Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN PENGELOLAAN USILA

( USIA LANJUT)

UPTD PUSKESMAS SERANG KOTA


LEMBAR PENGESAHAN

PEDOMAN
PENGELOLAAN USILA ( USIA LANJUT )
UPTD PUSKESMAS SERANG KOTA

Serang, ..............................
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Serang Kota Penanggungjawab Pengelola Usila

drg. Yayat Cahyati Hj Aneta, Bsc


NIP. 19660619 200212 2 003 NIP. 19841030 201001 2 008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga pada tanggal 12 Oktober 2015 telah ditetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Peraturan ini
merupakan tindak lanjut pelaksanaan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 138 yang menetapkan bahwa upaya pemeliharaan
kesehatan bagi Lanjut Usia ditujukan untuk menjaga agar para Lanjut Usia tetap
sehat dan produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan adanya peraturan ini
diharapkan dapat menjadi pedoman dan landasan hukum bagi pengelola program
Kesehatan Lanjut Usia dalam melakukan pengembangan program di Puskesmas,
khususnya dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang santun Lanjut Usia.
Lampiran peraturan ini menjelaskan tentang manajemen dan teknis
penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas, yang merupakan
pedoman bagi setiap pengelola program kesehatan Lanjut Usia dalam
melaksanakan pelayanan Kesehatan Lanjut Usia yang sesuai dengan standar.
Penyusunan pedoman ini sampai menjadi Peraturan Menteri Kesehatan
difasilitasi oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar pada tahun 2015, tetapi
belum dilakukan pencetakan. Pada tahun ini, Direktorat Kesehatan Keluarga sebagai
penanggung jawab Program Kesehatan Lanjut Usia merasa perlu melakukan
pencetakan mengingat pedoman ini sangat dibutuhkan oleh daerah dalam
melakukan pengembangan Program Kesehatan Lanjut Usia. Akhirnya kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Pedoman dan Semoga bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat telah mengantar kita pada
paradigma baru, sehingga kini paradigma sehat menjadi orientasi baru
pembangunan kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Hal mendasar dari
paradigma sehat antara lain terjadinya: pergeseran dari pelayanan medis (medical
care) kepemeliharaan kesehatan (health care) sehingga setiap penanggulangan
kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan (promotive) dan pencegahan
(preventive) dibanding pengobatan (curative), pergeseran dari program terpilah-pilah
(fragmented program) ke program terpadu (integrated program) yaitu lebih pada
berpijak pada menyehatkan keluarga dan masyarakat, pergeseran dari “keinginan
(need)” ke “kebutuhan (demand)” sehingga pelayanan kesehatan disuatu daerah
akan berbeda dari daerah lainnya.
Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan
adalah pendekatan keluarga dan masyarakat serta lebih memprioritaskan upaya
pemeliharaan dan menjaga sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar
sehat.
Oleh karena itu berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah
ini dengan baik, diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan
mutu pelayanan kesehatan, khususnya untuk penduduk lanjut usia. Salah satu
kegiatan yang perlu digalakkan agar tujuan dimaksud dapat kita capai lebih cepat
adalah mendorong pembentukan dan pemberdayaan berbagai Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM) khusus lanjut usia antara lain Kelompok Lanjut
Usia, Pusat Santunan Keluarga dan lain-lain.
Keberadaan kelompok Lanjut Usia yang telah mulai berkembang diseluruh
provinsi akhir-akhir ini merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan masyarakat
khususnya para lanjut usia terhadap pelayanan yang terjangkau, berkelanjut dan
