1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)”. Tujuan penulisan makalah
ini untuk membantu mahasiswa keperawatan, agar mampu mengaplikasikan teori
dengan keterampilan dasar keperawatan dengan benar pada pasien-pasien ASD.
kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak dapat terlaksana
dengan baik jika tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
menyampaikan terimakasih bagi semua pihak yang telah membarikan waktu,
kesempatan dan dorongan dari awal hingga selesai tersusunnya makalah ini. kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun senantiasa kami
harapkan dari pembaca, sekalian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI...............................................................................3
B. KONSEP MEDIS...................................................................................................6
1. Definisi...............................................................................................................6
2. Aspek Epidemiologi...........................................................................................6
3. Etiologi...............................................................................................................7
4. Patofisiologi.......................................................................................................8
5. Patway................................................................................................................9
6. Manifestasi Klinis............................................................................................10
7. Klasifikasi........................................................................................................10
8. Pencegahan.......................................................................................................10
9. Penatalaksanaan...............................................................................................11
10. Komplikasi...................................................................................................13
C. PROSES KEPERAWATAN................................................................................15
1. Pengkajian........................................................................................................15
2. Diagnosa keperawatan......................................................................................29
3. Intervensi dan Rasional....................................................................................30
BAB III PENUTUP..........................................................................................................36
A. Kesimpulan..........................................................................................................36
B. Saran....................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada
sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung
bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat
atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung
kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek
ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior,
foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran,
defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan
defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang
letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard.
ASD(Atrial Septal Defect) merupakan kelainan jantung bawaan
tersering setelah VSD (ventrikular septal defect). Dalam keadaan normal,
pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan
kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir,
lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus
mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Maka darah bersih dan
darah kotor bercampur.
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala
(asimptomatik) pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat
menyebabkan kondisi gagal jantung di tahun pertama kehidupan pada sekitar
5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5,
dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung (aritmia).
Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan
pada defek tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan
bila tidak ditutup akan menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa.
Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat tergantung pada
besar kecilnya aliran darah dan ada tidaknya gagal jantung kongestif,
peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta
penyulit lain.
1
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada,
penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan.
Di amerika serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 – 10 dari 1000
kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi
kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan
pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di indonesia, dengan
populasi lebih dari 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%,
diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita
Defek septum ventrikel disebabkan oleh keterlambatan penutupan
sekat intraventrikuler sesudah kehidupan interauterin 7 minggu pertama,
alasan penutupan terlambat atau tidak sempurna belum diketahui.
Kemungkinan faktor keturunan berperan dalam hal ini. Defek septum
ventrikel adalah jelas lebih sering pada bayi premature dan pada mereka yang
berat badan lahir rendah, dengan laporan insiden setinggi 7,06 per 1000
kelahiran premature hidup (Fyler, 1996).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah itu Penyakit ASD (Atrial Septal Defect) ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan ASD (Atrial Septal Defect) ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Penyakit ASD (Atrial Septal Defect)
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan ASD (Atrial Septal Defect)
3. Untuk mengetahui etiologi ASD
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan ASD
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
paru. dan pericardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung
itu sendiri, yang juga disebut epikardium.
Di dalam lapisan jantung tersebut terdapat cairan pericardium,
yang berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak
jantung saat memompa. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu
lapisan luar yang disebut pericardium, lapisan tengah atau miokardium
merupakan lapisan berotot, dan lapisan dalam disebut endokardium.
Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis,
disebut atrium, dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel.
a. Atrium
1) Atrium kanan, berfungsi sebagai tempat penampungan darah
yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir
melalui vena cava superior, vena cava inferior, serta sinus
koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah
dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.
2) Atrium kiri, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen
dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian
darah mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh
tubuh melalui aorta.
b. Ventrikel (bilik)
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot
yang disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang
disebut muskulus papilaris. Ujung muskulus papilaris dihubungkan
dengan tepi daun katup atrioventrikuler oleh serat-serat yang
disebut korda tendinae.
1) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan
dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
2) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan
ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan
oleh sekat yang disebut
septum ventrikel.
4
Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan yang lain,
jantung dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya :
a) Katup atrioventrikuler.
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka
disebut katup atrio-ventrikuler, yaitu :
(1) Katup trikuspidalis.
Merupakan katup yang terletak di antara atrium
kanan dan ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah daun
katup. Katup mitral/ atau bikuspidalis.
Merupakan katup yang terletak di antara atrium
kiri dan ventrikel kiri, serta mempunyai 2 buah katup.
Selain itu katup atrioventrikuler berfungsi untuk
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
atrium ke ventrikel pada fase diastole ventrikel, dan
mencegah aliran balik pada saat systole ventrikel
(kontraksi)
b) Katup semilunar.
