Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat telah mengantar kita pada
paradigma baru, sehingga kini paradigma sehat menjadi orientasi baru pembangunan
kesehatan didunia, termasuk di Indonesia. Hal mendasar dari paradigma sehat antara
lain terjadinya: pergeseran dari pelayanan medis (medical care) kepemeliharaan
kesehatan (health care) sehingga setiap penanggulangan kesehatan lebih menonjolkan
aspek peningkatan (promotive) dan pencegahan (preventive) dibanding pengobatan
(curative), pergeseran dari program terpilah-pilah (fragmented program) ke program
terpadu (integrated program) yaitu lebih pada berpijak pada menyehatkan keluarga dan
masyarakat, pergeseran dari “keinginan (need)” ke “kebutuhan(demand)” sehingga
pelayanan kesehatan disuatu daerah akan berbeda dari daerah lainnya.
Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan
adalah pendekatan keluarga dan masyarakat serta lebih memprioritaskan upaya
pemeliharaan dan menjaga sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar sehat.
Oleh karena itu berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini
dengan baik, diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan, khususnya untuk penduduk lanjut usia. Salah satu kegiatan yang
perlu digalakkan agar tujuan dimaksud dapat kita capai lebih cepat adalah mendorong
pembentukan dan pemberdayaan berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) khusus lanjut usia anata lain Kelompok Lanjut Usia, Pusat
Santunan Keluarga dan lain-lain.
Keberadaan kelompok Lanjut Usia yang telah mulai berkembang diseluruh
provinsi akhir-akhir ini merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan masyarakat
khususnya para lanjut usia terhadap pelayanan yang terjangkau, berkelanjut dan
bermutu dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan
produktif selama mungkin.
Sehubungan dengan hal tersebut, adalah sangat beralasan bilamana harus
tersusun Pedoman Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia. Pedoman ini digunakan
digunakan sebagai acuan bagi peutgas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan
puskesmas Sayurmatinggi .Hal ini sejalan dengan visi Puskesmas Sayurmatinggi yaitu
menjadi puskesmas andalan yang mampu mewujudkan masyarakat Sayurmatinggi
hidup sehat secara mandiri ,yang pada pelaksanaannya dalam memberikan pelayanan
membudayakan tata nilai CAKAP yang berarti
cepat,akurat,kwalitas,aman,profesional.Cepat artinya mampu memberikan respon yang
cepat dalam pelayanan, Akurat artinya dalam memberikan pelayanan harus tepat
sesuai kebutuhan sasaran,Kwalitas artinya dalam memberi pelayanan harus
menggunakan standart yang ditetapkan, Aman artinya dalam memberikan pelayanan
harus aman bagi petugas maupun bagi sasaran,Profesonal artinya dalam memberikan
pelayanan harus dilakukan oleh tenaga yang berkompeten dan sesuai dengan kode etik
profesi.
Tata nilai diatas disusun sebagai acuan bagi insan puskesmas dalam berperilaku
dalam mencapai tujuan dalam Visi Misi puskesmas dan diharapkan menjadi budaya
dalam berorganisasi dan menjadi motivator untuk bekerja lebih baik dalam memberikan
pelayanan Usia Lanjut.
Secara domografi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk
usia 60 tahun keatas 5,3 juta atau 4,5% jumlah penduduk, meningkat menjadi 11,3 juta
atau 6,4% pada tahun 1990.
Pada tahun 2000 diperkirakan 7,4% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar
15,3 juta orang akan berusia diatas 60 tahun diatas 60 tahun ( SUSPAS, Lembaga
Demografi UI 1985). Proyek penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambar bahwa
antara tahun 2005-2010 jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu
sekitar 19 juta jiwa atau 8,4% dari seluruh jumlah penududuk.
Berdasarkan laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan
oleh Bureu of The Cencus USA (1993), jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada
tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan tahun 1990 akan mengalami kenaikan
sebesar 414% dan ini merupakan prosentase kenaikan paling tinggi diseluruh dunia.
Sebagai perbandingan pada periode waktu yang sama kenaikan dibeberapa negara
secara berturut-turut adalah Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%, Cina 220%,
Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% ( Jinsella & Tanber).
Berdasarkan hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 1980 angka
kesakitan pada usia 55 tahun keatas adalah 25,7% pada SKRT 1986 menurun menjadi
15,1% sedangkan hasil SKRT 1995, anka kesakitan pada usia 45-49 tahun sebesar
11,6% dan angka kesakitan pada usia diatas 60 tahun sebesar 9,2%. Prevalensi
anemia pada usia 55-64 tahun sebesar 51,5% dan pada usia lebih dari 65 tahun 57,9%.
Dalam kurun waktu 10 tahun (1976-1986) penyakit jantung dan pembuluh darah
berkembang menjadi penyebab ketiga dari kematian umum, dengan prevalensi dari 1,1
per 1000 penduduk pada tahun 1976 menjadi 5,9 per 1000 penduduk pada tahun 1986.
Disamping permasalahan tersebut diatas, sebagaimana telah diuraikan pada
“latar belakang”, kita masih mengahadapi berbagai masalah yang harus ditanggapi dan
diselesaikan dengan sebaik-baiknya dimasa datang antara lain:
- Kualitas lanjut usia yang rendah ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan.
Bahkan 50% penduduk lanjut usia tidak pernah memperoleh pendidikan formal.
- Dukungan sosial yang belum memadai karena kemampuan keuangan negara
yang masih terbatas dan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia yang
masih rendah.
Dilain pihak dari sisi pemberdayaan masyarakat, pembentukan Kelompok Lanjut
Usia baru terbatas di Desa/ Kelurahan Ibu Kota Kabupaten/ Kota dan Kecamatan tentu
saja, saementara kegiatannya pun baik jumlah maupun kualitasnya sangat bervariasi
antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Keadaan ini dapat dimaklumi, setiap
daerah mempunyai kebutuhan yang berbeda dan ketersedian sumber daya yang tidak
merata, serta belum adnya pedoman/acuan bagi petugas lapangan dalam
melaksanakan kegiatanyang berkaitan dengan pembinaan kesehatan lanjut usia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesehatan lanjut usia
2. Tujuan Khusus
- Tersedianya pedoman pelayanan kelompok Lanjut Usia dibidang kesehatan
sebagai acuan bagi petugas kesehatan
- Meningkatnya kemudahan bagi lanjut usia dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan lanjut usia, khususnya aspek penigkatan dan pencegahan tnpa
mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan
C .Sasaran Pedoman
Sasaran pelayanan Upaya Kesehatan Usia Lanjut meliputi seluruh
masyarakat yang berusia lanjut di wilayah kerja Puskesmas Sayurmatinggi yang
berumur 45-49 tahun (vinilitas/prasenilis), 60-69 tahun (lanjut usia), >70 tahun
(lanjut usia resiko tinggi)

