Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DALAM

KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


MUARA SIBERUT KABUPATEN MENTAWAI

Dosen Pengampuh :
Paskah Rina Situmorang. S.kep.,Ns.,M.kep

Disusun Oleh :
FRONIKA HARAHAP
( 2014201023 )
S1 KEPERAWATAN
Mata Kuliah : Elektif I (Pendidikan Interprofesi)

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)


PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2022/2023

1
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2
ARTIKEL PENELITIAN

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DALAM


KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUARA SIBERUT KABUPATEN MENTAWAI
Evi Ester Hutagaol*, Helfi Agustin**

ABSTRAK

Posyandu memiliki peran penting dalam memonitor kesehatan masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil.
Kegagalan petugas dalam membangun komunikasi yang efektif dengan pengguna jasa posyandu dapat
berdampak buruk terhadap keberadaan posyandu. Kader dan petugas kesehatan Puskesmas Muara Siberut di
Kepulauan Mentawai sering kesulitan mengajak masyarakat agar rajin datang ke posyandu, sehlngga pencapaian
program (cakupan D/S) cenderung mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
komunikasi interpersonal tenaga kesehatan dalam kegiatan posyandu.Penelitian bersifat kualitatif, informan
adalah ibu pengunjung posyandu, kader, petugas kesehatan penanggungjawab wilayah posyandu dan tokoh
masyarakat. Pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam, FGD dan observasi partisipan. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan analisis content. Hasil penelitian adalah komunikasi interpersonal tenaga
kesehatan dengan pengunjung posyandu tidak berjalan dengan baik, ditandai dengan persepsi negatif terhadap
komunikasi petugas, komunikasi tidak memberi dampak yang baik untuk masyarakat, gaya komunikasi satu arah,
serta interaksi menjadi hambatan komunikasi. Dinas Kesehatan perlu mengadakan pelatihan komunikasi untuk
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dan kader disarankan untuk memperbaiki sikap, menggunakan bahasa yang
bersahabat dalam melakukan komunikasi dengan klien. Tokoh masyarakat diharapkan ikut aktif dalam
mengawasi perkembangan posyandu.

Kata kunci: komunikasi interpersonal, persepsi, interaksi, posyandu

ABSTRACT

Posyandu has important role in monitor health community especially child under five year and woman
pregnant. The failure of health provider in developing effective communication with users can adversely affect
the existence of posyandu. Health provider and cadre at Muara Siberut in the Mentawai Islands are often difficult
to invite users to come to posyandu, so the achievement of the program indicated by the scope of D/S trend to
decrease. This study aimed to describe the interpersonal communication of health provider in posyandu. The study
is qualitative, informant is mother who has child under 5 years (posyandu users), volunteers, health provider that
responsible for posyandu and community leaders. Collecting data by in-depth interviews, FGD and participant
observation. Data are analyzed by using content analysis. The results showed that interpersonal communication
health provider and users are not going well, characterized by negatlve perceptions of the communications officer,
communications do not give a good impact to users, the style of one-way communication, and there are any
barriers of interaction. Health officer needs to conduct communications training for health providers. Health
providers and volunteers are advised to improve the attitude, speak with all modesty to the client. Community
leaders are expected to participate actively in overseeing the development ofposyandu.

Keyword : interpersonal communication, perceptions, interaction, posyandu.

*Staf Dinas Kesehatan Kab. Kepulauan Mentawai


**Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Baituri‘ahmali (Einail: helfiagustin@ymail.com)
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vot. 6, No.2