(1) Katup pulmonal. Terletak pada arteri pulmonalis,
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.
(2) Katup aorta. Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua
katup
semilunar ini mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri
dari 3 daun katup yang simetris disertai penonjolan
menyerupai corong yang dikaitkan dengan sebuah cincin
serabut. Adapun katup semilunar memungkinkan darah
mengalir dari masingmasing ventrikel ke arteri pulmonalis
atau aorta selama systole ventrikel, dan mencegah aliran
balik waktu diastole ventrikel.
5
B. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Cacat jantung bawaan, atau penyakit, adalah masalah dengan
struktur jantung yang ada saat lahir. Mereka dapat mengubah aliran
darah normal melalui jantung. Cacat jantung kongenital adalah jenis
cacat lahir yang paling umum (NHLBI, 2015).
Cacat septum atrium (ASD) adalah lubang di septum interatrial,
menyebabkan pirau kiri-ke-kanan dan kelebihan volume atrium kanan
dan ventrikel kanan. Anak-anak jarang bergejala, tetapi komplikasi
jangka panjang setelah usia 20 tahun meliputi hipertensi paru, gagal
jantung, dan aritmia atrium. Orang dewasa dan, jarang, remaja dapat
mengalami intoleransi olahraga, dispnea, kelelahan, dan aritmia
atrium. Murmur midsistolik lunak di perbatasan sternum kiri atas
dengan pemisah lebar dan tetap dari bunyi jantung ke-2 (S2) sering
terjadi. Diagnosis dilakukan dengan ekokardiografi. Perawatannya
adalah penutupan alat transcatheter atau perbaikan bedah (Marie
Baffa, Jeanne, 2018).
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan kelainan akibat adanya
lubang pada septum intersisial yang memisahkan antrium kiri dan
kanan . Hal ini menyebabkan pencampuran darah beroksigen dengan
tidak beroksigen, yang akhirnya mengakibatkan jantung kanan
membesar dan tekanan tinggi pada paru-paru (hipertensi pulmonal)
(IMFI, 2018).
2. Aspek Epidemiologi
a. Cacat septum atrium adalah umum, terhitung 7% hingga 10% dari
kelainan jantung bawaan, dan mereka terjadi pada 1 dari 1500
kelahiran hidup.
b. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1: 2.
c. Kasing biasanya sporadis.
d. Penutupan spontan terjadi pada usia 2 tahun pada 40% hingga 50%
dari cacat yang terdeteksi pada awal masa bayi.
6
e. Beberapa kasus bersifat keluarga (mis., Sindrom Holt - Oram).
f. Cacat atrium dengan kelainan bentuk tungkai atas dan kelainan
konduksi jantung
g. Warisan dominan autosom
h. Kerusakan sering merupakan komponen integral (dan kadang-
kadang diperlukan) dari kelainan jantung bawaan yang kompleks.
i. Antara 25% dan 30% orang dengan jantung yang normal memiliki
foramen ovale yang dipatenkan, yang tidak dianggap sebagai cacat
atrium (G.Coran, Arnold, 2012).
3. Etiologi
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan
normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara
atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru.
Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap
terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt).
Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai
pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD. Faktor-faktor
tersebut diantaranya :
a. Faktor Prenatal:
1) Ibu menderita infeksi Rubella;
2) Ibu alkoholisme;
3) Umur ibu lebih dari 40 tahun;
4) Ibu menderita IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus);
5) Ibu meminum obat-obatan penenang.
b. Faktor genetik
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB (Penyakit Jantung
Bawaan);
2) Ayah atau ibu menderita PJB (Penyakit Jantung Bawaan);
3) Kelainan kromosom misalnya, Sindroma Down;
4) Lahir dengan kelainan bawaan lain.
7
c. Gangguan hemodinamik
Tekanan di atrium kiri lebih tinggi daripada tekanan di atrium
kanan sehingga memungkinkan aliran darah dari atrium kiri ke
atrium kanan (IMFI, 2018).
4. Patofisiologi
Pada cacat septum atrium, shunting dibiarkan ke kanan pada
awalnya (lihat gambar Cacat septum atrium). Beberapa ASD kecil,
seringkali hanya foramen ovale paten yang ditarik, menutup secara
spontan selama beberapa tahun pertama kehidupan. ASDs sedang-ke-
besar yang persisten menghasilkan pirau besar, yang menyebabkan
kelebihan volume ventrikel atrium kanan dan kanan. Jika tidak
diperbaiki, pirau besar ini dapat menyebabkan hipertensi arteri
pulmonalis, peningkatan resistensi pembuluh darah paru, dan hipertrofi
ventrikel kanan pada saat orang berusia 30-an atau 40-an. Aritmia
atrium, seperti takikardia supraventrikular (SVT), flutter atrium, atau
fibrilasi atrium juga dapat terjadi. Pada akhirnya, peningkatan tekanan
arteri pulmonalis dan resistensi vaskular dapat menyebabkan pirau
atrium dua arah dengan sianosis (sindrom Eisenmenger) selama masa
dewasa pertengahan hingga akhir (paling sering di atas usia 40).