D. Ruang Lingkup Pelayanan kesehatan Usila


Pelayanan Kesehatan Usila meliputi :
1. Kegiatan Pelayanan Usila di dalam gedung Puskesmas
Adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pada usia lanjut didalam
gedung puskesmas yang meliputi penyuluhan . pengobatan ,dan rujukan.
2. Kegiatan Pelayanan Usila di luar gedung Puskesmas
Adalah Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar gedung puskesmas yang
meliputi posyandu usila,penyuluhan ,dan rujukan

E .Batas Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyakarat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.

2. Pelayanan Usila adalah pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut yang


dilakukan di luar puskesmas.
3. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi / pemeriksaan kesehatan
yang terdiri dari usia lanjut.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya kesehatan yang ada di
Puskesmas Sayurmatinggi
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Upaya Kesehatan Pendidikan minimal D Diampu oleh 1 orang dengan
Usia Lanjut III latar belakang pendidikan
SI

B. Disitribusi Ketenagaan
Penanggung jawab program Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan latar
belakang profesinya adalah sebagai berikut:
Kegiatan Petugas Profesi
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas Efrida Mardiyati Hts Bidan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Sialang Elida Saulatia Bidan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Sipange Umi Kalsum Bidan
Julu
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Sipange Umi Kalsum Bidan
Godang
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Tolang Elikusuma Bidan
Julu
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Tolang Jae Ayannur Bidan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Mondang Rukiyah Hannum Bidan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Sipange Hotmaidah Bidan
Siunjam
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Bange Eva Yanti Bidan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Bulu Rena Simatupang Bidan
Gading
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Tanjung Santi Novida Bidan
Leuk
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Lumban Farida Novida Bidan
Huayan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Silaya Abrina Bidan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Aek Libung Fitriani Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di dusun I Nurhayati Harahap Bidan


