Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

TETRALOGY OF FALLOT

Dosen Pengampu :
Aureliya Hutagaol, S.Kep., Ns., MPH

Oleh:

Kelompok II

1. Ilham Siregar ( 2014201011 )


2. Raudatul Hayati ( 2014201020 )
3. Fronika Harahap ( 2014201023 )
4. Muhammad Syahadad ( 2014201052 )

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Yang Maha Esa yang sudah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya, dimana
Ia telah memberitahu kepada kita jalan yang benar berupa ajaran agama yang
sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena dapat merampungkan makalah yang menjadi
tugas dalam mata kuliah Keperawatan Anak II dengan judul “Asuhan
Keperawatan Anak dengan Tetralogy of Fallot”. Selain itu, penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah membatu
makalah ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, penyususn sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari
kata sempurna, maka dari itu kami butuh ktitik dan sarannya yang bertujuan untuk
memperbaiki karya-karya kami selanjutnya di waktu yang akan datang.

Medan, 12 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PRAKATA.............................................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................1

2.1 Definisi Tetralogi Of Fallot (TOF)............................................................ 4

2.2. Epidemiologi...............................................................................................5

2.3 Etiologi..........................................................................................................5

2.4 Manifestasi Klinis........................................................................................6

2.5 Patofisiologi..................................................................................................7

2.6 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................8

2.7 Penatalaksanaan..........................................................................................9

BAB 3. LAPORAN KASUS...............................................................................12

3.1 Ilustrasi Kasus...........................................................................................12

3.2 Pengkajian Keperawatan.........................................................................12

3.3 Analisis Data..............................................................................................16


3.4 Diagnosa Keperawatan.............................................................................18

3.5 Intervensi Keperawatan...........................................................................19

3.6 Implementasi..............................................................................................24

3.7 Evaluasi.....................................................................................................28

BAB 4. PENUTUP................................................................................................30

4.1 Kesimpulan............................................................................................... 30

4.2 Saran.......................................................................................................... 30

Daftar Pustaka......................................................................................................31

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tetralogi of fallot (kelainan jantung bawaan) adalah penyakit jantung
kongentinal yang merupakan suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada
sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan dengan gejala sianosis
karena terdapat kelainan VSD (Defek Septum Ventrikel), stenosis pulmonal
(penyempitan pada pulmonalis), hipertrofi ventrikel kanan (penebalan otot
ventrikel kanan), dan overiding aorta (katup aorta membesar) Nursalam dkk
(2006).
Di Amerika Serikat, 10% kasus penyakit jantung kongenital adalah
Tetralogy Of Fallot (TOF), sedikit lebih banyak laki-laki dibandingkan
perempuan. Seiring dengan meningkatnya angka kelahiran di Indonesia,
jumlah bayi yang lahir dengan penyakit jantung juga meningkat. Dua per tiga
kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia memperlihatkan gejala pada masa
neonatus. Sebanyak 25-30% penderita penyakit jantung bawaan yang
memperlihatkan gejala pada masa neonatus meninggal pada bulan pertama
usianya jika tanpa penanganan yang baik. Sekitar 25% pasien TOF yang tidak
diterapi akan meninggal dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40% meninggal
sampai usia 4 tahun, 70% meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95%
meninggal sampai usia 40 tahun, Anonim (2012).
Kelainan ini lebih sering muncul pada laki – laki daripada perempuan.
Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal sesuai usia,
sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan dipulihkan
dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini penyakit ini pada anak – anak
sangat penting dilakukan sebelum komplikasi yang lebih parah terjadi, Guyton
dan Arthur C (2006).
Jika dibiarkan kelainan jantung bawaan pada anak ini akan
menimbulkan beberapa komplikasi antara lain adalah sebagai berikut, yaitu :
1) rombosis serebri
2) Abses otak
3) Endokarditis bakterialis
4) Gagal jantung kongestif
5) Hipoksia.
Berdasarkan data yang diambil dari catatan medik RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda di ruang Melati terhubung mulai Januari 2016
sampai dengan bulan Mei 2016 jumlah penderita Tetralogy Of Fallot sebanyak
11 orang pasien yang dirawat.
Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik membuat karya tulis
ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. S Yang Mengalami
Tetralogy Of Fallot D Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan
masalah pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah “Bagaimana pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada klien An. S dengan Tetralogy Of Fallot di Ruang
Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie ?”.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui
gambaran dan pengalaman nyata secara langsung tentang pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada Klien An. S dengan Tetralogy Of Fallot di
ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penulisan karya tulis ilmiah adalah untuk memperoleh
pengalaman nyata dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Klien
An. S dengan Tetralogy Of Fallot di ruang Melati RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda, dan menganalisa kesenjangan-kesenjangan antara
teori dan kasus khususnya dalam hal :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien An. S dengan
Tetralogy Of Fallot.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai proritas pada klien An. S
dengan Tetralogy Of Fallot.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien An. S dengan
Tetralogy Of Fallot.
d. Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien An. S
dengan Tetralogy Of Fallot.
e. Melakukan evaluasi keperawatan yang telah dilakukan terhadap klien
An. S dengan Tetralogy Of Fallot.
f. Mendemontrasikan asuhan keperawatan pada klien An. S dengan
Tetralogy Of Fallot.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tetralogy Of Fallot (TOF)


Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik.
Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau
lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga
ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta (Yayan A.I, 2010). Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya
empat kelainan anatomi sebagai berikut:

Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF

1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
rongga ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang
keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga
menebal dan menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari
ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian
aorta keluar dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal

Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek


septum ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel
paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I, 2010).

2.2 Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan
menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat
ini para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi
penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor genetic
atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan
juga Digeorge Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada
wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini adalah sebagai
hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior, menghasilkan kombinasi
klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan
dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang makin meningkat
akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat
dipulihkan dengan operasi yang dini.Supit, Alice I., Kaunang. Erling D,
2012).

2.3 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui,
biasanya melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan
dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus
lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita
sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung
sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung
oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu
kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di
kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu
atau menangis (Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
A. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
B. Faktor eksogen
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih
dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan
terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan ,
oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai.

2.4 Manifestasi Klinis


Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya
menangis atau mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,
makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran
pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan
shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya
oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh.
Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala
kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami
dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah
sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right
to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam
paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi maka akan semakin
berat gejala yang terjadi (Yayan A.I, 2010).

2.5 Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang
bersamaan, yaitu :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga
menerima darah dari kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah
masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,
mengabaikan lubang ini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang,
sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah
tidak melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75%
darah vena yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel
kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010). Untuk
klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : Tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : Sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : Sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja
sianosis bertambah, ada dispneu.
4. Derajat IV : Sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA
menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien
dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi
(Samik Wahab, 1996).
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak
pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran
darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996).
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dengan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat
dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis
maupun dispneu berat. Jika penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot
termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu berat (Yayan A.I,
2010). Berikut penatalaksanaannya:
A. Tatalaksana Penderita Rawat Inap
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) :
 Operasi paliatif : Modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi
total: dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas.
(derajat III dan IV)
 Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD +
reseksi infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis
B. Tatalaksana Rawat Jalan
1. Derajat I :
 Medikametosa : Tidak perlu
Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan
kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses
otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
 Kontrol : Tiap bulan.
2. Derajat II dan III :
 Medikamentosa ; Propanolol
 Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat
dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi
abses otak, perlu dilakukan operasi paliatif.
 Kontrol : Tiap bulan
 Penderita dinyatakan sembuh bila : Telah dikoreki dengan baik.
C. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
1. Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
 Membuat posisi knee chest atau fetus
 Ventilasi yang adekuat
2. Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau
subkutan
3. Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk
mencegah asidosis metabolik
4. Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan sampai
Hb 15-17 gr/dl
5. Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell diteruskan
dosis rumatan 1-2 mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer
yaitu penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum
ventrikel kanan. Pada umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia
kurang lebih 1 tahun dengan perkiraan berat badan sudah mencapai
sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan
tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik dengan
dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A.
subclavia dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1
tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan
bisa diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
 Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
 Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
 Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
 Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
 Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada
selama serangan sianosis.
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Ilustrasi Kasus