(Marie Baffa, Jeanne, 2018).
8
5. Patway
Tekanan atrium
sinistra>atrium
dextra
Preload
kelemahan
Edema paru
TD
Dx2: intoleransi
Dx 4: kerusakan
aktifitas
perukaran gas
Dx1: penurunan CO
Ketidak adekuatan O2
BB rendah/tidak bertambah,
dan nutrisi ke jaringan
pertumbuhan dan
perkembangan lambat
Dx 3: pertumbuhan dan
perkembangan lambat
9
6. Manifestasi Klinis
Penderita ASD sebagian besar menunjukkan gejala klinis sebagai
berikut:
a. Detak jantung berdebar-debar (palpitasi);
b. Tidak memiliki nafsu makan yang baik;
c. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan;
d. Berat badan yang sulit;
e. Sianosis pada kulit di sekitar mulut atau bibir dan lidah;
f. Cepat lelah dan berkurangnya tingkat aktivitas;
g. Demam yang tak dapat dijelaskan penyebabnya
h. Respon tehadap nyeri atau rasa sakit yang meningkat (IMFI,
2018).
7. Klasifikasi
10
a. Pemeriksaan kekebalan terhadap rubella. Jika tidak terdapat adanya
kekebalan terhadap rubella, maka sebaiknya ibu melakukan
vaksinasi.
b. Memperhatikan dan selalu menjaga kondisi kesehatan serta
pemakaian obat-obatan. Setiap gangguan kesehatan yang ada harus
segera diatasi terutama pada masa kehamilan. Beberapa obat
mungkin perlu dihindari atau di hentikan penggunaannya saat
hamil. Sangat dianjurkan pada ibu hamil untuk rutin memeriksakan
kehamilannya secara teratur.
9. Penatalaksanaan
a. farmakalogi
Secara Garis besar penatalaksanaan Pada Pasien yang
menderita Penyakit
Jantung Bawaan dapat di lakukan dengan 2 Cara Yakni Dengan
Cara
pembedahan dan Kateterisasi Jantung .
1) Metode Operatif : Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter
akan
membuat sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk
sampai
jantung dapat terlihat. Kemudian fungsi jantung digantikan oleh
sebuah alat yang berfungsi untuk memompa darah keseluruh
tubuh yang dinamakan Heart lungbypass yang juga
11
menggantikan fungsi paru-paru untuk pertukaran oksigen
setelah itu jantung dapat dihentikan detaknya dan dibuka untuk
memperbaiki kelainan yang ada, seperti apabila ada lubang
pada septum jantung yang normalnya tertutup, maka lubang
akan ditutup dengan alat khusus yang dilekatkan pada septum
jantung.
2) Kateterisasi jantung : prosedur kateterisasi umumnya dilakukan
dengan
memasukkan keteter atau selang kecil yang fleksibel
didalamnya dilengkapi seperti payung yang dapat
dikembangkan untuk menutup defek jantung, ketetr
dimasukkan melalui pembuluh darah balik atau vena dipanggal
paha atau lengan. Untuk membimbing jalannya kateter, dokter
menggunakan monitor melalui fluoroskopi angiografi atau
dengan tuntunan transesofageal ekokardiografi
(TEE)/Ekokardiografi biasa sehinggan kateter dapat masuk
dengan tepat menyusuri pembuluh darah, masuk kedalam defek
atau lubang, mengembangkan alat diujung kateter dan menutup
lubang dengan sempurna. Prosedur ini dilakukan dalam
pembiusan umum sehingga anak/pasien tidak melakukan sakit.
Keberhasilan prosedur kateterisasi ini untuk penangana PJB
dilaporkan lebih dari 90% namun tetap diingan bahwa tidak
semuan jenis PJB dapat diintervensi dengan metode ini. Pada
kasus defek septum jantung yang terlalu besar dan kelainan
struktur jantung tertentu seperti jantung yang berada diluar
rongga dada (jantung ektopik) dan tetralogi fallot yang parah
tetap membutuhkan operatif terbuka.
b. Non-Farmakologis
1) Sedangkan Secara Non-Farmakologis dapat Diberikan Tambahan
Susu Formula dengan kalori yang tinggi dan suplemen untuk air
Susu Ibu dibutuhkan pada bayi yang menderita PJB. Terutama
12
pada bayi yang lahir premature dan bayi-bayi yang cepat lelah
saat menyusui.
