Anda di halaman 1dari 20

PLAN OF ACTION (POA)

C H N (Comunity Health Nursing)


PUSKESMAS GALIS

Oleh :
Sigit Julianta R, S.Kep, Ns.

PUSKESMAS GALIS
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGKALAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Makalah ini di susun
berdasarkan atas bebagai sumber referensi, dengan judul ”Plan of Action (POA) CHN (Comunity
Health Nursing) di Puskesmas Galis”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Tetapi penulis tetap
bangga dengan hasilnya walaupun mungkin jauh dari segala kesempurnaan.
Dengan tersusunnya makalah ini penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu
dosen yang selalu memberikan bimbingan kepada kami, Tidak lupa pula kami mengharapkan
saran dan kritik dari berbagai pihak yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini di masa akan datang, agar terciptanya peayanan kesehatan yang bermutu dan
berkualitas bagi masyarakat.

Bangkalan, 25 Desember 2016


Penyusun

Sigit Julianta R, S.Kep, Ns.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya dari seluruh potensi bangsa baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah pusat dan daerah. Pembangunan kesehatan untuk
mencapai Indonesia Sehat 2010 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dan perubahan paradigma sehat yaitu upaya untuk meningkatkan kesehatan bangsa
Indonesia agar mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga
kesehatan sendiri melalui kesadaran yang tinggi yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ditetapkan sub sistem upaya kesehatan yang
terdiri dari dua unsur utama yaitu upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan
masyarakat (UKM). UKM terutama diselenggarakan oleh Pemerintah dengan peran serta
aktif masyarakat dan swasta, sedang UKP dapat diselenggarakan oleh masyarakat, swasta
dan pemerintah. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terarah,
terencana, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu.
Puskesmas merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKM maupun UKP di strata pertama
pelayanan kesehatan, dan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan
kesehatan di Kabupaten / Kota.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas meliputi upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pengembangan. Kinerja Puskesmas, sebagai sarana pelayanan
kesehatan dasar yang paling dekat dengan masyarakat sangat menentukan kinerja
Kabupaten/Kota untuk mewujudkan masyarakat sehat di wilayahnya. Prinsip
penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, terjangkau dan bermutu
merupakan prinsip yang seharusnya diterapkan di Puskesmas, sehingga kinerja Puskesmas
lebih optimal. Saat ini permasalahan kesehatan yang dihadapi cukup kompleks, upaya
kesehatan belum dapat menjangkau seluruh masyarakat meskipun Puskesmas telah ada di
setiap kecamatan yang rata-rata ditunjang oleh tiga Puskesmas Pembantu
Menurut PP No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, perawat merupakan rumpun
tenaga keperawatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No
Hk.02.02/MENKES/148/2010 tentang Ijin dan praktik perawat, kewenangan perawat adalah
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan, sehingga pembinaannya diarahkan untuk
terwujudnya pelayanan/asuhan keperawatan yang dapat diakses oleh setiap orang, terjangkau
dan bermutu.
Dalam mendukung penyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama baik upaya
kesehatan perorangan maupun masyarakat, diperlukan perawat dengan kemampuan
(kompetensi) sesuai dengan kewenangannya, dimana pelayanan/asuhan keperawatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok/masyarakat lebih dititik beratkan pada upaya
peningkatan kesehatan promotif, preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Dalam rangka mengatasi permasalahan kesehatan yang cukup kompleks, pelayanan
keperawatan keluarga mempunyai peran yang strategis dan daya ungkit yang tinggi dalam
upaya mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan keluarga kearah
kemandirian dalam bidang kesehatan sehingga terbentuk keluarga yang sehat.
Pelayanan keperawatan keluarga dapat dilakukan oleh suatu unit pelayanan yang
berafiliasi dengan Rumah Sakit, Puskesmas dan praktek mandiri keperawatan berupa
pelayanan berkelanjutan (fowllow up care) dan atau pelayanan keperawatan kesehatan
keluarga di rumah. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pembinaan perawatan keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan (sakit, rawan, atau resiko tinggi). Upaya tersebut diharapkan
akan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang berkualitas serta
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kegiatan ini akan memberikan hasil yang optimal jika pelayanan tersebut
