indikasi untuk koagulan, serta lamanya usia katup. Pembedahan
dianjurkan kepada semua pasien yang mengalami hipertrofi ventrikel kiri tanpa
memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain.

II. KONSEP KEPERAWATAN


Proses keperawatan memiliki karakteristik unit yang memungkinkan respons
terhadap perubahan status kesehatan klien. Karakteristik ini meliputi sifat proses
keperawatan yang siklis dan dinamis, berpusat pada klien, berfokus pada penyelesaian
masalah dan pembuatan keputusan, gaya interpersonal dan kolaborasi, dapat diterapkan
secara universal, dan penggunaan berfikir kritis (Kozier,dkk 2011).

A. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea karena kerja, palpitasi,
gangguan tidur, (ortopnea, dispnea paroksismal nokturnal, nokturia, atau keringat
malam hari).
Tanda : Takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea, dispnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat kondisi pencetus,contoh demam reumatik, endokarditis, bakterial
subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital, (contoh kerusakan atrial-
septal, sindrom Marfan) trauma dada,hipertensi pulmonal, riwayat murmur jantung,
palpitasi, serak, hemoptisis, batuk dengan/tanpa produksi sputum.
Tanda :
• Sistolik TD menurun (AS lambat)

13
• Tekanan nadi: penyempitan (SA): luas (1A)
•Nadi karotid: lambat dengan volume nadi kecil (SA): bendungan dengan pulsasi arteri
terlihat (1A)
• Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan kiri (IM): secara lateral kuat dan
perpindahan tempat (1A)
• Getaran : Getaran diastolik pada apek (SM), getaran sistolik pada dasar (SA), getaran
sistolik sepanjang batasa sternal kiri, getaran sistolik pada titik jugular, dan sepanjang
arteri karotis (1A)
•Dorongan dorongan apikal selama sistolik (1A)
• Bunyi jantung: S1 keras, pembukaan yang keras (SM). penurunan atau tak ada S1,
bunyi robekan luas, adanya S3,S4, (IM berat).bunyi ejeksi sistolik (SA). Bunyi sistolik
ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP)
• Kecepatan: takikardi (MVP);takikardi pada istirahat (SM)
• Irama: tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Distrimia dan derajat pertama blok AV
(SA). Murmur : bunyi rendah, murmur diastolik gaduh (SM), murmur diastolik
terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA), murmur diastolik (tiupan),
bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (1A).
c. Integritas ego
Gejala: tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus menyempit, gemetar
d. Makanan/ cairan
Gejala: Disfagia: (IM kronis), perubahan berat badan, penggunaan diuretik.
Tanda: Edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites ( SM, IM), hangat
kemerahan dan kulit lembab (1A), pernapasan payah dan bising dengan terdengar
krekels dan mengi.
e. Neurosensori
Gejala: Episode pusing/ berkenaan dengan beban kerja
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Nyeri dada,angina (SA,1A), nyeri dada non-angina /tidak khas ( MVP)
g. Pernapasan
Gejala: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal) Batuk menetap atau
nokturnal (sputum mungkin tidak produktif)
Tanda: Takipnea bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak dan
berbercak darah, (edema pulmonal), gelisah ketakutan (pada adanya edema pulmonal)
h. Keamanan
14
Gejala: Proses infeksi/ sepsis, kemotrapi radiasi, adanya perawatan gigi ( pembersihan,
pengisian, dan sebagainya).
Tanda: Perlu perawatan gigi/mulut.
i. Penyuluhan pembelajaran
Gejala: Penggunaan obat IV (terlarang) baru/ kronis
j. Pertimbangan pemulangan: DRG menunjukan rerata lama dirawat: 4,9 hari Bantuan
dengan kebutuhan perawatan diri, tugas tugas rumah tangga/ pemeliharaan perubahan
dalam terapi obat, susunan perabot dirumah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri;
distritmia.

2. nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard.

3. intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan


kebutuhan.

4. ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. Intervensi dan Implementasi


No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Implementasi
1. penurunan curah Tujuan : 1. Pantau TD, nadi 1. Memantau TD,
jantung setelah dilakukan apikal, nadi perifer, nadi apikal, nadi
berhubungan perawatan selama R/ Indikator klinis perifer, R/ indikator
dengan penurunan 3x24 jam, dari keadekuatan klinis dari
kontraktilitas diharapkan curah jantung. keadekuatan curah
ventrikel kiri; pasien: Pemantauan jantung
distritmia. 1. Menunjukan memungkinkan 2. Membantu
penurunan nyeri deteksi dini/ dengan aktivitas
dada pasien tindakan terhadap sesuai indikasi
menunjukkan dekompensasi (misal: berjalan)
penurunan 2. Bantu dengan bila pasien mampu
episode dispnea, aktivitas sesuai turun dari tempat
nyeri dada, dan indikasi (misalnya: tidur atur posisi
disritmia berjalan) bila pasie saat istirahat
Kriteria Hasil : mampu turun dari dengan posisi semi
pasien tidak lagi tempat tidur atur fowler
mengalami nyeri posisi saat istirahat 3. Memberikan
dada saat bernapas dengan posisi semi oksigen suplemen
dan beraktivitas fowler. R/ dan obat - obatan
melakukan kembali sesuai indikasi
aktivitas secara pantau DGA/ nadi
bertahap mencegah oksimetri.
pemaksaan terhadap
cadangan jantung.