2) Pada Pasien/Anak Yang Menghadapi atau dicurigai menderita
PJB dapat dilakukan tindakan , Seperti :
3) Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang
hangat dapat dilakukan dengan membedong atau
menempatkannya pada
inkhubator.
4) Memberikan Oksigen
5) Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan
elektrolit serta asam basa.
10. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang di timbulkan oleh penyakit jantung
bawaan, antara lain:
a. Sindrom Eisenmenger merupakan komplikasi yang terjadi pada PJB
non sianotik yang meyebabkan alairan darah ke paru yang
meningkat. Akibatnya lamakelaman pembuluh kapiler diparu akan
bereksi dengan meningkatkan resistensinya sehingga tekanan di
arteri pulmonal dan diventrikel kanan meningkat.
b. Serangan sianotik, pada serangan ini anak atau pasien menjadi lebih
biru dari
kondisi sebelumnya tampak sesak bahkan dapat menimbulkan
kejang.
c. Abses otak, biasanya terjadi pada PJB sianotik biasanya abses otak
terjadi pada
anak yang berusia diatas 2 tahun yang diakibatkan adanya hipoksia
da
melambtkanya aliran darah diotak.
d. Endokarditis
e. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
f. CHF
g. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
13
h. Enterokolitis nekrosis
i. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat
nafas atau
displasia bronkkopulmoner)
j. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
k. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin
l. Aritmia
m. Gagal tumbuh
14
C. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama :
No rekam medis :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status perkawinan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Diagnosa medis :
Tgl masuk :
Tgl pengkajian :
b. Keluhan Utama
Klien dengan Atrium Septum Defect biasanya mengeluh sesak
napas saat beraktivitas, cemas, suhu tubuh meningkat, lemas atau
jantung berdebar-debar.
15
3) Penyakit yang pernah diderita
Biasanya anak mengalami sesak.
4) Hospitalisasi/Tindakan operasi
Kaji apakah klien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya
dan pernahkan mendapat tindakan operasi seperti tonsilektomi,
apendiktomi dan lain-lain.
5) Injury/kecelakaan
Kaji apakah klien sebelumnya pernah mengalami kecelakaan
atau tidak.
6) Alergi
Kaji apakah klien memiliki alergi pada makanan, minuman atau
obat-obatan.
7) Imunisasi dan tes laboratorium
Kaji apakah klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap
sesuai dengan usianya dan kaji apakah klien mendapatkan
imunisasi tambahan.Imunisasi tersebut seperti:
a) Imunisasi BCG untuk mencegah TB diberikan pada bayi
usia kurang dari 2 bulan
b) Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah Hepatitis diberikan
sebanyak 3 kali pada neonates diberikan 12 jam setelah bayi
lahir atau sebelum bayi berumur 24 jam.
c) Imunisasi polio untuk mencegah piliomielitis diberikan
sebanyak 4 kali
d) Imunisasi DPT untuk mencegah difteri, pertusis dan tetanus
diberikan sebanyak 4 kali.
e) Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak
diberikan pada bayi umur 9 bulan
f) Imunisasi DPT untuk mencegah difteri, pertusis dan tetanus
diberikan sebanyak 4 kali
g) Imunisasi MMR
h) Imunisasi tifoid
16
i) Imunisasi hepatitis A
j) Imunisasi varicella
8) Pengobatan
Apakah klien melakukan pengobatan khusus seperti
kemoterapi atau mengkonsumsi obat lainnya.
e. Riwayat Pertumbuhan
Pasien dengan ASD biasanya mengalami gangguan pertumbuhan.
f. Riwayat Sosial
1) Yang mengasuh
Tanyakan siapa yang mengasuh klien dari sejak lahir hingga saat
ini.
2) Hubungan dengan anggota keluarga
Kaji hubungan klien dengan anggota keluarga.
3) Hubungan dengan teman sebaya
Bagaimana hubungan klien dengan teman sebaya.
4) Pembawaan secara umum
Kaji apakah klien memiliki pembawaan secara umum
seperti bibir sumbing, spina bifida, penyakit jantung bawaan,
hidrosefalus dan lain-lain.
g. Riwayat Keluarga
1) Sosial ekonomi
Sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat pengobatan
dan cara pemeliharaan kesehatan.
2) Lingkungan rumah
Kaji jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan.
Bagaimana keadaan lingkungan rumah klien,ventilasi, keadaan
lantai yang licin dan kaji apakah ada sumber polusi yang dekat
dengan rumahnya dan darimana sumber air.
3) Penyakit keluarga
17
Kaji tentang anggota keluarga apakah dalam keluarga
memiliki penyakit jantung yang diturunkan.
4) Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur
anggota keluarga dari atas hingga kebawah yang didasarkan atas
tiga generasi sebelum pasien. Berikan keterangan manakah
symbol pria, wanita, memiliki penyakit keturunan, meninggal
atau tidak dan keterangan tinggal serumah.
18
dan sikap tubuh. Aktivitas motorik yang mencakup keterampilan
otot-otot besar seperti merangkak, berjalan, berlari, melompat
atau berenang.
19
9) Kognitif dan persepsi
Klien umumnya tidak mengalami gangguan penciuman,
perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan serta tidak
terdapat suatu waham, klien biasanya merasakan nyeri dan tidak
nyaman pada dadanya.
10) Konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakit anaknya, ansietas dan stress juga dapat terjadi pada
klien.
11) Seksual dan menstruasi
Kaji apakah ada efek penyakit pada seksualitas anak. Kaji
apakah klien sudah mengalami menarche atau belum, jika sudah
tanyakan apakah menstruasinya lancar atau tidak.
12) Nilai
Biasanya anak-anak tidak mengetahui kepercayaan yang
dianutnya dan biasanya anak-anak mengikuti kepercayaan orang
tuanya.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Keadaan umum klien dengan ASD biasanya
compos mentis, klien tampak lemah, tekanan darah meningkat,
nadi meningkat, dyspnea saat istirahat atau saat aktivitas.
2) Kulit
Inspeksi : Klien dengan ASD bisa mengalami sianosis pada
ektremitas ditandai dengan munculnya kebiruan pada
ujung jari, kulit teraba dingin dan lembab.
Palpasi : Turgor kulit menurun, CRT > 3 detik.
3) Kepala
Inspeksi : Rambut bersih, tidak ada tumor, rambut warna hitam,
tidak rontok, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
4) Mata
20
Inspeksi : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
5) Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
6) Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada polip, adanya pernafasan cuping
hidung, mukosa lembab, rongga hidung bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
7) Mulut
Inpeksi : Bibir tampak kering, gigi bersih, tidak ada perdarahan
dan pembengkakan pada gusi.
8) Leher
Inspeksi : Tidak adanya pembengkakan, tidak adanya jaringan
parut dan tidak adanya massa.
Palpasi : Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
9) Dada
Inspeksi : Diameter dada bertambah, retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada benjolan
10) Payudara
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar mammae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
11) Paru
Inspeksi : Terdapat pernafasan cuping hidung.
Palpasi: Teraba taktil fremitus.
Perkusi : Terdengar suara sonor.
Auskultasi : Terdengar suara vesikuler.
12) Jantung
Inspeksi : Bentuk asimetris, irama tidak teratur.
21
Palpasi : Teraba adanya bising pada ICS II atau III kiri.
Perkusi : Terdengar suara pekak.
Auskultasi : Terdapat bunyi jantung tambahan.
13) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ikterik, tidak terdapat distensi,
tidak terdapat kelainan pada umbilicus.
Auskultasi : Peristaltik usus normal 10-15 x/menit
Perkusi : Terdengar suara timpani
Palpasi : Tidak adanya pembesaran hati.
14) Genetalia
Biasanya tidak terdapat gangguan pada organ genetalia.
15) Anus dan rektum
Biasanya tidak ada gangguan pada anus dan rectum.
16) Muskuloskeletal
Inspeksi: kekuatan otot melemah.
17) Neurologi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada system
persarafan.
22
pada defek septum atrium yang besar. Posisi katup mitral dan
trikuspid sama tinggi pada defek septum atrium primum dan bila
ada celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Ekokardiogram
menentukan lokasi defek, ukuran defek, arah dan gradien aliran,
perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal, gambaran
beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katup aorta atau
trikuspid serta kelainan lain. Ekokardiografi Doppler
memperlihatkan aliran interatrial yang terekam sampai di dinding
atrium kanan. Rasio aliran pulmonal terhadap aliran sistemik
juga dapat dihitung. Ekokardiografi kontras dikerjakan bila
Doppler tak mampu memperlihatkan adanya aliran interatrial.
3) Angiogram
Ventrikel kiri pada defek septum atrium sekundum tampak
normal, tapi mungkin terlihat prolaps katup mitral yang disertai
regurgitasi. Pada defek septum atrium primum, terlihat gambaran
leher angsa (goose-neck appearance) akibat posisi katup mitral
yang abnormal. Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga
dapat terlihat. Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas dapat
memperlihatkan besarnya defek septum atrium.
4) EKG
Deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis
ke kanan pada ASD secundum, RBBB, RVH.