Pendahuluan Puskesmas Muara Siberut merupakan salah


Kepuasan pasien/klien merupakan elemen satu puskesmas di Kepulauan Mentawai, terdiri dari
penting dalam kualitas pelayanan kesehatan 10 desa dan 53 dusun. Secara geografis lokasi
masyarakat. Parasuraman (1991) dalam Rangkuti’ puskesmas sulit dijangkau masyarakat karena
mengidentifıkasi beberapa dimensi pokok kualitas daerah Mentawai adalah daerah kepulauan. Karena
jasa yang mengutamakan kepuasan pelanggan itu, sejak tahun 1999 Puskesmas Muara Siberut
diantaranya adalah sarana komunikasi, empathy, menjadikan UKBM sebagai program unggulan
kesopanan dan daya tanggap/akses untuk puskesmas’.
memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan Sejak tahun 2007 terjadi penurunan jumlah
cepat. Salah satu bentuk upaya kesehatan yang posyandu karena adanya penggabungan posyandu
berupaya untuk mendekatkan akses pelayanan yang dilakukan atas kesepakatan desa dan
ke s eh at an kep a da ma s y ar a kat ad al ah puskesmas akibat dari penurunan angka kelahiran.
menumbuhkembangkan posyandu yang bertujuan Namun penggabungan posyandu tidak membuat
memberi kemudahan kepada masyarakat dalam jumlah kunjungan posyandu meningkat karena
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya balita yang datang ke posyandu tetap saja tidak
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu sesuai target. Jika pada tahun 2007 cakupan D/S
danbayi sesuai dengan target MDGs'. 53%, pada tahun 2008 menjadi 44,4% . Hal ini
Pelaksanaan posyandu dalam bentuk menunjukkan menurunnya tingkat partisipasi
pemberdayaan masyarakat didasarkan atas nilai- masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan di
nilai tradisi gotong royong yang telah mengakar posyandu. Kader posyandu dan tenaga kesehatan
dalam kehidupan masyarakat menuju kemandirian sering kesulitan mengajak masyarakat agar rajin
dan keswadayaan masyarakat. Posyandu sebagai datang ke posyandu. Alasan yang sering dilontarkan
garda terdepan dan terdekat dengan masyarakat adalah sibuk kerja, lelah, tidak sempat, lupa jadwal
memiliki peran penting dalam memonitor kesehatan posyandu dan mempunyai pengalaman yang kurang
masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. menyenangkan karena pemah mendapat teguran
Namun munculnya kasus gizi buruk dan tingginya dengan bahasa yang kurang baik dari tenaga
angka kurang gizi pada ibu hamil tentu menjadi kesehatan. PKK sebagai penanggungjawab
pertanyaan besar atas kinerja posyandu yang posyandu juga kurang memberi peran terhadap
seharusnya menjadi garda terdepan dan terdekat peningkatan kinerja posyandu, disamping itu
dengan masyarakat dapat mendeteksi kasus komunikasi antara kader posyandu dan petugas
tersebut'. kesehatan sebagai penanggungjawab wilayah
Masih sering terdengar berbagai keluhan posyandu tidak berjalan dengan baik. Berdasarkan
terhadap layanan kesehatan termasuk posyandu. wawancara terhadap 8 orang ibu balita pada 4
Sikap tidak ramah, kaku, cerewet, kurang senyum posyandu di wilayah kerja Puskesmas Muara
adalah sebagian gambaran klien yang masih Siberut, 2 orang ibu menyebutkan alasan karena
melekat terhadap penyelenggara posyandu yang tenaga kesehatan sering tidak datang pada saat
membuktikan bahwa pelayanan yang diberikan di jadwal posyandu, 5 orang ibu menyebutkan malas
posyandu belum memberi kepuasan yang optimal datang ke posyandu karena sikap tenaga kesehatan
bagi klien posyandu. Padahal tingkah laku dan gaya yang kurang bersahab at terutama dalam
komunikasi tenaga kesehatan dapat menghasilkan berkomunikasi.
implikasi yang penting bagi masyarakat. Orang Tuju an pe n e lit ian adal ah untuk
cenderung menunjukkan kepuasan lebih besar pada mendeskripsikan gaya komunikasi interpersonal
tenaga kesehatan yang memberikan mereka petugas kesehatan dengan masyarakat dan kader,
kesempatan berbicara, memberikan waktu untuk mengetahui persepsi klien, kader dan tokoh
mendengarkan, memberikan penjelasan tentang masyarakat terhadap komunikasi interpersonal
penyakit dan pengobatan yang harus dilakukan, petugas kesehatan serta hambatan dan efektifitas
serta menunjukkan kepedulian, dibandingkan komunikasi dalam kegiatan optimalisasi kegiatan
tenaga kesehatan yang berlaku sebaliknya. Semakin posyandu di Kabupaten Mentawai.
besar kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat,
cenderung dilanjutkan dengan pertemuan- Metode
pertemuan yang berlangsung rutin dengan tenaga Penelitian menggunakan desain studi
kesehatan. Kepuasan itu juga ditunjukkan pada deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi di
kepatuhannya terhadap anjuran dan saran dari Desa Puro, Maileppet, Muntei dan Katurei di
tenaga kesehatan’. wilayah kerja Puskesmas Muara Siberut Kecamatan

3
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2

Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Posyandu Teratai(Desa Maillepet).


