Anda di halaman 1dari 17

KEPEMIMPINAN DAN DASAR BERFIKIR

KESEHATAN MASYARAKAT

PERAN SKM DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS


PELAYANAN DI PUSKESMAS

Anggota kelompok :
a) Asilas Pasaribu (SUP)
b) Indra febrian S.
c) Delsy ardiah putri
d) Misi septiani Daeli
e) Siti Janisah

Dosen Pengampu : DR. dr. Adang Bachtiar, M.Ph

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
penyertaannya dari awal memulai hingga mengakhiri makalah ini yang berjudul “Peran SKM
Dalam Meningkatkan Efektivitas Pelayanan di Puskesmas”. Terimakasih juga kami ucapkan
kepada Bapak Dr. dr. Adang Bachtiar, M.Ph selaku dosen pengampu kami pada mata kuliah
Kepemimpinan dan Dasar Berfikir Kesmas karena telah bersedia membimbing kami untuk
memahami materi ini terkait sebagai bahan ujian akhir semester 2 tahun ajaran 2020/2021.
Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh demikian kami menantikan kritikan dan saran
dari Bapak dan teman-teman yang lain jika ada yang kurang berkenan, dan kiranya makalah
yang telah kami buat ini dapat menjadi sumber untuk menambah wawasan kita terkait dengan
Kepemimpinan dan Dasar Berfikir Kesehatan Masyarakat.

Selasa, 24 Agustus 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………...
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………
Bab I Pendahuluan
- Abstract…………………………………………………………………………………….....
- Rumusan masalah…………………………………………………………………………….
- Tujuan pembahasan…………………………………………………………………………..
Bab II Pembahasan
- Pusat kesehatan masyarakat………………………………………………………………….
- Peran SKM dalam meningkatkan efektivitas pelayanan di Puskesmas…………...................
Bab III Penutup
- Kesimpulan…………………………………………………………………………………...
- Saran………………………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

Abstact

According to calculations carried out by the Data and Information Center of the Ministry
of Health with guidance from the Central Statistics Agency, Indonesia is the fourth most
populous country in the world after China, India and the United States with a population of
255,461,686 people consisting of 128,366,718 people. male population and 127.094,968 female
residents. This large number of people will undoubtedly cause complex problems, one of which
is the problem of health services for such a large population. The government is required to be
able to provide good health services for its own residents because it will later be a "bonus" for a
country if the health services are good and this will raise the status of the country to a country
with a healthy population. Health services are an important factor to increase the "healthy
standard" of the population itself. However, in fact until now Health Services in Indonesia
cannot be said to be adequate for all Indonesians, especially for people living in eastern
Indonesia such as Maluku, NTT, NTB and Papua with malnutrition rates above 40%.

There are several factors that make health services in Indonesia less well implemented,
one of which is the inequality of the presence of health workers in Indonesia and the lack of
available health facilities. Health facilities such as hospitals, maternity hospitals, Posyandu, and
other health facilities play an important role in improving health services because that is where
the center of the health service itself is.

In order to improve the health status of the community and the success of the National
Social Security program, the government needs to create health service facilities that are easily
accessible by the community. Health Service Facility is a place used to organize health service
efforts, whether promotive, preventive, curative or rehabilitative carried out by the government,
local government and/or the community. One type of health service facility is the Community
Health Center (PUSKESMAS).

Thus, to increase the effectiveness of health services at Puskesmas in order to reduce


morbidity in Indonesia in order to create a healthy country, of course, experts in the health sector
are needed, one of which is a Bachelor of Public Health.
Rumusan masalah
Yang menjadi rumusan masalah adalah “Seberapa besarnya pengaruh keberadaan SKM
dalam meningkatkan efektivitas pelayanan di Puskesmas ?”

Tujuan Pembahasan
 Untuk mengetahui definisi dan tujuan didirikannya pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas).
 Untuk mengetahui perkembangan Puskesmas di Indonesia dari tahun 2015-2019.
 Untuk mengetahui apa saja yang menjadi tanggung jawab SKM dalam pelayanan di
Puskesmas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pusat Kesehatan Masyarakat

Keberadaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat


suatu negara. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa
fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas


menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan dua fungsi utama yaitu


upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.

A. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi :

 pelayanan promosi kesehatan;


 pelayanan kesehatan lingkungan;
 pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
 pelayanan gizi; dan
 pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

B. Upaya kesehatan perseorangan (UKP)

UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. tingkat pertama meliputi :

 Rawat jalan
 Pelayanan gawat darurat
 Pelayanan satu hari (one day care)
 Home care
 Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

Dalam penyelenggaraan fungsi tersebut diatas, puskesmas berwenang untuk :

 Menyelenggarakan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu

 Meyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif

 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok


dan masyarakat

 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan


pasien, petugas dan pengunjung

 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsif koordinatif dan kerjasama inter dan
antar profesi

 Melaksanakan rekam medis

 Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses pelayanan
kesehatan

 Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga kesehatan

 Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama di wilayah kerjanya
 Melaksanakan penapisan rujukan sesuai indikasi medis dan system rujukan

Total jumlah Puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2019 adalah 10.134
puskesmas, yang terdiri dari 6.086 Puskesmas rawat inap dan 4.048 Puskesmas non rawat inap.
Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 yaitu sebanyak 9.993, dengan jumlah Puskesmas
rawat inap sebanyak 3.623 puskesmas dan Puskesmas non rawat inap sebanyak 6.370
puskesmas. Data mengenai jumlah puskesmas ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Perkembangan jumlah puskesmas sejak tahun 2015 jumlah Puskesmas semakin


meningkat, dari 9.754 unit menjadi 10.134 Puskesmas pada tahun 2019. Dalam kurun waktu 5
tahun terakhir ini, peningkatan jumlah Puskesmas rata-rata 70 Puskesmas per tahun. Peningkatan
jumlah Puskesmas tersebut menggambarkan upaya pemerintah dalam pemenuhan akses terhadap
pelayanan kesehatan primer. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan primer dapat dilihat
secara umum dari rasio Puskesmas terhadap kecamatan. Rasio Puskesmas terhadap kecamatan
pada tahun 2019 sebesar 1,4. Hal ini menggambarkan bahwa rasio ideal Puskesmas terhadap
kecamatan yaitu minimal 1 Puskesmas di 1 kecamatan, secara nasional sudah terpenuhi, tetapi
perlu diperhatikan distribusi dari Puskesmas tersebut di seluruh kecamatan.

Dalam rangka penguatan pelayanan kesehatan primer, terdapat tiga indikator yang terkait
dengan penyelenggaraan Puskesmas pada RPJMN tahun 2015–2019 dan Renstra Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019, yaitu 1) Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas
terakreditasi 2) jumlah Puskesmas non rawat Inap dan Puskesmas rawat inap yang memberikan
pelayanan sesuai standar dan 3) jumlah Puskesmas yang bekerjasama dengan Unit Transfusi
Darah (UTD) dan rumah sakit dalam pelayanan darah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI).

1. Akreditasi Puskesmas
Akreditasi merupakan suatu pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah memenuhi standar
akreditasi. Akreditasi merupakan salah satu bentuk upaya peningkatan mutu fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk untuk pelayanan FKTP. Sesuai Permenkes Nomor 46 Tahun 2015, akreditasi
FKTP bertujuan untuk 1) meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien,
2) meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan
lingkungannya, serta Puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat
praktik mandiri dokter gigi sebagai institusi, dan 3) meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik
Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dalam pelayanan
kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat. Dengan akreditasi puskesmas
diharapkan dapat membangun sistem tata kelola yang lebih baik secara bertahap dan
berkesinambungan melalui perbaikan tata kelola: 1) manajemen secara institusi, 2) manajemen
program, 3) manajemen risiko, dan 4) manajemen mutu.

Berdasarkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Pasal 39 menyatakan bahwa dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan Puskesmas wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga tahun sekali. Dan
sebagai tindak lanjut, maka diterbitkan dasar hukum yang mengatur teknis pelaksanaan
akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) melalui Permenkes Nomor 46 Tahun
2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.
2. Perkembangan Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap

Puskesmas berdasarkan kemampuan pelayanan dibagi atas dua kategori yaitu Puskesmas
rawat inap dan Puskesmas non rawat inap. Berikut disajikan perkembangan jumlah Puskesmas
rawat inap dan non rawat inap dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.

Jumlah Puskesmas rawat inap selama lima tahun terakhir terus meningkat, yaitu sebanyak
3.396 unit pada tahun 2015, lalu meningkat menjadi 6.086 unit pada tahun 2019. Puskesmas non
rawat inap mengalami penurunan jumlah Puskesmasnya berdasarkan status pada tahun 2018
(6.370 puskesmas non rawat inap) dan pada tahun 2019 (4.048 puskesmas non rawat inap).
3. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja dan Olah Raga

Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat, dalam upayanya melibatkan dan membutuhkan dukungan kerjasama lintas sektor.
Oleh karena itu, pencapaian tujuan kesehatan kerja dan olahraga bagi semua pekerja dan
peningkatan produktivitas pekerja yang optimal membutuhkan kebijakan dan rencana strategi
dalam rangka mengamankan kondisi kerja dan mempromosikan kesehatan kerja, serta paling
utama melindungi pekerja pada kelompok berisiko seperti pekerja wanita, pekerja anak, pekerja
usia lanjut dan pekerja yang terpajan bahan berbahaya.