15
Posisi semi fowler
memudahkan
oksigenasi
3. Berikan oksigen
suplemen dan obat-
obatan sesuai
indikasi. Pantau
DGA/nadi
oksimetri. R/
memberikan
oksigen untuk
ambilan miokard
dalam upaya untuk
mengkompensasi
peningkatan
kebutuhan oksigen.
2. Nyeri akut Tujuan : 1. Selidiki laporan 1. Menyelidiki
berhubungan Setelah dilakukan nyeri dada dan laporan nyeri dan
dengan iskemia perawatan selama bandingkan dengan membandingkan
jaringan miokard. 3x24 jam, episode dengan episode
diharapkan sebelumnya. sebelumnya
pasien: Gunakan skala nyeri 2. Menganjurkan
Nyeri pasien (0-10) untuk rentang pasien berespons
hilang/ terkontrol intensitas. Catat tepat terhadap
Kriteria Hasil : ekspresi verbal/non angina ( contoh
Pasien tidak verbal nyeri, berhenti aktivitas
mengalami nyeri respons otomatis yang menyebabkan
dada saat bernafas terhadap nyeri. R/ angina. istirahat
dan eraktivitas, perbedaan gejala dan minum obat
serta tekanan perlu untuk antiangina yang
darah dan nadi mengidentifikasi tepat). memberikan
pasien kembali penyebab nyeri. lingkungan istirahat
normal Perilaku dan dan batasi aktivitas
perubahan tanda sesuai kebutuhan
vital membantu R/ Aktivitas yang
menentukan derajat/ meningkatkan
adanya kebutuhan oksigen
ketidaknyamanan miokardia (contoh
pasien khususnya kerja tiba-tiba,
bila pasien menolak stres, makan
adanya nyeri. banyak, terpajan
2. Anjurkan pasien dingin) dapat
berespons tepat mencetuskan nyeri
terhadap angina. dada.
Berikan lingkungan 3. Memberikan
istirahat dan batasi Vasodilator contoh
aktivitas sesuai nitrogliserin
kebutuhan. nifedipin
Aktivitas yang (procardia) sesuai
meningkatkan indikasi.

16
kebutuhan oksigen
dapat mencetuskan
nyeri dada.
3. Berikan
vasodilator, contoh
nitrogliserin,
nifedipin sesuai
indikasi. Obat
diberikan untuk
meningkatkan
sirkulasi miokardia
menurunkan angina
sehubungan dengan
iskemia miokardia
3. intoleransi Tujuan : 1. Kaji toleransi 1. Mengkaji
aktivitas Setelah dilakukan pasien terhadap toleransi pasien
berhubungan perawatan selama aktivitas terhadap aktivitas.
dengan 3x24 jam, menggunakan 2. Mengkaji
ketidakseimbangan diharapkan parameter berikut : kesiapan untuk
antara suplai pasien: frekuensi nadi 20x/ meningkatkan
oksigen dan Menunjukkan menit diatas aktivitas contoh
kebutuhan. peningkatan yang frekuensi istirahat, penurunan
dapat diukur catat peningkatan kelemahan/
dalam toleransi tekanan darah, kelelahan, TD
aktivitas dispnea atau nyeri stabil/frekuensi
Kriteria Hasil : dada, kelelahan nadi,peningkatan
Pasien tidak lagi berat dan perhatian pada
mengalami nyeri kelemahan, aktivitas dan
dada saat bernafas berkeringat, pusing, perawatan diri.
dan beraktivitas atau pingsan. 3. Mendorong
Parameter melakukan
menunjukkan aktivitas/ toleransi
respons fisiologis perawatan diri.
pasien terhadap 4. Memberikan
stress aktivitas dan bantuan sesuai
indikator derajat kebutuhan dan
pengaruh kelebihan menganjurkan
kerja jantung. penggunaan kursi
2. Kaji kesiapan mandi, menyikat
untuk meningkatkan gigi/rambut dengan
aktivitas contoh duduk dan
penurunan sebagainya.
kelemahan/ 5. Mendorong
kelelahan, TD pasien untuk
stabil/ frekuensi berpartisipasi
nadi, peningkatan dalam memilih
perhatian pada periode aktivitas.
aktivitas dan
perawatan diri.
Stabilitas fisiologis