pada bulan Oktober 2009. Informan penelitian Jumlah sasaran posyandu 256 balita,
adalah pengunjung posyandu yang mendapat dengan 24 % kunjungan posyandu pada triwulan
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan sebagai kedua. Mempunyai enam orang kader yang telah
penanggungjawab wilayah posyandu, kader aktif selama enam tahun. Kegiatan posyandu
posyandu dan tokoh masyarakat dalam ha1 ini dilaksanakan tanggal 10 setiap bulan, dimulai jam
diwakilkan oleh Kaur Pemberdayaan Masyarakat 9" WIB. Pengunjung posyandu datang ke tempat
Desa (PMD) yang ditetapkan secara purposive pelayanan secara serentak dan sangat teratur dalam
sampling. Adapun kriteria informan adalah intensif menunggu pemberian pedayanan. Kegiatan
menyatu dengan kegiatan posyandu enam bulan posyandu dilaksanakan oleh kader karena petugas
terakhir pada lokasi penelitian dan bersedia kesehatan jarang datang, sementara imunisasi
diwawancarai. dilaksanakan di polindes. Dalam memberikan
Teknik Pengumpulan data dilaksanakan pelayanan kesehatan tampak kader sangat ramah
dengan menggunakan metode observasi partisipan, dan sabar melayani masyarakat.
dimana peneliti mengamati berlangsungnya
kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu, Posyandu Kenanga (Desa Muntei).
wawancara mendalam untuk informan pengunjung Jumlah sasaran posyandu 285 balita dengan
p o s y an du , t e n a g a k e s e h at a n s e b a g a hasil kunjungan posyandu triwulan kedua 33,2 %.
i penanggungjawab wilayah posyandu dan tokoh Mempunyai lima orang kader yang telah aktif
masyarakat serta Focus Group Discussion (FGD) selama 5-15 tahun. Posyandu dilaksanakan hari
untuk informan kader posyandu. Informasi yang Senin minggu kedua setiap bulan, bertempat dalam
hendak digali adalah cara tenaga kesehatan ruangan polindes dimulai jam 9 o WIB. Pengunjung
berkomunikasi dengan pengunjung posyandu posyandu datang lebih awal dari kader dan petugas
dalam memberikan pelayanan kesehatan. kesehatan. Suasana tempat pelayanan tidak rapi dan
Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis selama kegiatan berlangsung petugas kesehatan
isi (content analysis). sering membentak kader dan pengunjung posyandu
karena ribut dan tidak bisa diatur.
Hasil Dan Pembahasan
Posyandu Rosmawar (Desa Puro). Posyandu Maranata (Desa Katurei).
Jumlah sasaran posyandu 115 balita, Jumlah sasaran posyandu 265 balita dengan
sementara hasil rekapitulasi laporan posyandu jumlah kunjungan posyandu pada triwulan kedua 22
triwulan kedua jumlah kunjungan posyandu hanya %. Mempunyai lima orang kader yang telah aktif
20,5 % dari target dinas kesehatan sebesar 43,5 0/o. selama lima tahun. Posyandu dilaksanakan hari
Rosmawar mempunyai lima orang kader yang telah Rabu minggu kedua setiap bulan, bertempat di
aktif selama dua tahun. Posyandu dilaksanakan kantor kepala desa, dimulai jam 090 WIB.
tanggal 13 setiap bulan bertempat di rumah ketua Pengunjung posyandu datang satu persatu dan
posyandu, dimulaijam 13’’WIB. Sebelum jam buka langsung mendapat pelayanan. Penyuluhan
posyandu para kader mempersiapkan segala kesehatan dilakukan perorangan oleh kader dan bita
keperluan pelaksanaan posyandu seperti ibu balita ingin konsultasi dengan bidan
mempersiapkan meja, timbangan, tempat tidur dipersilahkan menunggu sampai pelayanan
periksa dan makanan tambahan sementara petugas imunisasi selesai. Selama kegiatan posyandu
kesehatan mempersiapkan keperluan imunisasi. berlangsung tidak tampak petugas kesehatan
Pengunjung posyandu datang ke tempat pelayanan melakukan interaksi baik dengan kader maupun
tidak serentak, namun datang satu persatu dan pengunjung posyandu.
langsung mendapat pelayanan. Kader posyandu
memberitahukan agar ibu yang sudah menerima Karateristik Informan
pelayanan menunggu pemberian penyuluhan Informan utama dalam penelitian ini adalah
kesehatan, namun karena terlalu lama akhirnya delapan orang pengunjung posyandu yang rutin
pengunjung posyandu banyak yang meninggalkan membawa balitanya ke posyandu selama enam
tempat pelayanan sebelum kegiatan berakhir. Pada bulan. Umur informan antara 22 tahun sampai 34
saat kegiatan posyandu, petugas kesehatan hanya tahun, pendidikan informan tertinggi adalah SI dan
duduk di tempat pelayanan imunisasi, walaupun terendah SD.
saat itu bayi yang diimunisasi hanya 4 orang dan Puskesmas Muara Siberut menempatkan
terkesan tidak akrab dengan masyarakat. satu orang tenaga kesehatan di setiap desa, sekaligus