Asti, seorang anak perempuan berusia 18 bulan datang ke klinik
Special Dental Care Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tanggal 07 Agustus
2022 atas rujukan dari Bagian Kardiolog Anak untuk mencari fokal infeksi
dan penatalaksanaannya sebelum dilakukan operasi jantung di Rumah Sakit
Harapan Kita Jakarta. Pasien didiagnosis dengan Tetralogi Fallot, dengan
gejala-gejala klinis berupa mudah lelah, sesak napas. Pasien Diagnosis kerja
akhir dari Bagian Kardiologi Anak adalah DF, yaitu compensated heart
disease, DA, yaitu TOF. Pasien tampak lemah dan kebiruan, ibu kalien
mengatakan klien mengalami kesulitan dalam bernafas dan tidak nafsu makan.
Pada pemeriksaan klinis ditemukan keadaan sebagai berikut, status umum
berupa nadi suhu = 36oC, nadi = 80 x / menit, respirasi = 40x/ menit, tekanan
darah = 100 x/80 mmHg, BB = 9 kg sebelum sakit, saat dikaji BB 7 kg, TB =
75 cm. Pada status lokalis terlihat ekstra oral tidak ada kelainan.

3.2 Pengkajian Keperawatan


Tgl. MRS : 07 Agustus 2022
Ruangan/kelas : Ratna/I
No. kamar : 2B
Data Dasar :-
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Asti
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 Bulan
Status Perkawinan : Belum
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Belum
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
Diagnose medis : Tetralogi of Fallot
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : klien mengalami kesulitan dalam bernafas (sesak
napas)
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya belum pernah mengalami
penyakit seperti ini.
3.  Riwayat keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu klien menderita
hipertensi dan saat hamil sering mengkonsumsi obat – obatan tanpa
resep dokter.
c. Data Bio Psiko Sosial Spiritual
1. Bernafas
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan bernafas dan
sesak.
 Makan dan Minum
 Makan
Sebelum masuk rumah sakit ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu
makan, yang biasanya 1 porsi anak – anak penuh tiga kali sehari
menjadi ¼ porsi tiga kali sehari.
 Minum
Klien biasanya minum ± 5 – 6 gelas/hari masing – masing 100 cc.
Sekarang klien hanya bisa minum ± 4 gelas
 Eliminasi BAB/BAK
Keluarga mengatakan, BAB klien di rumah maupun di Rumah Sakit
satu kali, sedangkan BAK klien normal, tidak ada gangguan.
2. Aktivitas
Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering
mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas.
3. Rekreasi
Ibu klien juga mengatakan saat diajak jalan – jalan bersama keluarga
klien mudah keletihan.
4. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur
jam 20.30 – 6.00. ibu mengatakan pasien sering terbangun di malam hari
karena mengalami kesulitan dalam bernafas.
5. Kebersihan diri
Saat pengkajian kondisi klien bersih karena selalu dibantu ibunya untuk
mandi dan klien sudah bisa berpakaian dan gosok gigi sendiri.
6. Suhu tubuh
Menurut ibu klien suhu tubuh klien setelah sakit tidak menentu, sebelum
dibawa ke rumah sakit suhu tubuh normal, saat pengkajian ibu klien
tidak mengeluh suhu tubuh klien panas.
7. Rasa nyaman
Klien menangis ketika beraktivitas karena sesak napas.
8. Rasa aman
Klien selalu merasa tenang saat bersama dan jika selalu dekat dengan
kedua orang tuanya.
9. Belajar
Keluarga klien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena
masih kecil.
10. Prestasi
Klien belum bersekolah, dan belum mempunyai prestasi dibidang
akademik.
d. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran Umum
Kesadaran : CM ( Compos Mentis )
Kebersihan : Cukup bersih
2. Pergerakan : Agak terbatas karena, terpasang infuse pada extrimitas
kanan atas
Postur : Tegak agak kurus
Status gizi  : Baik
3. Sistem penglihatan          
Bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi, konjung
tipa merah muda, sclera putih, visus 6/6.
4. Sistem pendengaran        
Bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen tidak
ada, kelainan tidak ada.
5. Sistem wicara                  
Mulut bersih, mukosa bibir merah muda, stomatitis tidak ada, caries
tidak ada.
6. Warna kulit        : Sawo mateng
7. Suara waktu menangis : Cukup melengking dan agak keras
8. Tonus otot        : Normal
9. Turgor kulit       : Normal
10. Kepala             : Bentuk normal, UUB tertutup, ketombe
dan rambut rontok tidak  ada.
11. Hidung               : Bentuk normal, secret tidak ada, gerakan
cuping hidung tidak ada, kelainan tidak ada
12. Leher                 : Bentuk normal, kaku kuduk tidak ada,
pembesaran kelenjar limfa di leher positif.
13. Persyarafan : Normal
14. Alat kelamin     : Kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan
tidak ada.
15. Anus                 : bentuk normal, kebersihan cukup,
hemoroid tidak ada.
16. Gejala cardinal  :
 Suhu = 36oC
 Nadi = 80 x / menit
 Respirasi = 29 x / menit
 Tekanan darah = 100 x/80mmHg
17. Antropometri :     
 BB = 9 kg (sebelum sakit)
 BB = 7 kg (saat dikaji)
 TB = 75 cm

3.3 Analisa Data

No Masalah
Analisa Data Etiologi
. Keperawatan

1. DS : Gangguan pertukaran Gangguan


- Ibu kalien mengatakan gas pertukaran gas
pasien mengalami kesulitan
dalam bernafas. Sesak napas dan
DO : kelemahan tubuh
- Pasien tampak Iemah dan
kebiruan (sianosis), Hipoksemia
- pasien terlihat sesak napas
- suhu = 36oC
Pencampuran darah kaya
- nadi = 80 x / menit
O2 dengan CO2
- respirasi = 29 x / menit
-Tekanan darah = 100
x/80mmHg. Defek sektum vertikel
2. DS: Intoleransi aktifitas Intoleransi
- Ibu klien mengatakan, aktifitas.
aktivitas klien berkurang, Aktivitas berkurang
karena klien sering
mengalami kelelahan dan
Sering mengalami
sering mengalami sesak
kelelahan dan sesak
dalam bernafas.
bernafas.
- Ibu klien mengatakan
bahwa klien mengalami
kesulitan dalam bernafas. Ketidakseimbangan
DO: antara suplai dan
- Pasien tampak Iemah dan kebutuhan oksigen
kebiruan
- suhu = 36oC
- nadi = 80 x / menit
- respirasi = 29 x / menit
-Tekanan darah = 100
x/80mmHg.
3. - Ibu klien mengatakan, Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
aktivitas klien berkurang, nutrisi: kurang dari nutrisi: kurang dari
karena klien sering kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
mengalami kelelahan dan
sering mengalami sesak
Berat badan menurun
dalam bernafas.
DO:
- Klien biasanya minum ± 5 Kurang minat pada
sampai 6 gelas/hari masing. makanan
Sekarang hanya bisa minum
± 4 gelas.
- Pasien tampak lemah
- BB = 9 kg (sebelum
sakit)
- BB= 7 kg (saat dikaji)

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia ditandai
dengan Ibu kalien mengatakan pasien mengalami kesulitan dalam
bernafas, pasien tampak Iemah dan kebiruan (sianosis), pasien terlihat
sesak napas, suhu 36oC, nadi  80 x / menit, respirasi = 29 x / menit,
tekanan darah = 100 x/80mmHg.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan Ibu klien mengatakan aktivitas
klien berkurang karena klien sering mengalami kelelahan dan sering
mengalami sesak dalam bernafas, Ibu klien mengatakan bahwa klien
mengalami kesulitan dalam bernafas. Pasien tampak Iemah dan kebiruan,
suhu = 36oC, nadi = 80 x / menit, respirasi = 29 x / menit, tekanan darah =
100 x/80mmHg.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang minat pada makanan ditandai dengan Ibu klien
mengatakan, klien tidak nafsu makan, awal 1 porsi, sekarang menjadi ¼
porsi, Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering
mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas. Klien
biasanya minum ± 5 sampai 6 gelas/hari masing, sekarang hanya bisa
minum ± 4 gelas, pasien tampak lemah, BB = 9 kg (sebelum sakit), BB=
7 kg (saat dikaji).

3.5 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan Setelah diberi  Monitor tanda-tanda vital
asuhan  Monitor kecepatan, irama,
pertukaran gas keperawatan 2 x kedalaman dan kesulitan
24 jam diharapkan bernafas
gangguan  Catat pergerakan dada,
pertukaran gas catat ketidaksimetrisan,
dalam tubuh klien penggunaan otot-otot bantu
dapat diatasi. nafas, dan reaksi otot
Dengan kriteria supraclaviculas dan
hasil : interkosta
- Klien dapat  Monitor suara tambahan
bernafas dengan seperti ngorok atau mengih
normal  Monitor pola nafas
-    Tanda-tanda (misalnya bradipneu,
vital normal : takipneu, hiperfentilasi,
RR:23-35 x/menit pernafsasan kusmaul,
-   Saturasi pernafasan 1:1, apneustik,
O2kembali normal respirasi beot, dan pola
-   Warna kebiruan ataxic)
yang timbul pada  Monitor saturasi oxygen
tubuh dapat pada pasien yang tersedia
berkurang (seperti SAO2, SVO2,
SPO2) sesuai dengan
protokol yang ada
 Pasang sensor pemantauan
oksigen noninfasif
(misalnya pasang alat pada
jari, hidung dan dahi)
dengan mengatur alarm
pada pasien beresiko tinggi
(misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan
pernah mengalami apnea
saat tidur, mempunyai
riwayat penyakit dengan
terapi oksigen menetap,
usia extrim) sesuai dengan
prosedur yang ada.

2. Intoleren Setelah diberikan  Pertimbangkan


Aktivitas asuhan kemampuan klien dalam
keperawatan berpartisipasi melalui
selama 2 x 24 jam, aktivitas spesifik
diharapkan  Berkolaborasi dengan
 Kriteria Hasil : (ahli) terapis fisik,
- Klien dapat okupasi dan terapi
melakukan rekreasional dalam
aktivitas perencanaan dan
- Klien tidak pemantauan program
tampak lemah    aktivitas, jika memang
- Nafas klien diperlukan
kembali normal  Pertimbangkan
sehingga dapat komitmen klien untuk
melakukan meningkatkan frekuensi
aktivitas dan jarak aktifitas
 Bantu klien untuk
mengeksplorasi tujuan
personal dari aktivitas-
aktivitas yang biasa
dilakukan (misalnya
bekerja) dan aktivitas-
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
memilih aktivitas dan
pecapaian tujuan
melalui aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
3 Ketidakseimbang
fisiologis dan sosial.
an nutrisi: kurang Setelah diberikan
 Kolaborasi dengan tim
dari kebutuhan asuhan
kesehatan lain untuk
tubuh keperawatan
mengembangkan
selama 2 x 24 jam,
rencana perawatan
diharapkan
dengan melibatkan klien
gangguan nutrisi
dan orang-orang
kurang dari
terdekatnya dengan
kebutuhan tubuh
tepat
dapat diatasi,
 Ajarkan dan dukung
dengan
konsep nutrisi yang baik
 Kriteria Hasil :
dengan klien(dan orang
-   klien terlihat
terdekat klien dengan
segar dan tidak
tepat)
lemah
 Dorong klien untuk
- Nafsu makan
mendiskusikan makanan
klien meningkat
yang disukai bersama
dengan
dengan ahli gizi
menghabiskan
 Kembangkan hubungan
porsi makan klien
yang mendukung
saat dirumah sakit
dengan klien
 Monitor tanda-tanda
fisiologis (tanda-tanda
vital, elektrolit) jika
diperlukan
 Timbang berat badan
klien secara rutin ( pada
hari yang sama dan
setelah BAB/BAK)
 Monitor intake/asupan
dan asupan cairan
secara tepat
 Monitor asupan kalori
makanan harian