mempertimbangkan kesetaraan dan keadilan gender. Pelayanan keperawatan keluarga yang
responsif gender diidentifikasikan bahwa laki-laki dan perempuan dapat memperoleh akses
yang sama terhadap sumber pelayanan, memiliki peluang berpartisipasi yang sama dalam
proses pelayanan, memiliki control yang sama atas sumber pelayanan, dan memperoleh
manfaat yang sama dari hasil pelayanan keperawatan keluarga.
Untuk meningkatkan profesionalisme perawat dengan segala keterbatasannya saat ini
perlu dukungan berbagai pihak agar perawat Puskesmas melaksanakan kegiatan sesuai
dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang, yang telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1239 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Selain itu perlu pula
disesuaikan dengan system pembinaan karirnya yang telah ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 94 tahun 2001, tentang Jabatan
Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya. Secara bertahap kompetensi perawat Puskesmas
yang ada saat ini, akan ditingkatkan sehingga mampu memberi kontribusi optimal terhadap
tercapainya pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu serta berkesinambungan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyediakan pedoman bagi perawat
Puskesmas, yaitu Pedoman Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat untuk keluarga rawan
kesehatan di Puskesmas yang diharapkan dapat memandu berbagai pihak terutama perawat
Puskesmas dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, mendukung upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan perawat di Puskesmas sehingga dapat melaksanakan tugasnya
secara optimal.
Salah satu tugas pokok Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur adalah melaksanakan
bimbingan dan evaluasi terhadap pelayanan keperawatan kesehatan pada masyarakat miskin,
berisiko tinggi atau rentan, penanganan masalah kesehatan akibat bencana, masalah
kesehatan masyarakat di daerah terpencil, tertinggal, kepulauan dan daerah pengembangan
masih belum memadai dan perlu ditingkatkan. Selain itu, pelayanan secara berkelanjutan
khususnya dari Rumah Sakit ke Puskesmas untuk ditindaklanjuti. termasuk tenaganya. Agar
diperoleh arah yang jelas terhadap pembinaan perawat kesehatan masyarakat, termasuk di
daerah geografi sulit/terpencil dan rawan terhadap kesehatan maka diperlukan “ evidence
base “ tentang pelaksanaan peran dan fungsi perawat kesehatan masyarakat saat ini.
Berdasarkan penelitian Septino (2007) diketahui beberapa masalah Perkesmas yang
dihadapi pada Puskesmas – Puskesmas yang ada di Indonesia antara lain laporan yang tidak
sesuai dari puskesmas, Puskesmas tidak membuat rencana tahunan dan jumlah sasaran tidak
dilakukan pendataan.
Sesuai data yang diperoleh pada tahun 2014 Puskesmas Galis melakukan pendataan dan
pengkajian sebanyak 0,8 % dari target KK rawan, pada tahun 2015 sebanyak 10,5 %
pendataan dan pengkajian dari target KK rawan, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 34,09
% pendataan dan pengkajian dari target KK rawan. Dari data di atas dapat diketahui ada
perkembangan pelayanan kesehatan baik itu kunjungan rumah maupun pembinaan kesehatan
oleh tenaga kesehatan.
Pendataan dan pengkajian yang diperoleh jauh dari target yang diharapkan yaitu sebesar
60% dari target KK rawan, hal itu didasari oleh :
1. Petugas kurang memiliki kemampuan dalam pengkajian.
2. Petugas kurang memiliki motivasi.
3. Ada petugas yang tidak patuh.
4. Petugas tidak melakukan perencanaan dengan baik
5. Petugas kurang baik dalam menggerakkan pelaksanaan program.
6. Petugas kurang baik dalam penganwasan, pengendalian dan penilaian perkesmas.
Diharapkan pada tahun 2017 di dapatkan target sebesar 60% KK rawan tercapai,
maka perlu dibuat beberapa alternatif sebagai acuan untuk menuju rangkaian pemecahan
masalah sehingga terwujudnya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas
Perkesmas khususnya perawat, bidan dan bidan – bidan desa melalui kegiatan – kegiatan
seperti :

1. Melaksanakan Study Banding ke Puskesmas teladan.


2. Melaksanakan pelatihan petugas
3. Melaksanakan pembinaan
4. Melaksanakan pembuatan petunjuk teknis pelajaran

Dari beberapa kegiatan tersebut diatas kegiatan yang bisa dilaksanakan dan
berpengaruh langsung terhadap peningkatan kemampuan / keterampilan petugas yaitu
pelatihan bagi perawat, bidan dan bidan – bidan desa selaku pelaksana kegiatan CHN.
Dengan adanya peningkatan kemampuan / keterampilan petugas yang selanjutnya akan
memungkinkan tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga rawan yang rentan
terhadap masalah kesehatan dan pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
BAB II
KONSEP DASAR DAN PEMBINAANNYA