Sayurmatinggi
Upaya Kesehatan Usia Lanjut didusun 2 Eni Wahidan Bidan
Sayurmatinggi
Upaya Kesehatan Usia Lanjut didusun 3 Piko Piani Bidan
Sayurmatinggi
Upaya Kesehatan Usia Lanjut didusun 4 Boru Silalahi Bidan
Sayurmatinggi
Upaya Kesehatan Usia Lanjut didusun 5 Nova Yanti Bidan
Sayurmatinggi
Upaya Kesehatan Usia Lanjut Aek Badak Jae Latifah Hannum Bidan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut Aek Badak Julu Dahliana Bidan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut Huta Hemamalini Bidan
Parmonangan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut Somanggal Nurhayati Siregar Bidan
Parmonangan
Upaya Kesehatan Usia Lanjut Janji Mauli Rukiyah Hannum Bidan
Baringin

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri bulanan/ lintas
sektor dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk kangka waktu satu tahun, dan di
break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal
bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan
dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Sayurmatinggi
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Pelayanan Usia Lanjut dilakukan di semua desa di wilayah puskesmas
Sayurmatinggi. Bahkan ada yang lebih dari satu tempat di sebuah desa.

B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya kesehatan usia lanjut Puskesmas
Sayurmatinggi memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:
Kegiatan Pelayanan Sarana- prasarana
Kesehatan Usia lanjut
- Meja, kursi
- Alat tulils
- Buku Register dan Buku Pencatatan
kegiatan
Posyandu Lansia
- Timbangan
- Microcoice/ pengukur tinggi badan
- Stetoskop
- Tensimeter
- KMS lansia
-BPPK Lanjut Usia(Buku Pedoman
Pemeliharaa Kesehatan ).

- Leaflet
Penyuluhan - Poster
- Alat peraga penyuluhan
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN UPAYA KESEHATAN USIA LANJUT
(USILA)

A. Lingkup Kegiatan
1. Menyelenggarakan paket pembinaan bagi kelompok usia lanjut umur 45 – 59
tahun yang meliputi penyuluhan ( KIE ) dan pelayanan kesehatan ,gizi maupun
psiko sosial agar dapat mempersiapkan diri menghadapi masa tua.Umur 60 – 69
tahun agar dapat mempertahankan kesehatannya agar tetap produktif . Umur 69
tahun keatas atau Usila dengan resiko tinggi agar dapat selama mungkin
mempertahankan kemandiriannya
2 Menyelenggarakan pembinaan melalui upaya penyuluhan ( KIE ) dalam rangka
meningkatkan pengetahuan ,kemampuan, dan ketrampilan pada
keluarga,masyarakat, termasuk organisasi masyarakat dalam menangani
masalah kesehatan Usila.
3. Pembinaan ketenagaan ,berupa peningkatan kemampuan teknis dan
managemen bagi pengelola dan pelaksana termasuk kader kesehatan, kelompok
di masyarakat,dan pelayanan professional lainnya dengan pemenuhan standart
pelayanan , menerapkan kendali mutu,serta prosedur tetap
pelayanan,pembinaan dukungan pendanaan program ,pembinaan terhadap
penyelenggaraan pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui
pengembangan ilmu,teknologi tepat guna dan penelitian.
4. Peningkatan dukungan politis bagi upaya pembinaan kesehatan usia lanjut
dengan mendayakan peraturan perundang undangan yang mendukung dan
menyebarluaskan informasi ,arahan, dan kerjasama lintas program , lintas
sektor,dalam upaya pembinaan kesehatan usia lanjut.