Arah kebijakan dan strategi kesehatan kerja dan olah raga adalah berupaya membangun
masyarakat yang sehat bugar dan produktif dengan menitikberatkan upaya promotif dan
preventif. Memperkuat kemitraan dan pemberdayaan masyarakat Penyelenggaraan program
kesehatan kerja dan olahraga secara bertahap, terpadu dan berkesinambungan Pengembangan
program kesehatan kerja dan olahraga melibatkan LP/LS, dunia usaha, swasta dan masyarakat.
Penyelenggaraan program kesehatan kerja dan olahraga sesuai standar profesi, standar
pelayanan, dan Standar Operasional Prosedur. Strategi Kemitraan dan pemberdayaan kesehatan
pada kelompok pekerja berbasis masyarakat pekerja. Advokasi dan sosialisasi kesehatan kerja
dan olahraga. Penguatan layanan kesehatan bagi pekerja. Penguatan kebijakan dan manajemen
kesehatan kerja dan olahraga. Penguatan sistem informasi kesehatan kerja dan olahraga
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014, pelayanan kesehatan kerja
dan kesehatan olahraga merupakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang
kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah
kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Namun demikian,
upaya kesehatan masyarakat esensial juga dilakukan terhadap sasaran upaya kesehatan kerja dan
olahraga, khususnya pekerja, anak sekolah, dan jemaah haji.

Puskesmas memiliki peran strategis dalam upaya kesehatan kerja kedua sektor tersebut,
utamanya pada sektor informal. Upaya kesehatan kerja di Puskesmas diselenggarakan sesuai
dengan keadaan dan permasalahan yang ada di wilayah Puskesmas atau lokal spesifik. Dengan
demikian sampai saat ini upaya kesehatan kerja di Puskesmas lebih dititikberatkan pada wilayah
industry sehingga dapat menjangkau pekerja yang ada di Indonesia.

B. Peran SKM dalam Meningkatkan Efektivitas Pelayanan di Puskesmas

Di zaman era globalisasi saat ini, terlebih di masa pandemic ini, keberadaan lulusan
kesehatan masyarakat sangat besar dampaknya dalam dunia kesehatan untuk mencegah
penyebaran virus Corona. Dalam artikel Kemkes kesehatan masyarakat merupakan tenaga
kesehatan yang berperan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan. Hal ini didasarkan atas kewajiban utama
tenaga kesehatan masyarakat bersama dengan tenaga kesehatan lainnya adalah untuk
mengupayakan masyarakat agar hidup sehat dan sejahtera baik dari segi fisik, mental, sosial dan
ekonomi.

Sarjana Kesehatan Masyarakat adalah tenaga pengelola program kesehatan yang


diarahkan untuk memecahkan masalah kesehatan masyarakat dengan pendekatan multi
disipliner. Tenaga kesehatan masyarakat( SKM ) merupakan tenaga khusus yang secara fungsi
bertanggungjawab terhadap seluruh masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit. Hanya focus
utamanya pada upaya kesehatan masyarakat melalui promotif dan preventif, berbeda dengan
tenaga medis lainnya. Dengan demikian tenaga kesehatan masyarakat  menjadi penyeimbang
dalam pelayanan kesehatan masyarakat disebabkan karena peran promotif dan preventif yang
merupakan salah satu keahlian tenaga kesehatan masyarakat/ SKM dimana kegiatan riil ini untuk
mencegah terjadinya berbagai masalah kesehatan, khususnya yang diakibatkan oleh lingkungan
yang kurang sehat ( penyakit berbasis lingkungan ).

Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan dua fungsi utama yaitu


upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.
Maka pada pembahasan ini, kita fokus pada upaya kesehatan masyarakat yang terdapat di
Puskesmas. Adapun uraian upaya kesehatan masyarakat di puskesmas menurut Permenkes
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, yaitu :
1. Pelayanan Promosi Kesehatan
Pelayanan promosi kesehatan terdiri atas 4 progam, yaitu sebagai berikut.

a) Penyuluhan
 Promosi kesehatan di sekolah pendidikan dasar
 Promosi pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.
 Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat & napza.
 Penyuluhan kesehatan jiwa bagi ibu hamil dan menyusui.
 Penyuluhan pada kelompok atau masyarakat tentang perilaku menjaga kebersihan diri
 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut pada ibu hamil, anak balita, anak, remaja,
dewasa, lansia (pendekatan siklus kehidupan)
 Penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat tentang Imunisasi
 Konseling kesehatan reproduksi pada kelompok anak remaja.
 Peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang pencegahan penularan HIV-
AIDS dan IMS .
 Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang penyakit diare, tifoid dan
hepatitis .
 Edukasi dan konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) meliputi ASI dan
MP-ASI untuk balita sehat,balita kurang gizi, dan balita gizi buruk rawat jalan
 Edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan dan aktifitas fisik bagi
anak usia sekolah
 Edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan bagi bumil KEK/Kurus
 Konseling Dietetik
 Kegiatan Edukasi dan Konseling tentang Swamedikasi dan Penggunaan Obat

b) Pemberdayaan masyarakat
 Memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan kader kesehatan atau pembentukan
kelompok yang peduli terhadap kesehatan.
 Membentuk jejaring dalam pembentukan PHBS di masyarakat.
 Penggerakan kelompok masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu
 Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat untuk Peningkatan Penggunaan Obat Rasional
melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA).

c) Pelatihan
 Melatih kader kesehatan tentang perawatan diri dan mempraktikkan PHBS
 Melatih kader kesehatan dalam menyampaikan informasi pada kelompok atau
masyarakat tentang perawatan diri dan mempraktikkan PHBS di daerah binaan
 Melatih Kader tentang Swamedikasi dan Penggunaan Obat melalui Metode Cara Belajar
Insan Aktif (CBIA)

d) Advokasi
 Mengadvokasi masyarakat dan lintas terkait dalam praktik PHBS dan penanggulangan
masalah kesehatan tertentu
 Advokasi tokoh masyarakat dalam membentuk kelompok swabantu terkait perawatan
masalah gizi.

2. Pelayanan kesehatan lingkungan


Program ini dapat berupa pemantauan tempat tempat umum, pengelolaan makanan, dan
sumber air bersih.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana


 Pelayanan imunisasi di kelompok atau masyarakat.
 Skrining kesehatan siswa sekolah pendidikan dasar
 Penyuluhan KB sesuai program pemerintah pada kelompok usia subur atau masyarakat

4. Pelayanan Gizi
Upaya pelayanan gizi, terdapat 2 program yang paling utama, yaitu:
a) Deteksi dini
 Melakukan deteksi dini/penemuan kasus gizi di masyarakat
 Surveilans Gizi
b) Pelayanan
Melakukan asuhan keperawatan pada kasus gizi di kelompok atau masyarakat.

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

a) Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, dapat berupa Posbindu PTM.
b) Pencegahan dan pengendalian penyakit menular
 Pengendalian filariasis
 Pengendalian kecacingan
 Pengendalian infeksi dengue/DBD
 Pengendalian malaria
 Pengendalian Zoonosis
 Pengendalian HIV/AIDS
 Pengendalian Infeksi Menular Seksual
 Pengendalian Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dalam meningkatakan efektivitas pelayanan di


Puskesmas sangat besar pengaruhnya. Karena selain sebagai tempat pengobatan dan
penyembuhan penyakit, Puskesmas juga dijadikan sebagai fasilitas untuk promotif dan preventif.
Dengan adanya program promotif dan preventif yang dilakukan oleh SKM, tingkat derajat
kesehatan masyarakat akan terjamin, serta berkurangnya tingkat kesakitan di Negara kita ini.
Oleh karena itu, kami mengajak teman-teman untuk belajar dengan sungguh-sungguh,
memanfaatkan ilmu dan waktu guna mempersiapkan diri menjadi sarjana kesehatan masyarakat
yang mampu mewujudkan derajat kesehatan yang baik untuk Negara kita yang tercinta.

B. Saran

Setelah membaca uraian tersebut diatas, kita dapat memahami bahwa SKM dalam
pelaksanaan pelayanan di puskesmas memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Terlepas dari ketersediaan Puskesmas yang masih
belum merata di seluruh Indonesia, lulusan kesehatan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai
tonggak dalam mengendalikan terjadinya penyakit di masyarakat. Oleh sebab itu, suatu hal
sangat beruntung bagi kita mahasiswa karena telah memilih jurusan yang sangat tepat untuk
kepentingan bangsa Indonesia kedepannya. Marilah kita belajar dengan sungguh-sungguh, agar
kelak kita dapat menjalani peran kita dengan baik sebagai SKM di tengah-tengah masyarakat
guna meningkatkan derajat kesehatan di negeri kita tercinta ini.

Daftar Pustaka

https://www.unair.ac.id/site/article/read/74/s1-kesehatan-masyarakat.html
https://www.radardepok.com/2020/02/pentingnya-tenaga-kesehatan-masyarakat-di-
puskesmas/

https://puskesmas.bantulkab.go.id/imogiri2/permenkes-ri-no-75-tahun-2014/

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/5996/141000030.pdf?sequence=1
&isAllowed=y
https://www.radardepok.com/2020/02/pentingnya-tenaga-kesehatan-masyarakat-di-
puskesmas/

Profil-Kesehatan-indonesia-2019

Anda mungkin juga menyukai