Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“Kelainan pada Katup Jantung”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. ANNISA LAILA ISNAENI


2. AYU LESTARI
3. DESTI DARLIA
4. DEVI FITRIA
5. INDAH KARTIKA SARI
6. LOVI MARTINI
7. MELLY WIDIASTUTI
8. NABILA PUTRI SHOLEHA
9. PIBRIANI
10. PURNAMA WULAN SARI
11. RARA AUDIA
12. VIRA YUNIA
13. YAYUK PRATIWI

DOSEN PEMBIMBING : H.JHON FERI S.Kep.Ns.M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN 2019/2020

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat mengetahui Kelainan Katup Jantung.. Oleh
karena itu makalah ini kami susun agar bisa membantu dalam pembelajaran program tersebut.

Lubuklinggau, Oktober 2019

Kelompok 4

DAFTAR ISI
JUDUL..................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A.................................................................................................................................LATA
R BELAKANG..........................................................................................................1
B.................................................................................................................................TUJU
AN..............................................................................................................................2
C.................................................................................................................................MANF
AAT............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A.................................................................................................................................DEFIN
ISI STENOSIS AORTA.............................................................................................3
B.................................................................................................................................ETIOL
OGI STENOSIS AORTA...........................................................................................4
C.................................................................................................................................TAND
A DAN GEJALA.......................................................................................................
D.................................................................................................................................PATOF
ISIOLOGI..................................................................................................................
E.................................................................................................................................PEME
RIKSAAN PENUNJANG.........................................................................................
F..................................................................................................................................KOMP
LIKASI.......................................................................................................................
G.................................................................................................................................PENA
TALAKSANAAN MEDIS........................................................................................
H.................................................................................................................................ASUH
AN KEPERAWATAN STENOSIS AORTA..............................................................

BAB III PENUTUP


A.................................................................................................................................KESI
MPULAN...................................................................................................................5
B.................................................................................................................................SARA
N.................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................6

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak dari kematian penduduk dunia,


salah satunya disebabkan oleh kelainan katup jantung. Penyakit katup jantung antara lain adalah
stenosis (membuka tidak sempurna) dan insufisiensi (menutup tidak sempurna), ini dapat terjadi
baik pada katup arteroventrikular maupun katup semilunar.
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang
tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam
daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya
gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Di wilayah lainnya, kerusakan katup akibat
demam rematik masih sering terjadi.
Untuk mengatasi penyakit ini, medikasi dan pembedahan/ insisi adalah upaya yang
terbaik. Dengan demikian, katup yang mengalami kelainan itu dapat disembuhkan ataupun
dikurangi risiko tinggi semakin parahnya penyakit

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana konsep tentang Stenosis aorta ?

2. Bagimana asuhan keperawatan klien dengan Stenosis aorta ?


C. Tujuan

1.3.1 Tujuan umum


Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan
Stenosis aorta.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi Stenosis aorta.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi Stenosis aorta.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi Stenosis aorta.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis Stenosis aorta.

5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik stenosis aorta.

6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan Stenosis aorta.

7. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi Stenosis aorta.

8. Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis Stenosis aorta.

9. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Web of Cause Stenosis aorta.

10. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien Stenosis
aorta.

D. Manfaat
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan Stenosis aorta.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta
(Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516). Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal
dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang
berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup
signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan
persoalan-persoalan jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga
menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup
aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya lebih
sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat
agar darah bisa melewati katup aorta.
B. ETIOLOGI

Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir selalu disebabkan
oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit katup jenis baru. Penyakit
katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan
dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang-orang yang hidup di negara industri
dibandingkan dengan yang hidup di negara berkembang. Meskipun terjadi penurunan insidensi
penyakit demam rematik, namun penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim deformitas
katup yang membutuhkan koreksi bedah.
1. Stenosis Mitraler.
Berdasarkan etiologinya stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang
pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak
mendapatkan antibiotik. Di bagian dunialainnya, demam rematik sering terjadi dan
menyebabkan stenosis katupmitral pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak,
yang khasadalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral sebagian
bergabung menjadi satu.

2. Insufisiensi Mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas reumatik
dan non reumatik (degeneratif, endokarditis,penyakit jantung koroner, penyakit
jantung bawaan, trauma dan sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia,
penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik.
3. Stenosis Aorta
Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang
tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan
kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60
tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Stenosis katup
aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada
keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik berupa stenosis,
regurgitasi maupun keduanya. Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling
sering adalah kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit
mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa pertumbuhan
anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung melebar dan mencoba untuk
memompa sejumlah besar darah melalui katup yang kecil. Katup mungkin hanya
memiliki dua daun yang seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti
corong. Lama-lama, lubang/pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku dan
menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.
4. Isufisiensi Aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainankatub dan kanker
aorta juga bias menimbulkan isufisiensi aorta. Pada isufisiensi aorta kronik terlihat
fibrosis dan retraksi daun-daun katup,dengan atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya
merupakan skuele dari demam reumatik.

C. Tanda dan Gejala


1. Kesulitan mengambil napas
2. Tekanan pada bagian dada terutama saat sedang beraktivitas
3. Pusing
4. Kelelahan
5. Detak jantung tidak beraturan atau tidak normal
6. Penambahan berat badan
7. Pingsan
8. Edema (pembengkakan berlebih di bagian kaki, daerah perut, atau pergelangan
kaki sebagai akibat tersumbatnya cairan)

D. Patofisiologi
Demam reuma–inflamasi akut dimediasi–imun yang menyerangkatup jantung
akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik-αgrup A dan protein jantung.
Penyakit dapat menyebabkan penyempitanpembukaan katup (stenosis) atau tidak dapat
menutup sempurna(inkompetensi atau regurgitasi) atau keduanya.Disfungsi katup akan
meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa jantung memompa darah lebih
banyak untuk menggantikan jumlahdarah yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik
sehinggameningkatkan volume kerja jantung. Stenosis katup memaksa
jantungmeningkatkan tekanannya agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliranyang
meningkat, karena itu akan meningkatkan tekanan kerja miokardium. Respon
miokardium yang khas terhadap peningkatan volume kerja dantekanan kerja adalah
dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi miokardium dan hipertrofi merupakan
mekanisme kompensasi yang bertujuan meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
E. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Kateterisasi jantung: Untuk menentukan luas dan jenis penyumbatannya. Gradien
tekanan (pada diastole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri melewati katup mitral,
penurunan orivisium katup (1,2 cm), peninggian tekanan atrium kiri, arteri
pulmunal,, dan ventrikel kanan ; penurunan curah jantung.
2. Ventrikulografi kiri: Digunakan untuk mendemontrasikan prolapse katup mitral.
3. ECG: Pembesaran atrium kiri (P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel kanan,
fibrilasi atrium kronis.
4. Sinar X dada: pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan vaskular,
tanda-tanda kongesti/edema pulmonal.
5. Ekokardiogram: Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan
masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan gerakan
daun-daun katup.
6. Elektrokardiogram (teknik penggambaran jantung dengan menggunakan
gelombang ultrasonik).
F. Komplikasi
1. Angina pectoris
2. Bedah jantung
3. Gagal jantung kongestif
4. Disritmia
5. Kondisi inflamasi jantung
6. Aspek-aspek psikososial perawatan akut
7. Penyakit jantung rematik
8. Penyakit jantung iskemik

G. Penatalaksanaan Medis
1. Stenosis Mitral
Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah berulangnya infeksi.Penatalaksanaan
gagal jantung kongesti adalah dengan memberikan kardiotinikum dan diuretik.
Intervensi bedah meliputi komisurotomiuntuk membuka atau “menyobek” komisura
katub mitral yang lengketatau mengganti katub miral dengan katub protesa.Pada
beberapakasus dimana pembedahan merupakan kontraindikasi dan terapimedis tidak
mampu menghasilkan hasil yang diharapkan, makadapat dilakukan valvuloplasti
transluminal perkutan untuk mengurangi beberapa gejala.

2. Insufisiensi Mitral
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif,intervensi bedah meliputi
penggantian katup mitral.
3. Stenosis Aorta
Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalahpenggantian katub aorta
secara bedah. Terdapat risiko kematianmendadak pada pasien yang diobati saja tanpa
tindakan bedah.Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat menyebabkan
gagaljantung permanen yang tidak berespon terhadap terapi medis.
4. Insufisiensi Aorta
Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktuyang tepat untuk
penggantian katub masih kontroversial.Pembedahan dianjurkan pada semua pasien
dengan hipertropiventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknnya gejala
lain.Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harusdiberikan
penatalaksanaan medis sampai dilakukannyapembedahan.
5. Terapi antibiotic
Kardiotinikum dan diuritik, Komisurotoomi, Valvuloplastitranslumnal perkutan,
Penggantian katup mitral, Penggantian katup aorta.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Anamnesa

1. Identitas
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 41 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Banyu Urip, Surabaya
Penanggung jawab biaya
Nama : Tn. F
Alamat : Banyu Urip, Surabaya

 Keluhan Utama :

Klien dengan stenosis aorta akan mendapatkan nyeri dada (angina), pingsan (syncope)
dan sesak napas yang disebabkan oleh gagal jantung. Pada 4% pada pasien dengan stenosis
aorta, gejala pertama adalah kematian mendadak, biasanya sewaktu pengerahan tenaga yang
berat.

 Riwayat Penyakit Sekarang :

2 minggu yang lalu klien marasa nyeri dada dan disertai dengan sesak nafas, hingga
akhirnya klien mengalami sinkope, kemudian Suaminya membawanya ke RSUD Dr.
Soetomo

 Riwayat Kesehatan Masa Lalu :

Klien pernah dirawat di RS dengan diagnosa typus.

 Riwayat Penyakit Keluarga :

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab stenosis aorta.

B. Observasi

a. Keadaan umum

 Suhu : 364oC

 Nadi : 24 x/menit
 Tekanan Darah : 120/80

 RR : 27x/menit

1. Pemeriksaan Persistem

 B1 (Breathing)

Terjadi perubahan pernapasan, takipnoe, pernapasan dangkal.

 B2 (Blood)

Ada perubahan denyut nadi, takikardia.

 B3 (Brain)

Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Klien nampak gelisah.

 B4 (Bladder)

Retensi urine

 B5 (Bowel)

Normal

 B6 (Bone)

Normal

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri dada behubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium


akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli
dan retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.

3. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output


sekunder.

4. Resiko tinggi terhadap ketidakseimbangan volume cairan (kelebihan)


berhubungan dengan peningkatan retensi cairan dan natrium oleh ginjal.

5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidaksimbangan supplay oksigen dan


kebutuhan oksigen jaringan.

6. Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit jantung.


RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN

1 Nyeri dada b.d Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi lokasi, - untuk mengetahui
ketidakseimbangan keperawatan 3 x 24 jam karakteristik, duerasi, skala nyeri klien
kebutuhan dan suplai diharapkan klien membaik frekuensi, kualitas
oksigen ke dengan kriteria : intensitas nyeri -untuk mengetahui
miokardium rasa nyaman klien
-tingkat nyeri klien menurun 2. identifikasi respon nyeri setelah dilakukan
non verbal tindakan keperawatan
-keluhan nyeri klien
menurun 3.berikan teknik non -untuk mengetahui
farmakologis untuk reaksi klien terhadap
- frekuensi nadi klien mengurangi rasa nyeri nyerinya
membaik
4.jelaskan penyebab, -untuk mengetahui
periode, dan pemicu nyeri penyebab nyeri klien

5. koaborasi pemberian -untuk mengurangi


anagetik rasa nyeri pada klien
2 Pola napas tidak efektif b.d 1. monitor pola napas 1. Untuk mengetahui
perubahan membran kapiler Setelah dilakukan tambahan mengetahui pola nafas
tindakan 2. Monitor bunyi napas
alveoli dan retensi cairan keperawatan 3 x 24 klien
3. Posisikan semi fowler/
2. Untuk mengetahui
interstitial akibat sekunder jam diharapkan klien
fowler
membaik dengan jenis bunyi nafas klien
dari edema paru 4. Identifikasi pasien
kriteria : 3. Untuk
perlunya pemasangan alat
memaksimalkan ventilas
-frekuensi nafas jalan nafas buatan
membaik klien
4. Untuk membantu
-Kedalaman nafas klien dalam bernafas
membaik