106
Jumal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2

menjadi penanggungjawab wilayah posyandu. selanjutnya petugas kesehatan akan memberi alasan
Informan berjumlah 4 orang yang menjadi untuk datang berkonsultasi ke polindes. Menurut
penanggungjawab wilayah posyandu di lokasi pengunjung posyandu, petugas kesehatan hampir
penelitian yaitu dari desa Puro, Mailepet, Muntei selalu melontarkan kata-kata kasar dan bentakan
dan Katurei. Pendidikan tertinggi informan 2 orang setiap kali kegiatan posyandu berlangsung. Namun
dari SPK, 1 orang dari D1 dan 1 orang dari D3 kader biasanya memberi pengertian pada
Kader posyandu merupakan anggota masyarakat bahwa petugas kesehatan bukanlah
masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki orang asli seperti mereka dan mereka mempunyai
waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu, gaya bahasa yang berbeda sehingga akhirnya
dan bekerja secara sukarela. Rata-rata setiap masyarakat dapat memahami gaya berbicara
posyandu mempunyai 5 orang kader yang aktif petugas kesehatan.
dalam kegiatan posyandu lebih dari 2 tahun. Sementara ketika dikonfirmasi dengan
Pengumpulan data melalui FGD, peneliti memilih 2 petugas kesehatan, mereka berkomunikasi seperti
orang kader tiap posyandu dan sepakat menentukan biasa ketika sehari-hari bergaul dengan teman, dan
jadwal dan tempat dilakukannya wawancara. Umur memberi jawaban sesuai dengan tugas mereka.
informan kader posyandu antara 29-45 tahun, Informan petugas kesehatan berpendapat bahwa
pendidikanterendah SD dantertinggi D3. dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak
Tokoh masyarakat berperan dalam semua harus dikomunikasikan dengan masyarakat
memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana karena ada beberapa hal yang sulit dimengerti oleh
untuk penyeleng garaan posyandu. Untuk masyarakat.
kepentingan penelitian informan tokoh masyarakat Dari observasi, dalam kegiatan posyandu
berasal dari Kaur Pemberdayaan Masyarakat dan petugas kesehatan hanya duduk pada meja finna
Desa (PMD) dari masing-masing lokasi penelitian. menunggu pengunjung membawa bayi untuk
Dua orang laki-laki dan dua lainnya perempuan. diimunisasi. Petugas jarang melakukan interaksi
Umur informan tokoh masyarakat antara 37 — 48 dengan masyarakat, tampaknya petugas kesehatan
tahun. Pendidikan terendah SLTA dan tertinggi S1. hanya menunggu masyarakat menyampaikan
keluhan atau masalah kesehatan yang mereka
Gaya Komunikasi Petugas Kesehatan hadapi. Saat memberikan nasehat kepada
Informan memberikan jawaban yang masyarakat, petugas kesehatan tidak menggunakan
beragam terhadap gaya komunikasi petugas bahasa persuasif yang dapat mengajak masyarakat
kesehatan di posyandu. Menurut pengunjung kearah yang lebih baik. Suasana bising yang
posyandu, petugas kesehatan irit bicara dan tidak timbul karena anak balita yang menangis,
berbasa-basi. Sedangkan yang lainnya berpendapat berteriak, dan suara ibu yang membujuk anaknya,
petugas tidak berkomunikasi kalau masyarakat tampaknya menimbulkan ketidaknyamanan
tidak bertanya. Sikap petugas kesehatan tidak petugas kesehatan terutama pada saat konseling,
merespon saat masyarakat memberikan pendapat sehingga petugas kesehatan membentak
dan memposisikan masyarakat agar hanya menjadi pengunjung posyandu agar dapat tenang.
pendengar pada waktu konseling. In form an p e n gu njun g p os yan d u
memberikan gambaran tentang gaya komunikasi
“si ibu kalan bicara maunya kita dengarkan petugas kesehatan di posyandu sebagai gaya
saja...kalan kita tanya lagi dijawab coba dulu komunikasi satu arah. Informan berpendapat
yang saya bilang tadi (ibu A, Posyandu Rosmawar) petugas kesehatan dominan menguasai komunikasi
yang berlangsung antara masyarakat dan petugas.
Tidak jauh berbeda dengan informasi dari Petugas tidak memberi kesempatan masyarakat ikut
pengunjung posyandu, menurut kader posyandu, berperan dalam mengatasi dan menemukan solusi
petugas kesehatan tidak suka masyarakat ikut untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami.
memberikan pendapat ketika berlangsungnya Nasehat dan pendapat petugas merupakan jalan
komunikasi, dan petugas hanya berbicara keluar yang harus dipatuhi oleh masyarakat.
seperlunya dengan masyarakat. Menurut kader saat Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Alven
memberikan pelayanan imunisasi petugas jarang (2008) yang dimuat dalam majalah informasi dan
melakukan komunikasi dengan pengunjung referensi promosi kesehatan bahwa dalam
posyandu. Kader lainnya menyebutkan apabila memberikan konseling di posyandu, petugas
petugas kesehatan sudah bosan mendengar keluhan kesehatan dominan menguasai pembicaraan dan
pengunjung posyandu yang tetap sanna, maka tidak memberikan kesempatan masyarakat untuk

107
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2

memberikan pendapat sehubungan dengan kondisi Persepsi Terhadap Komunikasi Interpersonal


kesehatan mereka. Menurut Alven (2008) Petugas Kesehatan
menurunnya peran posyandu di wilayah Jakarta Hasil penelitian menemukan informan
Tiinur disebabkan sikap dan pelayanan petugas pengunjung posyandu, kader dan tokoh masyarakat
kesehatan yang bertugas di posyandu terutama menyatakan persepsi yang negatif terhadap
dalam hal komunikasi. Sikap tidak ramah dan kaku, komunikasi petugas kesehatan di posyandu.
kurang senyum, cerewet adalah sebagian Persepsi yang negatif ditandai dengan ungkapan
gambaran yang diberikan masyarakat di tempat informan yang menyatakan bahwa petugas sering
pelayanan’. Sedangkan menurut Hidayat (2008) berbicara kasar. Hanya satu informan yang
menurunnya peran posyandu di Jawa Tengah memberi pendapat yang berbeda dari informan lain,
disebabkan karena tidak adanya komunikasi menyatakan bahwa komunikasi petugas dengan
yang efektif antara petugas kesehatan dengan masyarakat tidak ada masalah.
6
pengguna jasa posyandu .
Gaya komunikas i satu arah lebih “eeh...ibu tu kalau ngomong kasar ei...(kut nalek tai
memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan. sasareu)... dra pernah bilangkan ei kamu perempuan
Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir mentawai pintar1ah sedikit ngurus
dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru anak...kasarkan... ”(ibu B, Posyandu Rosmawar)
berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan
untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan- “...kalan ditempat saya, saya akui ibu tu b tik...
7
pandangannya . Mendengarkan adalah cara masyarakat saja yang tidak dengar...” (TR, kader
untuk memastikan bahwa seseorang Posyandu Rosmawar)
berkomunikasi dengan lengkap untuk mencapai
pengertian yang sama lewat dialog. Pengertian Diam dan kurangnya basa-basi petugas
yang sama ini adalah inti dari komunikasi. kesehatan dipersepsikan oleh informan masyarakat
Mendengarkan dengan baik annat penting. sebagai sikap sombong. Sikap petugas kesehatan
Terdapat lima tipe pendengar yaitu apresiator, yang tidak merespon saat masyarakat memberikan
pemberi empati, orang yang memahami, orang yang pendapat dan memposisikan masyarakat hanya
membedakan dan evaluator. Petugas seharusnya menjadi pendengar pada waktu konseling
dapat menyatukan semua tipe pendengar untuk dipersep5ikan sebagai orang yang pendapatnya
benar-benar menerima pesan secara tidak boleh dibantah. Bdhk£tli ada informan
utuh(Adams, 2006)'. berpendapat, pengalaman yang cukup lama berada
Menurut M u lyana (20 0 8)’, gaya ditengah masyarakat belum menjadi jaminan
komunikasi didefinisikan sebagai seperangkat petugas kesehatan dapat berkomunikasi dengan
perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang masyarakat. Petugas tidak menggunakan bahasa
digunakan dalam suatu situasi tertentu. Gaya yang dapat mengajak masyarakat untuk hidup sehat,
komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku walaupun itu merupakan tugas utama petugas
komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan kesehatan didesa.
respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang Secara umum persepsi kader terhadap
tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi petugas kesehatan sanna dengan
komunikasi yang digunakan, bergantung pada jawaban informan pengunjung posyandu. Namun
maksud dari pengirim dan harapan dari penerima. seorang informan memberi pendapat yang berbeda,
Tenaga kesehatan seharusnya tidak walaupun pernah berbicara dengan kasar, petugas
bersikap menggurui terhadap masyarakat, tetapi kesehatan yang bertugas di desanya jauh lebih baik
berbincang pada tingkat yang sanna dan dapat dibanding petugas kesehatan sebelumnya. Setiap
mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat kegiatan posyandu tetap ia memberikan konseling
pada perbedaan pandangan. Pada dasarnya kepada masyarakat dengan menggunakan bahasa
komunikasi antara masyarakat dengan petugas persuasif dan ini menurutnya berpengaruh terhadap
kesehatan mempunyai tujuan agar antara tenaga meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
kesehatan dan klien dapat saling bertukar pikiran, menggunakan pelayanan posyandu.
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Temuan penelitian ini tidak jauh berbeda
klien, membantu membuat keputusan dan dapat dengan temuan Alven (2008) di posyandu wilayah
melakukan tindakan yang sesuai dengan kehidupan Jakarta Timur bahwa petugas kesehatan sering
klien. Mendengarkan merupakan alat yang paling berbicara kasar sehingga menyinggung perasaan
penting bagi petugas dan klien untuk menerima saat melakukan komunikasi dengan klien . Hasil
pesan secara utuh satu sama lain.