bermutu dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan
produktif selama mungkin.
Sehubungan dengan hal tersebut adalah sangat beralasan bilamana harus
tersusun Pedoman Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia. Pedoman ini digunakan
digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan
UPTD Puskesmas Serang Kota. Hal ini sejalan dengan visi UPTD Puskesmas
Serang Kota yaitu menjadi puskesmas andalan yang mampu mewujudkan
masyarakat ABC hidup sehat secara mandiri, yang pada pelaksanaannya dalam
memberikan pelayanan membudayakan tata nilai CAKAP yang berarti cepat, akurat,
kualitas, aman, profesional. Cepat artinya mampu memberikan respon yang cepat
dalam pelayanan, Akurat artinya dalam memberikan pelayanan harus tepat sesuai
kebutuhan sasaran. Kualitas artinya dalam memberi pelayanan harus menggunakan
standart yang ditetapkan, Aman artinya dalam memberikan pelayanan harus aman
bagi petugas maupun bagi sasaran. Profesional artinya dalam memberikan
pelayanan harus dilakukan oleh tenaga yang berkompeten dan sesuai dengan kode
etik profesi.
Tata nilai diatas disusun sebagai acuan bagi insan puskesmas dalam
berperilaku dalam mencapai tujuan dalam Visi Misi puskesmas dan diharapkan
menjadi budaya dalam berorganisasi dan menjadi motivator untuk bekerja lebih baik
dalam memberikan pelayanan Usia Lanjut.
Secara domografi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah
penduduk usia 60 tahun keatas 5,3 juta atau 4,5% jumlah penduduk, meningkat
menjadi 11,3 juta atau 6,4% pada tahun 1990.
Pada tahun 2000 diperkirakan 7,4% dari jumlah penduduk Indonesia atau
sekitar 15,3 juta orang akan berusia diatas 60 tahun diatas 60 tahun ( SUSPAS,
Lembaga Demografi UI 1985). Proyek penduduk oleh Biro Pusat Statistik
menggambar bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lanjut usia akan sama dengan
jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,4% dari seluruh jumlah penduduk.
Berdasarkan laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan
oleh Bureu of The Cencus USA (1993), jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia
pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan tahun 1990 akan mengalami
kenaikan sebesar 414% dan ini merupakan persentase kenaikan paling tinggi
diseluruh dunia. Sebagai perbandingan pada periode waktu yang sama kenaikan di
beberapa negara secara berturut-turut adalah Kenya 347%, Brazil 255%, India
242%, Cina 220%, Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% ( Jinsella &
Tanber).
Berdasarkan hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 1980
angka kesakitan pada usia 55 tahun keatas adalah 25,7% pada SKRT 1986
menurun menjadi 15,1% sedangkan hasil SKRT 1995, angka kesakitan pada usia
45-49 tahun sebesar 11,6% dan angka kesakitan pada usia diatas 60 tahun sebesar
9,2%. Prevalensi anemia pada usia 55-64 tahun sebesar 51,5% dan pada usia lebih
dari 65 tahun 57,9%. Dalam kurun waktu 10 tahun (1976-1986) penyakit jantung dan
pembuluh darah berkembang menjadi penyebab ketiga dari kematian umum, dengan
prevalensi dari 1,1 per 1000 penduduk pada tahun 1976 menjadi 5,9 per 1000
penduduk pada tahun 1986.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesehatan lanjut usia
2. Tujuan Khusus
 Tersedianya pedoman pelayanan kelompok Lanjut Usia di bidang
kesehatan sebagai acuan bagi petugas kesehatan
 Meningkatnya kemudahan bagi lanjut usia dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan lanjut usia, khususnya aspek peningkatan dan
pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pelayanan Upaya Kesehatan Usia Lanjut meliputi seluruh
masyarakat yang berusia lanjut di wilayah kerja UPTD Puskesmas Serang Kota
yang berumur 45-49 tahun (vinilitas/prasenilis), 60-69 tahun (lanjut usia), >70
tahun (lanjut usia resiko tinggi).