A. Pengertian
1. World Health Organisation (WHO 1959)
Perkesmas mencakup perawatan kesehatan keluarga meliputi kesehatan &
kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah
kesejatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan sesuai dengan kemampuan yang
ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.
2. Rapat kerja kep. Kes. Masyarakat (1990)
Perkesmas suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan dengan kesehatan masyarakat, dengan dukungan dan peran serta aktif
masyarakat, serta mengutamakan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan tindakan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada individu,
keluarga, kelompok masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut ke kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam
upaya kesehatannya.
3. Departemen Kesehatan RI (1986)
` Perkesmas adalah upaya keperawatan yang merupakan bagian integral dari
pelaksanaan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat, dengan mengikut sertakan team
kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang dari
indiidu, keluarga dan masyarakat
4. Ruth B.Freeman (1981)
Perkesmas adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan
masyarakat yang ditujukan pada pengembangannya maupun secara kolektif sebagai
keluarga, kelompok khusus / masyarakat pelayanan ini mencakup pelayanan kesehatan
untuk masyarakat.

Pengertian Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) adalah suatu bidang dalam


keperawatan kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif, preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada indevidu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan
untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam
upaya kesehatannya.
Keperawatan kesehatan masyarakat, merupakan salah satu kegiatan pokok Puskesmas
yang sudah ada sejak konsep Puskesmas di perkenalkan. Perawatan Kesehatan Masyarakat
akhir-akhir ini lebih tepat disebut CHN ( Community Health Nursing ), keperawatan
kesehatan masyarakat dapat dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh
masyarakat dan swasta, khususnya pada sasaran indevidu (UKP), contohnya perawatan
kesehatan indevidu di rumah (home health nursing).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemandirian masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan
khususnya masalah keperawatan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang optimal
2. Tujuan Khusus
a) Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang kesehatan
b) Meningkatnya penemuan dini kasus - kasus prioritas
c) Meningkatnya penanganan keperawatan kasus prioritas di Puskesmas
d) Meningkatnya penanganan kasus prioritas yang mendapatkan tindak lanjut
keperawatan di rumah.
e) Meningkatnya akses keluarga miskin mendapat pelayanan kesehatan / keperawatan
kesehatan masyarakat.
f) Meningkatnya pembinaan keperawatan kelompok khusus.
g) Memperluas daerah binaan keperawatan di masyarakat.

C. Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, kelompok beresiko tinggi termasuk kelompok/ masyarakat penduduk di
daerah kumuh, terisolasi, berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan
Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dapat diberikan secara langsung pada semua
tatanan pelayanan kesehatan, yaitu :
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang mempunyai
pelayanan rawat jalan dan rawat inap
2. Di rumah.
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada keluarga di
rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care dapat
meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko
tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai institusi
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat
sekolah melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan
pendidikan kesehatan
4. Di tempat kerja/industri
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll.
Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi
seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan
makanan.
5. Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus akut, penyakit
kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada individu,
kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang
dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus penyakit
akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti wreda, dan panti
sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga pemasyarakatan (Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
9. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat perlakukan
kekerasan
10. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
11. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
12. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia, gelandangan
pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan
WTS
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat juga adalah individu, keluarga, kelompok,
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat factor ketidaktahuan, ketidakmauan
maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.
Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah
kesehatan prioritas daerah, terutama :
 Belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas serta jaringannya)
 Sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tetapi memerlukan tindak lanjut
keperawatan di rumah.
Sasaran terdiri dari :
1. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia
lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare,
ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan
(vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan prioritas :
a) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanankesehatan (Puskesmas dan
jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
b) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mempunyai
masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan
reproduksi, penyakit menular.
c) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan prioritas serta
belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu
institusi.
a) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain
Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut,
Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal.
b) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain sekolah,
pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga
pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi
terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada masyarakat di suatu wilayah
(RT, RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain
5. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain :
a) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam berdarah,
dll)
b) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat lainnya
c) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah terpencil,
daerah perbatasan
d) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti daerah
transmigrasi.