5) Kateterisasi jantung
Prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque dimasukan
kedalam atrium jantung melalui pembuluh darah perifer,
diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan;
pengukuran tekanan darah dan sampel darah memberikan
sumber-sumber informasi tambahan. Kateterisasi jantung
dilakukan bila defek interatrial pada ekokardiogram tak jelas
terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi
jantung terdapat peningkatan saluran oksigen di atrium kanan
dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan arteri
23
pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan
arteri pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes
dengan pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas
vaskuler paru.
l. Informasi Lain
(mencangkup rangkuman kesehatan klien dari Gizi, fisioterapis,
terapi medis lain, dll).
m. Analisa Data
Hari/tanggal
No Data fokus Etiologi Masalah Paraf
/jam
1. Data Subjektif : Defek pada Penurunan Curah
Klien mengatakan jantung atrium Jantung
berdebar-debar
Adanya shunt/
Data Objektif :
aliran darah dari
Takikardia, hipertensi,
atrium kanan ke
bunyi jantung tambahan,
kiri
klien tampak dan pucat,
gambaran EKG aritmia,
Aliran darah dari
kebiruan pada ujung jari,
atrium kiri ke
CRT > 3 detik
ventrikel kiri
berkurang
Volume
sekuncup turun
Penurunan curah
jantung
2. Data Subjekif : Adanya shunt/ Pola Napas
Ibu klien mengatakan aliran darah dari Tidak Efektif
24
anaknya sesak atrium kanan ke
kiri
Data Objektif :
Adanya pola napas Darah CO2 & O2
abnormal, pernapasan bercampur
cuping hidung dan retraksi
dinding dada Penambahan
beban pada
ventrikel kanan,
arteri pulmonalis,
kapiler paru-paru
dan atrium kiri
Aliran pulmonal
meningkat
Hiperventilasi
Ketidakefektifan
pola napas
3. Data Subjektif : Aliran darah dari Intoleransi
Ibu klien mengatakan atrium kiri ke Aktivitas
anaknya mengeluh cepat ventrikel kiri
lelah dan cepat sesak saat berkurang
melakukan aktivitas
Suplai O2 ke
Data Objektif : seluruh tubuh
Frekuensi jantung menurun
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Kelemahan
Intoleran
25
Aktifitas
4 Data Subjektif : Defek atau Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri lubang pada
Nilai nyeri berdasarkan atrium
FLACC
Adanya shunt/
Data Objektif : aliran darah dari
Klien tampak meringis atrium kanan ke
dan gelisah kiri
Klien tampak berkeringat
Tekanan darah meningkat Aliran darah dari
Nadi meningkat atrium kiri ke
Pola napas berubah ventrikel kiri
berkurang
Kerja jantung
meningkat
Kardiomegali
Nyeri akut
5 Data Subjektif : Defek atau Perfusi perifer
Ibu klien mengatakan lubang pada tidak efektif
anaknya lemas atrium
26
nutrisi ke aorta
berkurang
Suplai O2 ke
seluruh tubuh
menurun
Perfusi perifer
tidak efektif
6. Data Subjektif : Defek atau Gangguan
Ibu klien mengatakan lubang pada Tumbuh
anaknya tidak bisa atrium Kembang
bermain dan beraktivitas
seperti anak-anak lainnya Aliran darah dari
atrium kiri ke
Data Objektif : ventrikel kiri
Klien tampak lebih cepat berkurang
lelah saat melakukan
aktivitas Aliran darah
Nafsu makan menurun kaya O2 dan
Klien tampak lebih mudah nutrisi ke aorta
marah berkurang
Kontak mata tampak
terbatas Penurunan
asupan nutrisi
Gangguan
tumbuh kembang
7 Data Subjektif : Defek atau Defisit Nutrisi
Ibu klien mengatakan lubang pada
anaknya tidak nafsu atrium
makan
27
Aliran darah dari
Data Objektif : atrium kiri ke
Berat badan menurun ventrikel kiri
minimal 10% di bawah berkurang
rentang ideal
Otot pengunyah lemah Aliran darah kaya
Membran mukosa pucat O2 dan nutrisi ke
aorta berkurang
Penurunan
asupan nutrisi
Nutrisi tidak
adekuat
Defisit nutrisi
8. Data Subjektif : Defek atau Ansietas
Ibu klien mengatakan lubang pada
khawatir dengan kondisi atrium
anaknya
Ibu klien mengatakan Perubahan status
bingung dengan kondisi kesehatan
anaknya
Ibu klien mengatakan sulit Ansietas
berkonsentrasi
Data Objektif :
Ibu klien tampak gelisah
dan tegang
Muka tampak pucat
Tampak berkeringat
Takipnea, takikardi,
28
hipertensi
9. Data Subjektif : Defek atau Risiko Cedera
Ibu klien mengatakan lubang pada
anaknya lemas atrium
Suplai O2 ke
seluruh tubuh
menurun
Hipoksia
jaringan
Risiko Cedera
2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung berubungan dengan perubahan preload
ditandai dengan klien mengatakan jantung berdebar-debar,
takikardia, hipertensi, bunyi jantung tambahan, klien tampak dan
pucat, gambaran EKG aritmia, kebiruan pada ujung jari, CRT > 3
detik.
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran
arteri atau vena ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya
29
lemas, kulit teraba dingin, wajah tampak pucat, turgor kulit
menurun, tampak edema pada ekstremitas.
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan ibu klien mengatakan anaknya sesak, adanya pola napas
abnormal, pernapasan cuping hidung dan retraksi dinding dada.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis ditandai
dengan Klien mengeluh nyeri, nilai nyeri berdasarkan FLACC,
klien tampak meringis dan gelisah, klien tampak berkeringat,
tekanan darah meningkat, nadi meningkat, pola napas berubah.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan ibu klien mengatakan
anaknya mengeluh cepat lelah dan cepat sesak saat melakukan
aktivitas, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
f. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik ditandai dengan ibu klien mengatakan
anaknya tidak bisa bermain dan beraktivitas seperti anak-anak
lainnya, klien tampak lebih cepat lelah saat melakukan aktivitas,
nafsu makan menurun, klien tampak lebih mudah marah, kontak
mata tampak terbatas.
g. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu
makan, berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal,
otot pengunyah lemah, membran mukosa pucat.
30
dengan klien klien dapat teratasi kelelahan, edema, ortopnea,
mengatakan jantung dengan kriteria hasil : peningkatan CVP)
berdebar-debar, 1. Klien tidak mengalami 2. Monitor tekanan darah
takikardia, hipertensi, palpitasi 3. Monitor intake dan output
bunyi jantung 2. Nadi dalam rentang cairan
tambahan, klien normal ( 60-100 4. Monitor keluhan nyeri dada
tampak dan pucat, x/menit) 5. Monitor aritmia
gambaran EKG 3. Tekanan darah dalam 6. Periksa tekanan darah dan
aritmia, kebiruan pada rentang normal ( 100- frekuensi nadi sebelum dan
ujung jari, CRT > 3 120/60-90 mmHg) sesudah aktivitas
detik 4. Tidak ada tanda sianosis 7. Posisikan pasien semi fowler
5. Tidak ada bunyi jantung atau fowler dengan kaki ke
tambahan bawah atau posisi nyaman
8. Berikan diet jantung yang
sesuai
9. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
10. Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
11. Ajarkan keluarga mengukur
intake dan output cairan
12. Kolaborasi pemberian
aritmia, jika perlu
13. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan Perawatan sirkulasi
efektif berhubungan keperawatan selama …x… 1. Periksa sirkulasi perifer
dengan penurunan jam diharapkan perfusi 2. Monitor panas, kemerahan,
aliran arteri atau vena perifer kembali efektif nyeri atau bengkak pada
ditandai dengan ibu dengan kriteria hasil : ekstremitas
klien mengatakan 1. Tidak tampak edema 3. Hindari pemasangan infus
anaknya lemas, kulit 2. Klien terbebas dari atau pengambilan daraj di
teraba dingin, wajah
31
tampak pucat, turgor kelemahan area keterbatasan perfusi
kulit menurun, tampak 3. Turgor kulit baik 4. Ajarkan keluarga program diet
edema pada untuk memperbaiki sirkulasi
ekstremitas
3. Pola napas tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas
efektif berhubungan keperawatan selama …x… 1. Monitor pola napas
dengan hiperventilasi jam diharapkan pola nafas 2. Monitor bunyi napas
ditandai dengan ibu kembali efektif dengan tambahan
klien mengatakan kriteria hasil : 3. Posisikan semi fowler atau
anaknya sesak, adanya 1. Klien tidak mengalami fowler
pola napas abnormal, sesak 4. Berikan oksigen, jika perlu
pernapasan cuping 2. Respirasi dalam rentang 5. Berika minum hangat
hidung dan retraksi normal 16-24 x/menit 6. Kolaborasi pemberian
dinding dada 3. Tidak ada penggunaan bronkodilator, ekspektoran,
otot bantu napas mukolitik, jika perlu
4. Tidak ada napas cuping
hidung
4. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama …x… 1. Identifikasi lokasi,
agen cidera fisiologis jam diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
ditandai dengan Klien terkontrol dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
mengeluh nyeri, nilai hasil : nyeri
nyeri berdasarkan 1. Meringis berkurang 2. Identifikasi respon nyeri non
FLACC, klien tampak 2. Tidak gelisah verbal
meringis dan gelisah, 3. Keringat berkurang 3. Identifikasi skala nyeri
klien tampak 4. Tekanan darah dalam 4. Berikan teknik
berkeringat, tekanan batas normal (100- nonfarmakologis untuk