108
Jumal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2

penelitian Sugianto (2010) di Unit Pelaksana Teknis mengungkapkan apa yang telah mereka lakukan
(UPT) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sehubungan dengan kesehatan mereka. Pengunjung
Caringin Bandung, tentang tanggapan pasien posyandu merasa apa yang disampaikan oleh
terhadap komunikasi antarpersonal tenaga petugas kesehatan sudah pernah dilaksanakan oleh
kesehatan saat memberikan konseling, iklim saat informan tapi tidak menampakkan hasil yang baik
konseling serta waktu yang diberikan tenaga bagi kesehatan anaknya, sementara informan
kesehatan saat koseling dirasakan sesuai harapan mengharapkan petugas memberi jalan keluar dari
pasien dan pasien menilai pesan tenaga kesehatan di permasalahan yang dihadapinya. Informan lain
dalam menyampaikan informasi cukup jelas dan memberi pendapat bahwa komunikasi dengan
sesuai kebutuhan pasien". petugas memberikan hasil yang positif untuk
Menurut Rakhmat (2003)" persepsi adalah: kesehatan anaknya, walaupun saat memberikan
pandangan personal/klien terhadap suatu kejadian. informasi tersebut petugas kesehatan tetap dengan
Persepsi merupakan salah satu faktor yang bahasa yang tidak bersahabat, tapi informan merasa
mempengaruhi komunikasi interpersonal. Persepsi bahwa yang disampaikan petugas adalah hal yang
dipengaruhi oleh pengalaman, motivasi dan penting untuk kesehatan. Informan menginginkan
kepribadian. Dalam komunikasi interpersonal, adanya kerjasama dalam mencari jalan keluar dari
kepribadian seseorang sangat penting. Kalau kita setiap masalah kesehatan yang mereka hadapi.
menyukai seseorang, akan cenderung melihat Hasil FGD dengan kader memberijawaban
segala hal yang berkaitan dengannya, positif. yang sama dengan pengunjung posyandu. Kader
Sebaliknya, kalau kita tidak menyukainya, kita akan menyatakan sebaiknya informasi yang diberikan
melihat segalanya secara negatif. Dengan demikian petugas haruslah disesuaikan dengan kondisi
bisa dimengerti orang yang memiliki kepribadian masyarakat Mentawai, karena kadang — kadang
yang menarik bagi orang lain akan mempermudah pesan kesehatan yang disampaikan petugas terlalu
memberikan pendapat dan sikapnya pada orang berlebihan sehingga tidak terjangkau oleh
tersebut demikian sebaliknya. Jika orang saling masyarakat, akibatnya pesan kesehatan tersebut
menyukai ia akan mengembangkan komunikasi tidak m emb awa man faat bagi kes ehatan
yang menyenangkan dan efektif. Orang akan masyarakat.
merasa senang dan nyaman jika berada di antara
orang-orang yang disukai. Sebaliknya akan merasa ....karena tidak ada jawaban yang benar-benar kan
tegang dan resah bila berada di antara orang-orang akhirnya tidak membawa perubahan sama
yang tidak disukai serta ingin mengakhirinya. anak... ’(JR, kader Posyandu Rosmawar)
Persepsi negatif yang sudah terbentuk
terhadap petugas kesehatan adalah: kasar, Sementara petugas kesehatan berpendapat
berbicara dengan bahasa yang tidak bersahabat. bahwa ketika memberikan konseling kesehatan,
Hal ini tentu saja membuat jarak antara masyarakat masyarakat tidak memberikan respon yang positif.
dan tenaga kesehatan. Sementara dalam profesi Nasehat yang diberikan tidak dilaksanakan klien
kesehatan, komunikasi menjadi lebih sehingga masalah kesehatan yang dihadapi klien
bermakna karena m e r u p a k a n m e t o d e u t a tidak membawa perubahan. Petugas kesehatan juga
m a d a 1 a m mengimplementasikan promosi berpendapat masyarakat sangat tergantung dengan
kesehatan. Untuk itu tenaga kesehatan bantuan pemerintah. Masalah yang sering muncul di
memerlukan kemampuan kliusus yang mencakup posyandu adalah gizi anak yang tidak mencukupi
keterampilan, intelektual, teknikal dan sehingga berat badan anak tidak naik. Untuk
interpersonal yang tercermin dalam perilaku menyelesaikan masalahnya tersebut, masyarakat
“caring” dalam berkomunikasi dengan klien. berpendapat bahwa pemerintah harus membantu
Timbulnya persepsi negatif masyarakat terhadap masyarakat dalam hal pemenuhan gizi anak.
gaya komunikasi petugas kesehatan sering membuat masyarakat menginginkan semua diberikan gratis,
gagalnya pesan kesehatan menghasilkan perubahan dibantu pemerintah dan tidak mau mengusahakan
perilaku masyarakat. sendiri walaupun itu untuk anaknya. Masalah-
masalah di atas membuat salah satu informan
Efektifitas Komunikasi Interpersonal Petugas petugas kesehatan apatis dan mengungkapkan
Kesehatan kekesalannya:
I n fo r man p en g unj un g p o s yan “eeeeh kalau saya sudah bosan kasih saran untuk
du mengungkapkan bahwa ketika mereka... dilaksanakan syukur tak didengar juga tak
berkomunikasi dengan petugas kesehatan apa-apa...yang rugi juga bukan kita” (DS, petugas
mereka merasa diintervensi dan tidak diberi
kesempatan untuk