-Dispnea menurun

3 1. Identifikasi gangguan 1. Untuk mengetahui


Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan fungsi tubuh yang penyebab kelelahan pad
ketidaksimbangan supplay tindakan
oksigen dan kebutuhan keperawatan 3 x 24 mengakibatkan kelelahan pasien
2.Monitor kelelahan fisik 2. Untuk mengetahui
oksigen jaringan. jam diharapkan klien
membaik dengan dan emosional keadaan fisik dan
. kriteria : 3.Sediakan lingkingan
emosional klien
nyaman dan rendah 3. Untuk memberikan
-Frekuensi nadi
menurun stimulus rasa nyaman pada klien
4. Berikan aktivitas 4. Untuk melatih klien
-Kemudahan dalam distraksi yang dalam beraktivitas
melakukan aktivitas 5. Untuk memenuhi giz
menenangkan
sehari-hari
5. Kolaborasi dengan ahli pada klien sehingga
-Dispnea saat aktivitas gizi tentang cara dapat beraktivitas
menurun
meningkatkan asupan
makanan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam implementasi Evaluasi paraf


11-8- 10.30 S : klien
2019 Nyeri dada b.d 1.meng identifikasi mengatakan
ketidakseimbangan lokasi, karakteristik,
kebutuhan dan suplai duerasi, frekuensi, merasakan nyeri
oksigen ke miokardium kualitas intensitas pada daerah dada
nyeri
O :K/u lemah
Klien terlihat
10:40 P : terdapat nyeri pada
daerah dada meringis pada
saat nyeri
10:50 Q : nyeri seperti di
Skala nyeri: 5
tusuk-tusuk
A : tetdapat tanda-
R : pada daerah dada tanda nyeri pada
sebelah kiri daerah dada.

S : skala nyeri 5 Masalah belum


10:55 teratasi
T : sejak 2 hari yang
lalu P : intervensi di
lanjutkan
11:15

2. identifikasi respon
nyeri non verbal

3.berikan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri

4.jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri

5. koaborasi
pemberian anagetik
11-8- Pola napas tidak efektif 12.10 1. Memonitor pola S: klien
2019 b.d perubahan membran napas tambahan mengatakan
kapiler alveoli dan retensi 12:15 merasakan sesak
2. Memonitor bunyi
cairan interstitial akibat nafas
napas
sekunder dari edema paru
O: k/u lemah
3. Memposisikan semi
Klien terlihat
12:20
fowler/ fowler
susah bernafas
4. mengidentifikasi
12:30 A: terdapat tanda-
pasien perlunya
tanda sulit
pemasangan alat jalan
bernafas
nafas buatan Masalah belum
teratasi

P: intevensi di
lanjutkan

11-8- 13:40 1. Mengidentifikasi S: klien


2019 Intoleransi Aktivitas b.d gangguan fungsi mengatakan sulit
ketidaksimbangan
supplay oksigen dan tubuh yang untuk bergerak
kebutuhan oksigen mengakibatkan karena takut
13:45
jaringan.
kelelahan mengalami sesak
. nafas saat
2.Memonitor
bergerak
kelelahan fisik dan
13:50
emosional O: k/u lemah
Klien hanya
3.Menyediakan
berbaring di
13:55
lingkingan nyaman
tempat tidur
dan rendah stimulus
A: terdapat tanda-
4. Memberikan
tanda sesak nafas.
aktivitas distraksi Masalah belum
14.00 yang menenangkan teratasi

5. Berkolaborasi P: intervensi
dengan ahli gizi masih dilanjutkan
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi paraf


12-8- 09:30 S : klien
2019 Nyeri dada b.d 1.meng identifikasi mengatakan
ketidakseimbangan lokasi, karakteristik,
kebutuhan dan suplai duerasi, frekuensi, masih merasakan
oksigen ke miokardium kualitas intensitas nyeri pada daerah
nyeri
dada

09:35 P : : terdapat nyeri O :K/u lemah


pada daerah dada Klien masih
terlihat meringis
09:40 Q : nyeri seperti di
tusuk-tusuk pada saat nyeri
Skala nyeri: 5
R : pada daerah dada A : masih ada
sebelah kiri tanda-tanda nyeri

S : skala nyeri 5 pada daerah dada


.
09:50
T : sejak 2 hari yang Masalah belum
lalu teratasi
10:00
P : intervensi di

2. identifikasi respon lanjutkan


nyeri non verbal

3.berikan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri

4.jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri

5. koaborasi
pemberian anagetik
12-8- Pola napas tidak efektif 10.10 1. Memonitor pola S: klien ,masih
2019 b.d perubahan membran napas tambahan mengatakan
kapiler alveoli dan retensi 10:15 masih merasakan
2. Memonitor bunyi
cairan interstitial akibat sesak nafas
napas
sekunder dari edema paru
O: k/u lemah
3. Memposisikan semi
Klien masih
10:20
fowler/ fowler
terlihat susah
4. mengidentifikasi bernafas
10:30 pasien perlunya
A: masih ada
pemasangan alat jalan
tanda-tanda sulit
nafas buatan
bernafas .