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan mendidik
individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan
perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya.
Keperawatan kesehatan masyarakat berorientasi pada proses pemecahan masalah yang
dikenal dengan “proses Keperawatan” (nursing proses) yaitu metoda ilmiah dalam
keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai cara terbaik dalam memberikan
pelayanan keperawatan yang sesuai respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan.
Keperawatan kesehatan masyarakat berorientasi pada proses pemecahan masalah yang
dikenal dengan “proses Keperawatan” (nursing proses) yaitu metoda ilmiah dalam
keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai cara terbaik dalam memberikan
pelayanan keperawatan yang sesuai respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan.
Langkah langkah proses keperawatan kesehatan masyarakat adalah pengakajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam penerapan proses keperawatan, terjadi
proses alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah
kesehatannya.

Proses alih peran tersebut digambarkan sebagai lingkaran dinamis proses keperawatan,
berikut :

D. Ciri – Ciri Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan uraian diatas, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat mempunyai
ciri sebagai berikut :
1. Merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat
2. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care)
3. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit
(preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama, kedua maupun ketiga
4. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian Ada kemitraan perawat
kesehatan masyarakat dengan masyarakat dalam upaya kemandirian klien.
5. Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat

E. Lingkup pelayanan
Lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat meliputi upaya
kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM). Pelayanan
kesehatan yang diberikan lebih difokuskan pada promotif dan preventif tanpa mengabaikan
kuratif dan rehabilitatif. Upaya preventif meliputi pencegahan tingkat pertama (primary
prevention), pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) maupun pencegahan tingkat
ketiga (tertiary prevention).
1. Upaya promotif (peningkatan kesehatan)
a) Penyuluhan kesehatan masyarakat dan tingkat gizi
b) Pemeliharaannya kesehatan perseorangan
c) Olahraga secara teratur dan rekreasi

2. Upaya Preventif (pencegahan)


a) Imunisasi massal pada anak balita dan ibu hamil
b) Pemeriksaan kesehatan secara berkala di posyandu, puskesmas, maupun dirumah
c) Pemberian vitamin A dan yodium
d) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
3. Upaya Kuratif (merawat dan mengobati)
a) Home nursing
b) Perawatan orang sakit
c) Perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas
d) Perawatan buah dada dan tali pusat bayi
4. Upaya Rehabilitatif.(pemulihan kesehatan)
a) Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik : penderita kusta, patah tulang
dan kelainan bawaan.
b) Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu Seperti TBC, dengan latihan
nafas dan batuk, strok mel. fisioterapi manual.
c) Resosiatif
Upaya untuk mengembalikan individu, klg dan klp khusus di dalam pergaulan
masyarakat, klp yang diasingkan oleh masyarakat.ex : kusta, aids, wts dan wanita
tuna wisma.