3.6 Implementasi
NO Hari/ Diagnosa Implementasi
tanggal/jam
1 Jumat, 21 Gangguan  Monitor tanda-tanda vital
agustus 2022 pertukaran  Memonitor kecepatan, irama,
gas kedalaman dan kesulitan
bernafas pasien
 Mencatat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu
nafas, dan reaksi otot
supraclaviculas dan interkosta
 Memonitor suara tambahan
seperti ngorok atau mengih
 Memonitor pola nafas
(misalnya bradipneu, takipneu,
hiperfentilasi, pernafsasan
kusmaul, pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi beot, dan
pola ataxic)
 Memonitor saturasi oxygen
pada pasien yang tersedia
(seperti SAO2, SVO2, SPO2)
sesuai dengan protokol yang
ada
 Memasang sensor pemantauan
oksigen noninfasif (misalnya
pasang alat pada jari, hidung
dan dahi) dengan mengatur
alarm pada pasien beresiko
tinggi (misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan pernah
mengalami apnea saat tidur,
mempunyai riwayat penyakit
dengan terapi oksigen
menetap, usia extrim) sesuai
dengan prosedur yang ada.
2 Jumat/21 Intoleren  Mempertimbangkan
agustus 2022 Aktivitas kemampuan klien dalam
berpartisipasi melalui
aktivitas spesifik
 Melakukan kolaborasi
dengan (ahli) terapis fisik,
okupasi dan terapi
rekreasional dalam
perencanaan dan
pemantauan program
aktivitas, jika memang
diperlukan
 Mempertimbangkan
komitmen klien untuk
meningkatkan frekuensi
dan jarak aktifitas
 Membantu klien untuk
mengeksplorasi tujuan
personal dari aktivitas-
aktivitas yang biasa
dilakukan (misalnya
bekerja) dan aktivitas-
aktivitas yang disukai
 Membantu klien untuk
memilih aktivitas dan
pecapaian tujuan melalui
aktivitas yang konsisten
dengan kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial.
3 Jumat/21 Ketidaksei  Melakukan kolaborasi
Agustus mbangan dengan tim kesehatan lain
2022 nutrisi: untuk mengembangkan
kurang dari rencana perawatan dengan
kebutuhan melibatkan klien dan orang-
tubuh orang terdekatnya dengan
tepat
 Mengajarkan dan dukung
konsep nutrisi yang baik
dengan klien(dan orang
terdekat klien dengan tepat)
 Mendorong klien untuk
mendiskusikan makanan
yang disukai bersama
dengan ahli gizi
 Mengembangkan hubungan
yang mendukung dengan
klien
 Memonitor tanda-tanda
fisiologis (tanda-tanda vital,
elektrolit) jika diperlukan
 Melakukan timbang berat
badan klien secara rutin
( pada hari yang sama dan
setelah BAB/BAK)
 Memonitor intake/asupan
dan asupan cairan secara
tepat
 Memonitor asupan kalori
makanan harian
3.7 Evaluasi
No Hari/ Diagnosa Evaluasi
. Tanggal
1. Senin, 23 Gangguan S :    Ibu klien mengatakan
agustus 2022 pertukaran gas bahwa, saat bernafas klien sudah
terasa lebih lega atau tidak susah
lagi dalam bernafas.
O :   klien terlihat bernafas
dengan normal dan tidak terlihat
tersengal – sengal yaitu 30x/mnt,
Saturasi O2 klien ada pada batas
normal, Warna kebiruan yang
timbul pada tubuh mulai
berkurang
A :.Masalah  gangguan
pertukaran gas teratasi sebagian
P :    lanjutkan intervensi

2. Senin, 23 Intoleransi S : Ibu klien mengatakan klien


agustus 2022 aktifitas sudah bisa beraktivitas
O : Klien tidak tampak lelah
dalam beraktivitas
A : Intoleren aktivitas teratasi
teratasi
P : Hentikan intervensi.
3 Jumat, 23 Gangguan nutrisi S :    ibu klien mengatakan, nafsu
agustus 2022 kurang dari makan klien mulai kembali
kebutuhan tubuh bertambah.
O :    Klien terlihat lebih segar,
porsi makan klien sudah
bertambah
A :   tujuan intervensi tercapai
dengan nafsu makan klien
bertambah
P  :   lanjutkan intervensi
memonitor nutrisi pada klien
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan
jantung bawaan sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk
kelangsungan hidup anak, mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi
pada anak TOF bahkan dapat menimbulkan kematian yang diakibatkan karena
hipoksia, syok maupun gagal.
Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan
pengetahuan yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF.
Sehingga dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami
tetralogi fallot, yang akhirnya angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.

4.2 Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan respon dan
kondisi pasien, begitu pula dengan pasien TOF pada anak. Maka diharapkan
bagi seorang perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan
lebih dalam lagi akan perkembangan penyakit TOF sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap perkembangan
anak serta kebutuhan anak yang belum terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


Kidlington: Elsevier
Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 22 September
2017. Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.
Samik Wahab, (1996). Kardiologi anak Nadas. Yogyakarta : Gadjah Mada
Ununiversity Press.
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington:
Elsevier
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal.
Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/
article/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id

Anda mungkin juga menyukai