109
Jumal ICesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, N o.2

Posyandu Rosmawar) status kesehatan masyarakat, komunikasi kesehatan


Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil juga mensyaratkan adanya sistem-sistem penunjang
wawancara dengan informan pengunjung yang mengakar pada kearifan tradisi masyarakat
posyandu, kader dan petugas kesehatan, bahwa lokal. Dengan memahami beragam cara komunikasi
ketika melakukan komunikasi petugas tampaknya masyarakat sesuai dengan tradisi dan budayanya,
kurang memahami kondisi masyarakat. Petugas p e t u g a s k e s e h at an di h arap k an d ap at
juga mengabaikan hal yang dianggap kecil ketika mengembangkan model komunikasi kesehatan
melakukan komunikasi dengan masyarakat seperti untuk menghadapi masalah ibu pengunjung
gesture, kontak mata dan ekspresi wajah. posyandu“.
Menurut Anwar (2002)", kontak mata,
ekspresi wajah dan postur tubuh adalah tiga halyang Hambatan Komunikasi Interpersonal Petugas
harus dipertimbangkan untuk me lakukan Kesehatan
komunikasi yang efektif. Perasaan senang ketika Semua informan menjawab bahwa hambatan
melakukan komunikasi akan tercermin dari wajah, dalam berkomunikasi adalah hambatan interaksi.
karena wajah merupakan cermin kepribadian Hambatan yang terjadi telah berlangsung cukup
individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran lama sehingga membuat jarak antara klien, kader
yang sedang melintas pada diri seseorang. Semua dan petugas kesehatan. Tampaknya pihak-pihak
emosi dan berbagai macam tingkah manusia yang terlibat komunikasi membiarkan hal ini terjadi
diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang dan akhirnya saling menyalahkan.
tergambar di wajah. Jadi saat melakukan
komunikasi tunjukkan ekspresi bahwa komunikator “coba ibu tu bisa jadi teman, seiiangkan. Jangan
tertarik dengan bahan pembicaraan klien. seperti skarang...seperti ada batasannya...” (ibu B,
Titik tolak dari komunikasi interpersonal Posyandu Rosmawar)
adalah saling memberikan pengertian antara tenaga
kesehatan dan klien melalui hubungan tenaga Ketika peneliti mengajukan pertanyaan
kesehatan dan klien akan memberi dampak terhadap harapan informan terhadap komunikasi petugas
peningkatan kesehatan, penc ega han dan kesehatan, informan menjawab saling pengertian,
penyembuhan penyakit, serta pemulihan kesehatan. lebih ramah, dan suka bergaul. Informan
Pengertian efektif dalam komunikasi interpersonal pengunjung posyandu menyatakan bahwa mereka
adalah adanya perubahan sikap (attitude change). sangat membutuhkan tenaga kesehatan ditempat
Agar proses pelayanan kesehatan berlangsung mereka karena jauhnya lokasi puskesmas dari
efektif, tenaga kesehatan harus terampil tempat tinggal mereka dan berharap adanya
berkomunikasi interpersonal terapeutik dengan pengerti an dari tenaga kesehatan dalam
klien’’. Pelayanan kesehatan tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan.
berorientasi teknik pengobatan, tetapi juga terampil Demikian juga tanggapan kader bahwa
dalam berkomunikasi. Pelayanan yang berorientasi komunikasi itu haruslah memberi dampak yang
pada komunikasi sangat membantu klien dalam menyenangkan untuk klien karena bagaimanapun
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi dan dalam hal ini tenaga kesehatan sebagai pelayan
dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harapan masyarakat yang harus membentuk perilaku sehat
untuk melakukan tindakan sesuai dengan sehingga membawa perubahan pada tingkah-laku
kehidupannya. Namun ketika melakukan masyarakat. I n forman menyatakan saling
komunikasi, petugas tampaknya kurang memahami pengertian sangat dibutuhkan untuk mencapai
kondisi masyarakat, sehingga tujuan akhir keberhasilan komunikasi. Harapan kader, petugas
komunikasi tidak tercapai. Konseling yang kesehatan dapat lebih dekat dengan masyarakat agar
diberikan petugas tampaknya tidak memberikan masyarakat bebas menceritakan masalah kesehatan
dampak positifuntuk klien. mereka.
Informan kader menyatakan petugas
menggunakan kewenangan mereka sebagai orang “maunya ibu lebih pengertian, ramah... pada
yang memberikan pesan kesehatan kepada masyarakat...kan tidak semuanya dapat mengerti
masyarakat tapi dilain pihak petugas tidak dengan cepat...” (TR, kader Posyandu Rosmawar)
menyadari bahwa cara demikian tidak akan
membawa pengaruh yang baik untuk masyarakat. Wawancara yang dilakukan terhadap tokoh
Sebagai upaya sistematik untuk mempengaruhi masyarakat memberikan gambaran bahwa mereka
praktik kesehatan yang bertujuan meningkatkan sangat berharap petugas kesehatan tetap berada
didesa mereka untuk memberikan pelayanan

110
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Yol. 6, No.2

kesehatan. Informan menyatakan masyarakat Apabila sering terjadi kesalahpahaman dalam