E. Strategi penyelenggaraan
Penyelenggaraan Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Puskesmas. Strategi yang
ditetapkan adalah :
1. Perkesmas sebagai bagian integral upaya kesehatan Puskesmas baik upaya kesehatan
wajib maupun pengembangan.
Upaya Perkesmas dilaksanakan secara terpadu baik dalam upaya kesehatan
perorangan maupun kesehatan masyarakat dalam 6 (enam) upaya kesehatan wajib
Puskesmas (Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, KIA/KB, P2M, Gizi dan
Pengobatan) maupun upaya pengembangan yang wajib dilaksanakan di daerah tertentu.
Keterpaduan tersebut dalam sasaran, kegiatan, tenaga, biaya atau sumber daya lainnya.
Dengan terintegrasinya upaya Perkesmas ke dalam upaya kesehatan wajib maupun
pengembangan, diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih bermutu
karena diberikan secara utuh (holistik), komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan.
Sasaran prioritas Perkesmas adalah sasaran yang sesuai kesepakatan daerah dan
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Fokus utama pada keluarga rawan
kesehatan yaitu keluarga miskin/rentan (vulnerable group) dan keluarga yang termasuk
risiko tinggi (high risk group). Keterpaduan Perkesmas dengan upaya kesehatan
Puskesmas sekaligus bertujuan mendukung pencapaian target pembangunan kesehatan
Kabupaten/Kota yang diukur berdasarkan indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM).
2. Perkesmas sebagai upaya kesehatan pengembangan.
Keperawatan kesehatan masyarakat sebagai upaya kesehatan pengembangan
Puskesmas. Bila di wilayah kerja Puskesmas, terdapat masalah kesehatan yang spesifik
dan memerlukan asuhan keperawatan secara terprogram, maka Perkesmas dapat
dilaksanakan sebagai upaya kesehatan pengembangan. Upaya Perkesmas, dimulai
dengan melakukan pengkajian terhadap masyarakat yang mempunyai masalah spesifik
(misalnya tingginya Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, penderita TB Paru,
DBD, Malaria, dll) untuk dapat dirumuskan masalah keperawatannya dan penyebabnya,
sehingga dapat direncanakan intervensi yang akan dilakukan baik terhadap masyarakat,
kelompok khusus, keluarga maupun individu di daerah tersebut.
F. Pendekatan
Pendekatan utama yang dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas, adalah pendekatan
proses keperawatan (nursing process) meliputi tahap pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, penetapan rencana tindakan, implementasi tindakan keperawatan dan tahap
evaluasi. Dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, maka secara bertahap
terjadi proses alih peran dari perawat puskesmas kepada klien. Dalam pelaksanaan proses
keperawatan tersebut, ada pendekatan lainnya, yaitu :
1. Dalam penetapan masalah kesehatan dan sasaran prioritas sasaran Keperawatan
kesehatan masyarakat dapat menggunakan pendekatan epidemiologis
2. Dalam penetapan kegiatan menggunakan tiga tingkat pencegahan(levels of prevention)

G. Pokok Kegiatan
Kegiatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat, meliputi kegiatan di dalam maupun di
luar gedung Puskesmas baik upaya kesehatan perorangan (UKP) dan atau upaya kesehatan
masyarakat (UKM).
1. Kegiatan dalam gedung Puskesmas
Merupakan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan di poli
asuhan keperawatan, poliklinik pengobatan, maupun ruang rawat inap Puskesmas,
meliputi:
a) Asuhan keperawatan terhadap pasien rawat jalan dan rawat inap
b) Penemuan kasus baru (deteksi dini) pada pasien rawat jalan.
c) Penyuluhan/pendidikan kesehatan
d) Pemantauan keteraturan berobat
e) Rujukan kasus/masalah kesehatan kepada tenaga kesehatan lain di Puskesmas.
f) Pemberian nasehat (konseling) keperawatan.
g) Kegiatan yang merupakan tugas limpah sesuai pelimpahan kewenangan yang
diberikan dan atau prodesure yang telah ditetapkan (contoh pengobatan,
penanggulangan kasus gawatdarurat, dll).
h) Menciptakan lingkungan terapeutik dalam pelayanan kesehatan di gedung Puskesmas
(kenyamanan, keamanan, dlll).
i) Dokumentasi keperawatan.
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas
Melakukan kunjungan ke keluarga/kelompok/masyarakat untuk melakukan asuhan
keperawatan di keluarga/kelompok/masyarakat :
a) Asuhan keperawatan kasus yang memerlukan tindak lanjut di rumah (individu dalam
konteks keluarga) Merupakan asuhan keperawatan individu di rumah dengan
melibatkan peran serta aktif keluarga. Kegiatan yang dilakukan antara lain :
i. Penemuan suspek/kasus kontak serumah.
ii. Penyuluhan/Pendidikan kesehatan pada individu dan keluarganya.
iii. Pemantauan keteraturan berobat sesuai program pengobatan.
iv. Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana.
v. Pelayanan keperawatan dasar langsung(direct care) maupun tidak langsung
(indirect care).
vi. Pemberian nasehat (konseling) kesehatan/keperawatan.
vii. Dokumentasi keperawatan.