17
pada istirahat
penting untuk
memajukan tingkat
aktivitas individual.
3. Dorong
memajukan
aktivitas/ toleransi
perawatan diri.
Konsumsi oksigen
miokardia selama
berbagai aktivitas
dapat meningkatkan
jumlah oksigen
yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap
mencegah
peningkatan tiba-
tiba pada kerja
jantung
4. Berikan bantuan
sesuai kebutuhan
dan anjurkan
penggunaan kursi
mandi, menyikat
gigi/rambut dengan
duduk dan
sebagainya. Teknik
penghematan energi
menurunkan
penggunaan energi
sehingga membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan oksigen.
5. Dorong pasien
untuk berpartisipasi
dalam memilih
periode aktivitas.
Seperti jadwal
meningkatkan
toleransi terhadap
kemajuan aktivitas
dan mencegah
kelemahan.
4. ansietas Tujuan : 1. Pantau respons 1. Memantau
berhubungan Setelah dilakukan fisik, contoh respon fisik, contoh
dengan perubahan perawatan selama palpitasi, takikardi, palpitasi, takikardi,
status kesehatan. 3x24 jam, gerakan berulang, gerakan berulang,
diharapkan pasien gelisah. Membantu gelisah.
menentukan derajat

18
: Tidak tampak cemas sesuai status 2. Memberikan
cemas jantung. tindakan
Kriteria Hasil : Penggunaan kenyamanan,
Pasien tidak lagi evaluasi seirama (contoh mandi,
merasa cemas dan dengan respons gosokan punggung,
tidak lagi verbal dan non perubahan posisi).
merasakan nyeri verbal 3. Mendorong
2. Berikan tindakan ventilasi perasaan
kenyamanan. tentang penyakit
Membantu efeknya terhadap
perhatian pola hidup dan
mengarahkan status kesehatan
kembali dan akan datang,
meningkatkan menganjurkan
relaksasi, pasien melakukan
meningkatkan relaksasi contoh
kemampuan koping. napas dalam,
3. Dorong ventilasi bimbingan
perasaan tentang imajinasi, relaksasi
penyakit dan progresif.
efeknya terhadap 4. Melibatkan
pola hidup dan pasien/orang
status kesehatan terdekat dalam
akan datang. rencana perawatan
Anjurkan pasien dan dorong
melakukan teknik partisipasi
relaksasi, contoh maksimum pada
napas dalam, rencana
bibingan imajinasi, pengobatan.
relaksasi progresif.
Memberikan arti
penghilangan
respons ansietas,
menurunkan
perhatian,
meningkatkan
relaksasi dan
meningkatkan
kemampuan koping
4. Libatkan
pasien/orang
terdekat dalam
renacana perawatan
dan dorong
partisipasi
maksimum pada
rencana pengobatan.
Keterlibatan akan
membantu
memfokuskan

19
perhatian pasien
dalam arti positif
dan memberikan
rasa kontrol

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah realisasi dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik (Nursalam, 2006). Jenis – jenis tindakan pada tahap pelaksanaan
adalah :
a. Secara mandiri (independent)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien
dalam mengatasi masalahnya dan menanggapi reaksi karena adanya stressor.
b. Saling ketergantungan (interdependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter, fisioterapi, dan lain- lain.
c. Rujukan/ketergantungan (dependent)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya
diantaranya dokter, psikiater, ahli gizi dan sebagainya

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respons pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan (Reeder, 2011).
Perawat melaksanakan evaluasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan
terdapat 3 kemungkinan hasil, menurut Hidayat, A.(2007) yaitu:
a. Tujuan tercapai
Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yg sesuai dengan
kriteria yang telah di tetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari
berbagai masalah atau penyebabnya.
c. Tujuan tidak tercapai
Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan sebagaimana
dengan kriteria yang diharapkan.

20
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah dari
aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Insufisiensi aorta disebabkan karena lesi
peradangan yang merusak bentuk bilah katup aorta,sehingga masing-masing bilah tidak bisa
menutup lumen aorta dengan selama diastole dan mengakibatkan aliran balik darah dari aorta
ke ventrikel kiri. Selain itu juga bisa disebakan oleh endokarditis, kelainan bawaan atau
penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau robekan aorta
asenden.Penderita insufisiensi aorta biasanya pasien mengeluh dada terasa berat,nafsu makan
berkurang,muntah dan sesak saat beraktivitas. Sebagai perawat kita harus memahami dan
mengetahui tentang asuhan keperawatan terhadap pasien yang mengalami insufisiensi aorta
agar kita dapat memberikan upaya medikasi yeng terbaik.

B. SARAN

1.Bagi Mahasiswa Keperawatan


Adanya standar khusus dalam format asuhan keperawatan dan memicu pemikiran yang
kritis mahasisiva untuk menangani kecemasan klien sebelum prosedur invasif atau bedah.
2.Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu inovasi mahasiswa
untuk memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada klien sebelum prosedur invasif
atau bedah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Herman, Heather. 2010. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan

Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta; EGC.

Smelter, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medial Bedah Bruner &

Suddarth Vol 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Syarifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:

EGC

Wahab, Samik A. 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital y

Wilkinson. Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Neperawatan deang Tidak

Siamotik. Jakarta: EGC.nga Intervensi NIC dan riteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

22
23

Anda mungkin juga menyukai