Masalah belum
teratasi

P: intevensi di
lanjutkan
12-8- 10.50 1. Mengidentifikasi S: klien
2019 Intoleransi Aktivitas b.d gangguan fungsi mengatakan
ketidaksimbangan
supplay oksigen dan tubuh yang masih sulit untuk
kebutuhan oksigen mengakibatkan bergerak karena
10.55
jaringan.
kelelahan takut mengalami
. sesak nafas saat
2.Memonitor
bergerak
kelelahan fisik dan
11.00
11.10 emosional O: k/u lemah
Klien hanya
3.Menyediakan
berbaring di
lingkingan nyaman
tempat tidur
dan rendah stimulus
A: masih ada
4. Memberikan
tanda-tanda sesak
aktivitas distraksi
nafas .
11.15 yang menenangkan
Masalah belum
5. Berkolaborasi teratasi
dengan ahli gizi
P: intervensi
tentang cara
masih dilanjutkan
meningkatkan asupan
makanan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi paraf


13-8- 09:20 S : klien
2019 Nyeri dada b.d 1.meng identifikasi mengatakan jika
ketidakseimbangan lokasi, karakteristik,
kebutuhan dan suplai duerasi, frekuensi, nyerinya mulai
oksigen ke miokardium kualitas intensitas berkurang
nyeri
O :K/u mulai
09:35 P : : terdapat nyeri membaik , tanda-
pada daerah dada
tanda nyeri mulai
09:40 Q : nyeri seperti di berkurang
tusuk-tusuk Skala nyeri: 2
A : masalah
R : pada daerah dada teratasi sebagian
sebelah kiri
P : intervensi di
S : skala nyeri 5
hentikan
09:50
T : sejak 2 hari yang
lalu
10:00

2. identifikasi respon
nyeri non verbal

3.berikan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri

4.jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri

5. koaborasi
pemberian anagetik
13-8- Pola napas tidak efektif 10.10 1. Memonitor pola S: klien sudah
2019 b.d perubahan membran napas tambahan tidak mengeluh
kapiler alveoli dan retensi 10:15 sesak nafas
2. Memonitor bunyi
cairan interstitial akibat
napas O: k/u mulai
sekunder dari edema paru
membaik
3. Memposisikan semi
Nafas klien mulai
10:20
fowler/ fowler
normal (rr : 20)
4. mengidentifikasi
A : Masalah
10:30 pasien perlunya
teratasi
pemasangan alat jalan
P: intevensi di
nafas buatan
hentikan

13-8- 10.50 1. Mengidentifikasi S: klien


2019 Intoleransi Aktivitas b.d gangguan fungsi mengatakan bisa
ketidaksimbangan
supplay oksigen dan tubuh yang melakukan
kebutuhan oksigen mengakibatkan aktifitas ringan
10.55
jaringan.
kelelahan tanpa bantuan
. orang lain
2.Memonitor
kelelahan fisik dan O: k/u mulai
11.00
11.10 emosional membaik
Klien sudah dapat
3.Menyediakan
beraktifitas
lingkingan nyaman
kembali
dan rendah stimulus
A:masalah
4. Memberikan
teratasi
aktivitas distraksi
P: intervensi di
11.15 yang menenangkan
hentikan
5. Berkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic
valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada
penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan
untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan
persoalan-persoalan jantung berkembang. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa
bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease)
atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik.

B. SARAN
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap penderita penyakit kelainan katup jantung. Oleh karena itu, perawat juga harus
mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun
memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-
tanda, penanganan dan penceganhanya.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika.
Anonymousa. 2010 .http://www.infokedokteran.com/article/Stenosis-aorta.html. diakses tanggal 22, Nopember
2010.
Anonymousb. 2010. http://aslikoe.blogspot.com/2009/09/stenosis-katup-aorta.html. diakses tanggal 22, Nopember
2010.
Anonymousc. 2010. http://askep-anak-stenosis-katup-aorta-aortic_25.html. diakses tanggal 22, Nopember 2010.

Anda mungkin juga menyukai