b) Asuhan keperawatan keluarga


Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada keluarga rawan
kesehatan/keluarga miskin yang mempunyai masalah kesehatan yang di temukan di
masyarakat dan dilakukan di rumah keluarga. Kegiatannya meliputi, antara lain :
i. Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan masalah
kesehatan di masyarakat.
ii. Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah.
iii. Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup keluarga).
iv. Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana.
v. Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care).
vi. Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat
pasien dengan pengobatan jangka panjang.
vii. Pemberian nasehat ( konseling) kesehatan/keperawatan di rumah.
viii. Dokumentasi keperawatan.
b) Asuhan keperawatan kelompok khusus.
Merupakan asuhan keperawatan pada kelompok masyarakat rawan kesehatan
yang memerlukan perhatian khusus, baik dalam suatu institusi maupun non institusi.
Kegiatannya meliputi antara lain:
i. Identifikasi faktor-faktor resiko terjadinya masalah kesehatan di kelompok.
ii. Pendidikan/penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan.
iii. Pelayanan keperawatan langsung (direct care) pada penghuni yang memerlukan
keperawatan.
iv. Memotivasi pembentukan, membimbing, dan memantau kaderkader kesehatan
sesuai jenis kelompoknya.
v. Dokumentasi keperawatan.
c) Asuhan Keperawatan masyarakat di daerah binaan.
Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada masyarakat yang rentan
atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan. Kegiatannya
meliputi kegiatan kunjungan ke daerah binaan untuk :
i. Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi di suatu daerah dengan masalah
kesehatan spesifik.
ii. Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui kegiatan memotivasi masyarakat
untuk membentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat.
iii. Pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat.
iv. Memotivasi pembentukan,mengembangkan dan memantau kader-kader
kesehatan di masyarakat.
v. Ikut serta melaksanakan dan memonitor kegiatan PHBS.
vi. Dokumentasi keperawatan.

H. Pelaksanaan
Pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah semua perawat
fungsional keperawatan di Puskesmas. Sebagai pelaksana keperawatan kesehatan masyarakat
di Puskesmas, perawat minimal mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu:
1. Sebagai penemu kasus (case finder);
2. Sebagai pemberi pelayanan (care giver);
3. Sebagai pendidik/penyuluh kesehatan (health teacher/educater);
4. Sebagai koordinator dan kolaborator;
5. Pemberi nasehat ( counseling);
6. Sebagai panutan (role model).
Dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat perawat bekerja
sama dengan petugas kesehatan lain serta masyarakat. Kerjasama dengan petugas kesehatan
lain, terkait dengan kegiatan yang memerlukan kemampuan teknis tertentu yang bukan
kewenangan perawat. Kerja sama dengan kader/masyarakat terutama dalam melaksanakan
kegiatan yang dapat dilimpahkan kepada masyarakat.

I. Indicator Keberhasilan
Indikator keberhasilan kinerja Perkesmas terdiri dari :
1. Indikator kinerja klinik
Ada 4 indikator dalam menilai keberhasilan kinerja klinik Perkesmas yaitu:
1) Indikator input
a) Persentasi perawat koordinator
b) Persentasi perawat terlatih keperawatan kesehatan komunitas
c) Persentasi Penanggung jawab daerah binaan/desa punya PERKESMAS kit
d) Persentasi Puskesmas memiliki pedoman/standar
e) Tersedia dana operasional untuk pembinaan
f) Tersedia standar/pedoman/SOP pelaksanaan kegiatan
g) Tersedia dukungan administrasi (buku register, family folder, formulir laporan,
dll)
2) Indikator proses
a) Persentasi keluarga rawan mempunyai family folder
b) Maping (peta) sasaran Perkemas
c) Rencana kegiatan Perkesmas (POA)
d) Bukti Pembagian tugas perawat
e) Ada kegiatan koordinasi dengan petugas kesehatan lain.
f) Catatan keperawatan
g) Kegiatan Refleksi Diskusi Kasus
h) Hasil pemantauan dan evaluasi
3) Indikator output (key indicator)
a) Persentasi keluarga rawan dibina
b) Persentasi keluarga selesai dibina
c) Persentasi penderita (prioritas SPM) dilakukan tindak lanjut keperawatan (follow
up care)
d) Persentasi kelompok dibina
e) Persentasi daerah binaan di suatu wilayah
4) Indikator dampak
Indikator dampak yaitu ”keluarga mandiri dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya”, yang dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Kemandirian
keluarga berorientasi pada lima fungsi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya yaitu :
a) Mampu mengenal masalah kesehatannya.
b) Mampu mengambil keputusan tepat untuk mengatasi kesehatannya.
c) Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota keluarga yang
memerlukan bantuan keperawatan.
d) Mampu memodifikasi lingkungan sehingga menunjang upaya peningkatan
kesehatan.
e) Mampu memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
BAB III
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
( S P M)

A. Pengertian
SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib pemerintah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pelayanan dasar
adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.