D. Ruang Lingkup
Pelayanan Kesehatan Usila meliputi :
1. Kegiatan Pelayanan Usila di dalam gedung Puskesmas
Adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pada usia lanjut didalam
gedung puskesmas yang meliputi penyuluhan, pengobatan dan rujukan.
2. Kegiatan Pelayanan Usila di luar gedung Puskesmas
Adalah Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar gedung puskesmas
yang meliputi posyandu usila, penyuluhan dan rujukan

E. Batas Operasional

1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah


fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyakarat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

2. Pelayanan Usila adalah pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut yang


dilakukan di luar puskesmas

3. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi / pemeriksaan


kesehatan yang terdiri dari usia lanjut.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya kesehatan yang ada
di UPTD Puskesmas Serang Kota :
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Upaya Kesehatan Pendidikan minimal D Diampu oleh 1 orang dengan
Usia Lanjut III latar belakang pendidikan
D III Keperawatan

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan tenaga di poli unit pelayanan di kooordinir oleh
penanggung jawab UKM sesuai dengan kesepakatan. Tenaga pengelola Usila (Usia
Lanjut) terdiri dari 1 orang Perawat di UPTD Puskesmas Serang Kota.

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh para
pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/ lintas sektor dengan persetujuan Kepala Puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan
di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada
awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan
dikoordinasikan oleh Kepala UPTD Puskesmas Serang Kota.

Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Penyakit Kusta


Pelayanan Usia Lanjut dilakukan di semua desa di wilayah UPTD Puskesmas
Serang Kota. Bahkan ada yang lebih dari satu tempat di sebuah desa.

DENAH PUSKESMAS
B. Standar Fasilitas Puskesmas
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya kesehatan usia lanjut UPTD
Puskesmas Serang Kota yang memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut :

Kegiatan Pelayanan Sarana- prasarana


Kesehatan Usia lanjut
 Meja, kursi
 Alat tulis
 Buku Register dan Buku Pencatatan
kegiatan
Posyandu Lansia  Timbangan
 Microcoice/ pengukur tinggi badan
 Stetoskop
 Tensimeter
 KMS lansia
 BPPK Lanjut Usia(Buku Pedoman
Pemeliharaa Kesehatan ).

 Leaflet
Penyuluhan  Poster
 Alat peraga penyuluhan
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN UPAYA KESEHATAN
USIA LANJUT (USILA)

A. Lingkup Kegiatan
1. Menyelenggarakan paket pembinaan bagi kelompok usia lanjut umur 45 – 59
tahun yang meliputi penyuluhan (KIE) dan pelayanan kesehatan, gizi maupun
psiko sosial agar dapat mempersiapkan diri menghadapi masa tua. Umur 60 –
69 tahun agar dapat mempertahankan kesehatannya agar tetap produktif .
Umur 69 tahun keatas atau Usila dengan resiko tinggi agar dapat selama
mungkin mempertahankan kemandiriannya.
2 Menyelenggarakan pembinaan melalui upaya penyuluhan (KIE) dalam rangka
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan pada keluarga,
masyarakat, termasuk organisasi masyarakat dalam menangani masalah
kesehatan Usila.
3. Pembinaan ketenagaan, berupa peningkatan kemampuan teknis dan
managemen bagi pengelola dan pelaksana termasuk kader kesehatan,
kelompok di masyarakat, dan pelayanan profesional lainnya dengan
pemenuhan standart pelayanan, menerapkan kendali mutu,serta prosedur
tetap pelayanan, pembinaan dukungan pendanaan program, pembinaan
terhadap penyelenggaraan pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
melalui pengembangan ilmu, teknologi tepat guna dan penelitian.
4. Peningkatan dukungan politis bagi upaya pembinaan kesehatan usia lanjut
dengan mendayakan peraturan perundang-undangan yang mendukung dan
menyebarluaskan informasi, arahan dan kerjasama lintas program, lintas
sektor, dalam upaya pembinaan kesehatan usia lanjut.

B. Metode
Pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan sebagai berikut dengan :
1. Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dalam
perencanaan puskesmas.
2. Menyesuaikan dengan kegiatan pokok lainnya dalam lokakarya mini
puskesmas.
3. Menyesuaikan kondisi dan kebutuhan setempat.
4. Mendorong terwujudnya peranserta masyarakat melalui lembaga
swadaya masyarakat, PKK, organisasi sosial atau potensi lain yang
ada.