sangat membutuhkan kehadiran petugas kesehatan penerimaan pesan maka akan berakibat besar pada
untuk itu dibutuhkan saling pengertian antara pelayanan kesehatan baik dari sisi mutu pelayanan,
masyarakat dan petugas kesehatan. Tokoh kepuasan terhadap pelayanan serta kepercayaan
masyarakat menganggap komunikasi yang tidak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan
berjalan dengan baik sekarang ini karena tidak ada berkurang bahkan mungkin klien akan lari kepada
saling pengertian antara masyarakat dan tenaga pelayanan lain yang dapat memberikan kepuasan
kesehatan. Karena itu sangat perlu adanya pelatihan bagi konsumennya
komunikasi untuk tenaga kesehatan dan kader. Semua informan menyatakan harapan yang
sama terhadap komunikasi petugas kesehatan yaitu
“sa ya rasa perlu pim pin an pus kes mas saling pengertian. Pengertian yang dimaksud oleh
mengusulkan ke dinas kesehatan supaya diadakan informan pengunjung posyandu, kader dan tokoh
pelatihan...itu cara orang bergaul, cara masuk ke masyarakat adalah petugas memahami kondisi
masyarakat... ” (ibu R) masyarakat, sikap terbuka dan saling menghargai
untuk mengembangkan kualitas hubungan
Menurut Cangasara (2006)”, interaksi, interpersonal. Salah satu bentuk langkah yang
kultur/budaya dan kerangka berfikir adalah tiga hal bijaksana dalam meeningkatkan kualitas pelayanan
yang menjadi hambatan dalam berkomunikasi. menurut Taufik adalah dengan meningkatkan
Diantara ketiganya, interaksi merupakan kunci dari kemampuan komunikasi bagi tenaga kesehatan”.
semua kehidupan sosial. Oleh karena tanpa interaksi
tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Hasil Kesimpulan dan Saran
penelitian menunjukkan bahwa hambatan interaksi Gaya komunikasi petugas kesehatan di
merupakan rintangan yang dominan terjadi ketika posyandu menghasilkan persepsi yang negatif dari
melakukan komunikasi. Interaksi yang dimaksud informan pengunjung posyandu, kader posyandu
disini adalah interaksi antara individu dengan dan tokoh masyarakat. Interaksi merupakan
individu, interaksi antara individu dengan hambatan komunikasi petugas kesehatan dengan
kelompok dan interaksi antara kelompok dengan klien dalam kegiatan pelayanan di posyandu. Semua
kelompok. Hasil interaksi yang negatif akan informan sepakat bahwa kegagalan komunikasi
mengarah pada suatu pertentangan yang berakibat tidak akan memberi pengaruh terhadap perubahan
buruk atau merugikan. perilaku masyarakat sehingga tidak akan
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berdampak baik terhadap masyarakat.
pengunjung posyandu bahwa akibat petugas sering Untuk peningkatan kualitas pelayanan
berbicara kasar, marah dan suka menyalahkan maka kesehatan, diharapkan Dinas Kesehatan dapat
informan akan menjaga jarak dengan petugas. membekali petugas kesehatan yang akan
Rintangan interaksi ini tentu akan berpengaruh ditempatkan di suatu wilayah dengan informasi
terhadap pencapaian kinerja posyandu, dimana tentang kebiasaan, adat istiadat dan budaya
peneliti menemukan cakupan D/S tidak mencapai masyarakat setempat dan kemudian secara rutin
target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan mengadakan pelatihan komunikasi untuk tenaga
Kepulauan Mentawai. kesehatan. Pimpinan Puskesmas Siberut diharapkan
Informan kader menyatakan hal yang sama dapat lebih meningkatkan pengawasan dan evaluasi
bahwa petugas kesehatan harus membangun sikap terhadap petugas kesehatan saat memberikan
pengertian, ramah, sikap bergaul dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama
masyarakat agar memudahkan masyarakat dalam dalam kegiatan posyandu serta meningkatkan kerja
menerima informasi kesehatan. sama lintas sektor dengan aparat desa dalam
Informan tokoh masyarakat menyatakan meningkatkan kinerja posyandu. Kepada tokoh
perlunya petugas kesehatan dibekali dengan masyarakat diharapkan ikut aktif dalam mengawasi
pelatihan sebelum ditugaskan ke daerah agar perkembangan posyandu dan memberikan masukan
m em uda h kan petug as dalam memahami dan informasi kepada puskesmas tentang
masyarakat. Hal ini sangat penting dilakukan karena pelaksanaan kegiatan posyandu. Sedangkan kepada
pada dasarnya hasil akhir dari suatu komunikasi tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki
adalah perubahan sikap dari masyarakat, namun sikap, dan menggunakan bahasa yang bersahabat
apabila rintangan negatif sudah muncul maka dalam melakukan komunikasi dengan klien.
dapat dipastikan akan mengarah pada suatu
pertentangan.

111
JurnaJ Kesehatan Masyarakat, Maret 2012-September 2012, Vol. 6, No.2

Daftar Pustaka

1. Rangkuti, Freddy. Measuring Customer 9. Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu


Satisfaction. Gramedia Pustaka Utama. Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Jakarta. P.17-19, 2003 2008
2. Syafrawati, Pencapaian tujuan MDGs 10. Sugianto, Dadang. Tanggapan Pasien tentang
Bidang Kesehatan di Indonesia, Jurnal Kom un ikasi Antarpe rs ona l Tenaga
Kesehatan Masyarakat Vol.01/no.01/Sep Kesehatan melalui Konseling di UPT
2006 —Maret 2007 p.1-4. Puskesmas Caringin Bandung. Skripsi Prodi
3. Adisasmito, Wiku. Sistim Kesehatan. Raja Ilmu Komunikasi, konsentrasi Humas, FISIP
Grafindo Perkasa. Jakarta.p.191-193, 2007 Univ. Komputer Indonesia. Bandung, 2010
4. Alven. Komunikasi Interpersonal di 11. Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi.
Posyandu. Interaksi Majalah Informasi dan
Bandung. Remaja Rosdakarya, 1999
Referensi Promosi Kesehatan, Edisi 5 2008,
12. Anwar, A. Ilmu Komunikasi: Sebuah
p.14-17, 2008 Pengantar. RajaGrafindo Perkasa. Jakarta,
5. Laporan Dinas Kesehatan Kab. Mentawai 2002
tahun 2008. 13. Taufik, M. P rinsip-P rinsip Prom osi
6. Hidayat, Sugeng. Posyandu, Riwayatmu Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan.
Kini. Majalah Informasi dan Referensi Infomedika. Jakarta, 2007
Promosi Kesehatan, 12 (5), 2008 14. Goenawan, Danny M. Flu Burung dan
7. Ewless, Linda & Simnett, Ina, Promosi Komunikasi Kesehatan. Kompas, 20 Maret
Kesehatan Petunjuk Praktis, Yogyakarta: 2006 Posted 14 Agustus 2008, cit.3 Januari
Gadjah Mada University Press, 1994 2012.
8. Adams, Bob. Memahami segalanya tentang 15. Cangasara, H. Pengantar Ilmu Komunikasi.
kepemimpinan. Batam. Karisma Publishing RajaGrafindo Perkasa. Jakarta, 2006
Group, 2006

112

Anda mungkin juga menyukai