darah meningkat, nadi 120/60-90 mmHg) mengurangi nyeri (terapi
meningkat, pola napas 5. Nadi dalam rentang bermain)
berubah normal (60-100 x/menit) 5. kontrol linkungan yang
6. Respirasi dalam rentang memperberat rasa nyeri
normal (16-24 x/menit) 6. Fasilitasi istirahat dan tidur
32
7. Ajarkan keluarga tentang
teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
berhubungan dengan keperawatan selama …x… 1. Identifikasi gangguan fungsi
ketidakseimbangan jam diharapkan klien dapat tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan mempertahankan tingkat kelelahan
kebutuhan oksigen aktivitas, dengan kriteria 2. Monitor pola dan jam tidur
ditandai dengan ibu hasil: 3. Sediakan lingkungan nyaman
klien mengatakan dan rendah stimulus
1. Berpartisipasi dalam
anaknya mengeluh 4. Berikan aktivitas distraksi
aktivitas fisik tanpa
cepat lelah dan cepat yang menenangkan
disertai peningkatan
sesak saat melakukan 5. Anjurkan tirah baring
tekanan darah, nadi dan
aktivitas, frekuensi 6. Anjurkan melakukan aktivitas
respirasi
jantung meningkat secara bertahap
>20% dari kondisi 7. Anjurkan keluarga untuk
istirahat menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
nafsu makan
6. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan asuhan Promosi Perkembangan Anak
kembang berhubungan keperawatan selama …x… 1. Identifikasi kebutuhan khusus
dengan efek jam diharapkan anak akan anak dengan teman sebaya
ketidakmampuan fisik menunjukkan tingkat 2. Fasilitasi hubungan anak
ditandai dengan ibu perkembangan dan dengan teman sebaya
klien mengatakan pertumbuhan sesuai dengan 3. Dukung anak berinteraksi
anaknya tidak bisa usia, dengan kriteria hasil : dengan anak lain
bermain dan 1. Keterampilan/perilaku 4. Dukung anak
33
beraktivitas seperti sesuai usia mengekspresikan
anak-anak lainnya, 2. Kemampuan melakukan perasaannya secara positif
klien tampak lebih perawatan diri 5. Berikan mainan yang sesuai
cepat lelah saat 3. Kontak mata baik dengan anak
melakukan aktivitas, 4. Respon sosial baik 6. Bernyanyi bersama anak lagu-
nafsu makan menurun, lagu yang disukai anak
klien tampak lebih 7. Bacakan cerita dongeng untuk
mudah marah, kontak anak
mata tampak terbatas 8. Sediakan mainan berupa
puzzle dan maze
9. Ajarkan sikap kooperatif,
bukan kompetisi diantara
anak
10. Ajarkan teknik asertif pada
anak
11. Rujuk untuk konsling, jika
perlu
7. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama …x… 1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan jam diharapkan kebutuhan 2. Identifikasi alergi dan
mengabsorbsi nutrient nutrisi tercukupi dengan intoleransi makanan
ditandai dengan ibu kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang
klien mengatakan 1. Berat badan ideal sesuai disukai
anaknya tidak nafsu dengan IMT 4. Identifikasi kebutuhan kalori
makan, berat badan 2. Nafsu makan meningkat dan jenis nutrient
menurun minimal 3. Mampu mengunyah 5. Monitor asupan makanan
10% di bawah rentang dengan baik 6. Monitor berat badan
ideal, otot pengunyah 7. Sajikan makanan secara
lemah, membran menarik dan suhu yang sesuai
mukosa pucat 8. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
9. Ajarkan keluarga klien tentang
34
diet yang diprogramkan
10. Kolaborasi pemberian
edukasi sebelum makan
11. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jenis kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum
interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum
interatrial semasa janin. Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan
dimana terdapat lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang
memisahkan atrium kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fungsi
septum interatial semasa janin. Penyebabnya belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian ASD.Adapun faktor yang menyebabkan ASD
adalah faktor prenatal dan faktor genetik. Secara umum ASD dapat
dklasifikasikan menjadi 3 yaitu Defek Sinus Venosus, Defek Ostium
Sekundum, Defek Ostium Prinum.
B. Saran
Dalam menangani penyakit pada sistem kardiovaskular dharapkan perawat
dan tenaga medis lainnya mampu memberikan asuhan sesui prosedur yang
ditetapkan agar diperoleh hasil yang maksimal.Dan bagi calon tenaga
kesehatan diharapkan
mampu menambah pengetahuannya tentang sistem kardiovaskula
36
DAFTAR PUSTAKA
37