C. Langkah Kegiatan
1. Perencanaan (P1)
a. Diseminasi informasi pembinaan kesehatan usia lanjut kepada staf
puskesmas.
b. Membuat kesepakatan diantara staf puskesmas tentang penatalaksanaan.
c. Melakukan bimbingan dan pelatihan kepada staf puskesmas.
d. Membuat rencana kegiatan yang diintegrasikan dalam rencana tahunan
puskesmas (pengumpulan data dasar, membuat peta lokasi dan
masalahnya, membuat rencana kegiatan sesuai masalah).
e. Kerja sama dengan lintas sektor untuk member informasi dan menjelaskan
perannya.
f. Melakukan Survey Mawas Diri bekerja sama dengan sektor terkait.
g. Melakukan musyawarah dengan masyarakat tentang upaya yang akan
dilakukan.
h. Membentuk kelompok kerja.
i. Melakukan pembinaan teknis bersama sektor terkait.
j. Mendorong pembentukan dan pembinaan usia lanjut di masyarakat secara
mandiri.
2. Pelaksanaan (P2)
a. Kegiatan Promotif.
Bertujuan meningkatkan gairah hidup usia lanjut agar merasa tetap dihargai
dan berguna.misal penyuluhan dan senam .
b. Kegiatan Preventif.
Bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan
komplikasi yang diakibatkan oleh proses degenerative ( lewat KMS dan
Buku Pemantauan Kesehatan Pribadi Lanjut Usia ).
c. Kegiatan kuratif.
Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan .
d. Kegiatan Rehabilitatif.
Upaya yang dilakukan bersifat medis, psikososial, edukatif dan
pengembangan ketrampilan
e. Kegiatan Rujukan.
Upaya yang dilakukan untuk mendapat pelayanan kuratif dan rehabilitative
yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan ke fasilitas yang lebih
lengkap.
3. Pemantauan dan Pembinaan ( P3)
Pemantauan dan pembinaan kesehatan usia lanjut dilakukan melalui
pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan simpus atau melalui
pengamatan langsung.Pencatatan juga dialaksanakan untuk melihat
keberhasilan kegiatan ,dengan menggunakan format pencatatan kegiatan
pelayanan untuk memantau kemajuan kegiatan.
Pemantauan dapat digunakan untuk mengendalikan proses pelaksanaan
agar sesuai rencana, mengendalikan hubungan antar petugas lintas
program dan lintas sektor agar saling mendukung dan tidak tumpang tindih.
4. Penilaian dan Pengembangan
Penilaian kegiatan dilakukan dengan :
a. Memanfaatkan data hasil pencatatan dan pelaporan rutin atau berkala,
yang meliputi aspek masukan, proses, dan luaran.
b. Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan untuk
mengetahui kemajuan dan hambatan yang ada.
c. Study atau penelitian khusus untuk mengetahui kegiatan yang sudah
dilakukan.
Pengembangan kegiatan yang dilakukan :
a. Peningkatan mutu pelayanan meliputi fasilitas, teknologi, tenaga,
peningkatan suvervisi, pelatihan dan penggalangan peran serta masyarakat
serta pemanfaatan sumberdaya.
b. Memperluas jangkauan pelayanan, menambah jenis pelayanan dan jumlah
tenaga pelaksana.
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan usia
lanjut direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor
sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan
prasarana yang meliputi :
 Tensimeter
 Timbangan Berat Badan
 Mikrotois
 Stetoskop
 Leaflet
 Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Upaya kesehatan
Lanjut Usia berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam
pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala
Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan
direncanakan oleh koordinator kesehatan usi lanjut berkoordinasi dengan bendahara
puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk
selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action).
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang
terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus
diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan
dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan
kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
atau dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan.
Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi
resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan
sedang berjalan.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas
dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang
dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini
lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan Tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang


untuk mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat
berhubungan dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu
merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan
sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan
indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan upaya kesehatan usia lanjut ini dibuat untuk


memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan usia lanjut di
UPTD Puskesmas Serang Kota, penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi
riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang
sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan,
kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang
menuju pada hasil yang optimal. Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi
petugas dalam melaksanakan pelayanan upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas
agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan yang telah
ditentukan.

Petugas Usila
UPTD Puskesmas Serang Kota

Anda mungkin juga menyukai