B. Metode
Pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan sebagai berikut dengan :
1. Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dalam
perencanaan puskesmas.
2. Menyesuaikan dengan kegiatan pokok lainnya dalam lokakarya mini
puskesmas.
3. Menyesuaikan kondisi dan kebutuhan setempat.
4. Mendorong terwujudnya peranserta masyarakat melalui lembaga
swadaya masyarakat , PKK, organisasi sosial atau potensi lain yang ada.
C. Langkah Kegiatan
1. Perencanaan ( P1 )
a. Diseminasi informasi pembinaan kesehatan usia lanjut kepada staf
puskesmas.
b. Membuat kesepakatan diantara staf puskesmas tentang penatalaksanaan.
c. Melakukan bimbingan dan pelatihan kepada staf puskesmas.
d. Membuat rencana kegiatan yang diintegrasikan dalam rencana tahunan
puskesmas ( pengumpulan data dasar, membuat peta lokasi dan masalahnya,
membuat rencana kegiatan sesuai masalah ).
e. Kerja sama dengan lintas sektor untuk member informasi dan menjelaskan
perannya.
f. Melakukan Survey Mawas Diri bekerja sama dengan sektor terkait.
g. Melakukan musyawarah dengan masyarakat tentang upaya yang akan
dilakukan.
h. Membentuk kelompok kerja.
i. Melakukan pembinaan teknis bersama sektor terkait.
j. Mendorong pembentukan dan pembinaan usia lanjut di masyarakat secara
mandiri.

2. Pelaksanaan ( P2)
a. Kegiatan Promotif.
Bertujuan meningkatkan gairah hidup usia lanjut agar merasa tetap dihargai
dan berguna.misal penyuluhan dan senam .
b. Kegiatan Preventif.
Bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi
yang diakibatkan oleh proses degenerative ( lewat KMS dan Buku
Pemantauan Kesehatan Pribadi Lanjt Usia ).
c. Kegiatan kuratif.
Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan .
d. Kegiatan Rehabilitatif.
Upaya yang dilakukan bersifat medic,psikososial,edukatif, dan pengembangan
ketrampilan .
e. Kegiatan Rujukan.
Upaya yang dilakukan untuk mendapat pelayanan kuratif dan rehabilitative
yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan ke fasilitas yang lebih
lengkap.
3. Pemantauan dan Pembinaan ( P3)
Pemantauan dan pembinaan kesehatan usia lanjut dilakukan melalui
pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan simpus atau melalui
pengamatan langsung.Pencatatan juga dialaksanakan untuk melihat
keberhasilan kegiatan ,dengan menggunakan format pencatatan kegiatan
pelayanan untuk memantau kemajuan kegiatan.
Pemantauan dapat digunakan untuk mengendalikan proses pelaksanaan agar
sesuai rencana, mengendalikan hubungan antar petugas lintas program dan
lintas sektor agar saling mendukung dan tidak tumpang tindih.

4. Penilaian dan Pengembangan


Penilaian kegiatan dilakukan dengan :
a. Memanfaatkan data hasil pencatatan dan pelaporan rutin atau berkala, yang
meliputi aspek masukan, proses, dan luaran.
b. Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan untuk
mengetahui kemajuan dan hambatan yang ada.
c. Study atau penelitian kusus untuk mengetahui kegiatan yang sudah dilakukan.
Pengembangan kegiatan yang dilakukan :
a. Peningkatan mutu pelayanan meliputi fasilitas, teknologi, tenaga, peningkatan
suvervisi, pelatihan dan penggalangan peran serta masyarakat serta
pemanfaatan sumberdaya.
b. Memperluas jangkauan pelayanan, menambah jenis pelayanan ,dan jumlah
tenaga pelaksana.
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan usia
lanjut direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor
sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi
:
- Tensimeter
- Timbangan Berat Badan
- Mikrotois
- Stetoskop
- Leaflet
- Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Upaya kesehatan
Lanjut Usia berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam
pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala
Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan
direncanakan oleh koordinator kesehatan usi lanjut berkoordinasi dengan bendahara
puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya
dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action).
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko
yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran
harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan
dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan
dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan
untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko
yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal
ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko
atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan
hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan,
bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada
perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan
dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya
untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan upaya kesehatan usia lanjut ini dibuat untuk memberikan
petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas
Sayurmatinggi penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di
puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan
pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih
diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang
optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan
atau pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai