Anda di halaman 1dari 5

KASUS PELANGGARAN ETIK KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN SEORANG

PERAWAT PADA PASIEN DIRUMAH SAKIT SERTA MENGIDENTIFIKASI


KASUS PELANGGARAN

DOSEN PENGAMPU :
Meriani Herlina, SKM., S.Kep., M.Biomed

Di Susun Oleh :
Raudatul Hayati ( 2014201020 )

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)

PRODI S1-KEPERAWATAN

T.A 2022/2023
 KASUS PELANGGRAN ETIK KEPERAWATAN
Perawat yang Membantu Aborsi Terancam hukuman 5,5 Tahun Penjara

Mujianti pegawai puskesmas peneleh Surabaya yang menjadi terdakwa kasusu aborsi
illegal terancam hukuman 5,5 tahun pencara. Mujianti yang dalam kasusu ini didakwa
membantu dr. suliantoro Hakim ( terdakwa lain ) melakukan abrsi janin dijerat pasal 348
(1) KUHP Jo Pasal 56 ke 1 Kuhp jo Pasal 65 (1) KUHP. Dalam dakwaan yang dibacakan
jaksa penuntut umun (JPU) Mulyono.SH, Terungkap bahwa tindakan yang dilakukan
mujianti telah menyalahi praktek kesehatan pasal 15 Ayat (1) dan (2) undang-undang
kesehatan .
Menurut Mulyono, praktek aborsi itu dilakukan terhadap tiga pasien, yakni Ade Tin
Suertini, Indriwati Winoto dan Yuni Kristanti. Aborsi terhadap Tin terejadi pada tanggal
16 juni 2007 pukul 17.00 Wib sampai dengan 19.30 dilokasi praktek dr.Halim, jl,
Kapasari nomor 4 surabaya. Dalam praktek ini dr. halim meminta pasien membayar Rp.2
juta, namun oleh tuan Tin baru membayar Rp.100 ribu.
Peranan Mujianti dalam kasus ini adalah membantu persiapan perasalatan untuk
operasi aborsi dengan cara suction (dihisap) menggunakan alat spet 50 cc dan
idquo ;adanya aborsi ini diperkuat dengan visum et repertum nomor 171/VI/2007atas
nama Ade dari RS.Bhayangkara samsoeri mertojoso,”kata mulyono . st 19
Sumber: http://www.co.id/web

 Analis Kasus
Benefincence
Menurut Ascension Health (2001)prinsip beneficence adalah prinsip yang pertama
dalam prinsip moral yaitu melakukan kebaikan dan mencegah atau menghilangkan
kejahatan atau bahaya. Dalam kasusu ini perawat yang ikut serta dalam pelaksanaan
aborsi sudah jelas bahwa perawat tersebut telah melanggar prinsip beneficence yaitu tidak
mencegah dokter maupun pasien untuk melakukan aborsi. Aborsi illegal merupakan
tindakan pidana, dan secara langsung perawat tersebut membantu dalam kejahatan dan
dapat membahayakan pasien kaerna Willke ( 2011). Menyatakan bahwa aborsi dapat
menyebabkan kematian karena infeksi, pendarahan dan perforasi uterus karna alat alat
yang digunakan untuk tindakan aborsi.
 Non – Malficence
Berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi orang lain.
Menurut Johnson (1989) dalam suhaemi (2004) menyatakan bahwa prinsip untuk
tidak melukai orang lain berbeda dank eras daripada prinsip untuk melakukan
yang baik.
Aborsi merupakan tindakan penghentian kehamilan, dimana jika dilakukan
dengan procedure yang salah dan orang yang tidak kompeten maka dapat
menyebabkan cedera. Pada kasus tindakan aborsi diatas, perawat Mujianti ikut
berperan dalam tindakan pengguguran dengan mempersiapkan peralatan untuk
operasi aborsi. Tindakan ini berpotensi membahayakan klien dan janin yang
dikandungannya.

 Konsekuensi Tindakan Aborsi


a. Tindakan aborsi tersebut melanggar hukum pasak 346 KUHP
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
“kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun “
b. Tindakan yang perawat mujianti lakukan melanggar kepmenkes Ri
No.1239/Menkes/Sk/XI/2001
Pasal 16 : melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan kewajiban
perawat yaitu tidak memberikan informasi kepada klien
Pasal 17: praktik keperawatan tidak sesuai dengan kewenangab,
pendidikan dan pengalaman.
Pasal 37:
1. Perawat yang melanggar ketentuan praktik keperawatan
dikenakan sanksi administrative sebagai berikut :
 Untuk pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-
lamanya 3 bulan.
 Untuk pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-
lamanya 6 bulan .
 Untuk pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya
1 tahun
2. Penetapan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan atas motif pelanggaran serta situasi setempat.
 Tindakan yang perawat mujianti lakukan juga menyalahi
praktek kesehatan pasal 15 ayat (1) dan (2) undang-
undang kesehatan mengenai tindakan aborsi atau indikasi
medis
Diposkan oleh nden svit-kona di 20:38 0 komentar
Label : aborsi,etika, prinsip
DAFTAR PUSTAKA

http;//www.abortionfacts.com/online book/love them both/whycant we love them both 21.asp

http://www.ascensionhealth.org/index.php?option=com content&view=article&id=78:princip
ple-of-benefience&Itemid=171

suhaemi m (2004) etika keperawatan aplikasi pada praktik Jakarta egc

Anda mungkin juga menyukai