B. Tujuan penyusunan SPM


A. Pedoman bagi BLU dalam penyelenggaraan layanan kepada masyarakat;
B. Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan;
C. Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran yang dibutuhkan;
D. Alat akuntabilitas BLU dalam penyelenggaraan layanannya;
E. Mendorong terwujudnya checks and balances;
F. Terciptanya transparansi dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan layanan
BLU

C. Landasan Hukum
1. PP 23/2005 tentang PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM;
2. PP 65/2005 tentang PEDOMAN PENYUSUNAN dan PENERAPAN STANDAR
PELAYANAN MINIMAL
3. PERATURAN MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA tentang STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
4. PMK No. 119/PMK.05/2007 tentang PERSYARATAN ADMINISTRATIF PENETAPAN
PK BLU
5. PERATURAN LAINNYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIFAT PELAYANAN
CALON BLU BERSANGKUTAN.
6. PP 23/2005
Pasal 8
1) Instansi pemerintah yang menerapkan PPK – BLU menggunakan standar pelayanan
minimum yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
2) Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diusulkan
oleh instansi pemerintah yang menerapkan PPK – BLU.
3) Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta
kemudahan untuk mendapatkan layanan.

7. PMK 119/2007
Pasal 8
1) SPM merupakan ukuran pelayanan yang harus dipenuhi oleh Satker yang
menerapkan PK BLU yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang harus
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta
kemudahan memperoleh layanan.
2) SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada SPM Kementerian
Negara/Lembaga/industri sejenis dan/atau peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai SPM
D. Hal- hal yang perlu diperhatikan
1. Penyajian SPM
2. Kesesuaian SPM dengan perkembangan kebutuhan dan kemampuan Satuan kerja
3. Rencana Pencapaian SPM
4. Indikator Pelayanan
5. Adanya tandatangan pimpinan Satker dan Menteri terkait

E. Hal yang perlu di pertimbangkan dalam penyusunan SPM


1. Keberadaan sistem informasi, pelaporan, dan evaluasi penyelenggaraan operasi sehingga
pencapaian SPM dapat dipantau dan mudah dievaluasi secara berkelanjutan;
2. Standar pelayanan tertinggi yang telah dicapai dalam bidang terkait
3. Keterkaitan antar SPM dalam satu bidang dan antara SPM suatu bidang dengan bidang
lainnya
4. Kemampuan keuangan, kelembagaan, dan personil pada bidang terkait
5. Pengalaman empiris tentang tata cara penyediaan pelayanan dasar tertentu yang terbukti
dapat menghasilkan mutu pelayanan yang ingin dicapai.

Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dan standar pelayanan minimal puskesmas
secara lengkap, yaitu:
1. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,
2. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan,
3. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,
4. Melaksanakan pelayanan medis khusus,
5. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,
6. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,
7. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,
8. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,
9. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),
10. Melaksanakan pelayanan rawat inap,
11. Melaksanakan pelayanan administratif,
12. Melaksanakan pendidikan para medis,
13. Membantu pendidikan tenaga medis umum dan tenaga medis spesialis,
14. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan Keperawatan Komunitas mempunyai ciri :
1. Merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehtan masyarakat
2. Adanya kesinambungan kesehtan masyarakat
3. Focus pelayanan pada upaya promotif, dan preventif baik pada semua level pencegahan
penyakit
4. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada klien sehingga
terjadi kemandirian
5. Ada kemitraan perawat kesehatan masyarakat dengan masyarakat dalam upaya
kemandirian klien
6. Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan masyarakaat

Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dalam tulisan ini.


Pertama, SPM merupakan standar minimum pelayanan publik yang harus disediaan oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat. Dengan adanya SPM maka akan terjamin kualitas
minimum dari suatu pelayanan publik yang dapat dinikmati oleh masyarakat, dan sekaligus
akan terjadi pemerataan pelayanan publik dan menghindari kesenjangan pelayanan antar
daerah.
Kedua, SPM sangat mendesak untuk disusun, khususnya bagi kabupaten/kota yang
memang secara langsung merupakan penyedia pelayanan publik.
Ketiga, posisi propinsi yang dalam pelaksanaan kewenangan daerah lebih banyak
bertindak sebagai “pendukung, fasilitator, ataupun koordinator ” bagi pelaksanaan
kewenangan lintas kabupaten/kota, maka sebaiknya dalam penyusunan SPM juga tidak
melepaskan diri dari posisi dan peran tersebut, sehingga lebih mendorong daerah
kabupaten/kota untuk lebih berinisiatif melaksanakan kewenangan daerah.
Keempat kemampuan seorang pemimpin daerah dalam mendelegasikan wewenang ke
unit-unit organisasi juga menentukan keberhasilan daerah dalam melaksanakan SPM. Akhir
kata, semoga penyusunan SPM di masa mendatang akan lebih meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, sehingga pemerintah daerah akan lebih akuntabel di mata masyarakat
daerahnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan Kesehatan Masyarakat


Depkes RI, 1996, Jakarta, Pedoman Pemantauan Penilaian Program Perawatan Kesehatan
Masyarakat.
Alm, James and Roy Bahl. 1999. “Decentralization in Indonesia: Prospects and Problems”.
USAID.
Bahl, Roy. 1999. Implementation Rules for Fiscal Decentralization. Atlanta: George State
University.
Billah, MM. 1996. “Good Governance dan Kontrol Sosial”, dalam Prisma No. 8. Jakarta: LP3ES.
Cheema, G. Shabbir and Dennis A. Rondinelli, ed. 1983. Decentralization and Development.
California. SAGE Publications.
Corbett, D. 1996. Australian Public Sector Management, 2nd Edition. New South Wales. Allen &
Umvin.
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2018
PUSKESMAS GALIS

SUB UNIT : PROGRAM PERKESMAS


VOLUME PENANGGUNG
NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET INDIKATOR LOKASI JADWAL
KEGIATAN JAWAB
1. Penyerahan Penyerahan formulir Petugas 12 x/th 1 bulan sekali Koordinator Puskesmas Minggu ke I
formulir pendataan pada Perkesmas
petugas Perkesmas

2. Penemuan Pendataan kasus Anggota 240 x/th 1 bulan sekali Puskesmas, Setiap Hari
kasus keluarga rawan pada keluarga Koordinator Pustu dan Senin
keluarga pasien rawat inap, Perkesmas Polindes
rawan rawat jalan, Pustu dan
Polindes
Seminggu 3x
3. Pembinaan Melaksanakan Keluarga 240 x/th 1 bulan sekali Masyarakat lebih Wilayah
kasus pembinaan terhadap rawan memahami tentang kerja
keluarga kasus yang dihadapi masalah kesehatan Koordinator Puskesmas
rawan keluarga dan atau yang dihadapi Perkesmas (11 Desa) Setiap
individu keluarga dan atau Triwulan
individu
4. Pembinaan Memberikan Petugas 4 x/th 3 bulan sekali Petugas mengerti Puskesmas
managemen pembinaan kepada kesehatan tentang pentingnya
Perkesmas ke petugas Pustu tentang pustu dan keberhasilan program
Petugas desa arti pentingnya Polindes Koordinator
dan Pustu terlaksananya program Perkesmas Setiap Bulan

5. Evaluasi Mengadakan evaluasi Laporan 12 x/th 1 bulan sekali Petugas mengetahui Puskesmas
Bulanan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya

Koordinator
Perkesmas
RENCANA USULAN KEGIATAN TAHUN 2018
PUSKESMAS GALIS

SUB UNIT : PROGRAM PERKESMAS


VOLUME BIAYA
NO RINCIAN PROGRAM TARGET SASARAN
KEGIATAN UNIT COST TOTAL
1. Penyerahan formulir 12 x/th Petugas 1 Bulan Sekali - -

2. Penemuan kasus 240 x/th Anggota 1 bulan sekali - -


keluarga rawan Keluarga

3. Pembinaan kasus 240 x/th Anggota 1 bulan sekali Rp. 30.000,- x 240 x/th x Rp. 60.000,- = Rp. 14.400.000,-
keluarga rawan Keluarga 2 Petugas
= Rp. 60.000,-

4. Pembinaan managemen 4 x/th Petugas Pustu 3 bulan sekali Rp. 20.000,- 4 x/th x Rp. 60.000,- = Rp. 240.000,-
Perkesmas ke Petugas Dan Polindes
desa dan Pustu

5. Evaluasi 12 x/th Petugas 1 bulan sekali

Anda mungkin juga menyukai