Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat telah mengantar kita pada paradigma baru,
sehingga kini paradigma sehat menjadi orientasi baru pembangunan kesehatan didunia,
termasuk di Indonesia. Hal mendasar dari paradigma sehat antara lain terjadinya: pergeseran
dari pelayanan medis (medical care) kepemeliharaan kesehatan (health care) sehingga setiap
penanggulangan kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan (promotive) dan pencegahan
(preventive) dibanding pengobatan (curative), pergeseran dari program terpilah-pilah
(fragmented program) ke program terpadu (integrated program) yaitu lebih pada berpijak
pada menyehatkan keluarga dan masyarakat, pergeseran dari “keinginan (need)” ke
“kebutuhan(demand)” sehingga pelayanan kesehatan disuatu daerah akan berbeda dari daerah
lainnya.
Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah
pendekatan keluarga dan masyarakat serta lebih memprioritaskan upaya pemeliharaan dan
menjaga sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar sehat.
Oleh karena itu berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini
dengan baik, diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan, khususnya untuk penduduk lanjut usia. Salah satu kegiatan yang perlu
digalakkan agar tujuan dimaksud dapat kita capai lebih cepat adalah mendorong pembentukan
dan pemberdayaan berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) khusus
lanjut usia anata lain Kelompok Lanjut Usia, Pusat Santunan Keluarga dan lain-lain.
Keberadaan kelompok Lanjut Usia yang telah mulai berkembang diseluruh provinsi
akhir-akhir ini merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan masyarakat khususnya para
lanjut usia terhadap pelayanan yang terjangkau, berkelanjut dan bermutu dalam rangka
mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif selama mungkin.
Sehubungan dengan hal tersebut, adalah sangat beralasan bilamana harus tersusun
Pedoman Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia. Pedoman ini digunakan digunakan sebagai acuan
bagi peutgas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan puskesmas Rensing. Hal ini sejalan
dengan visi Puskesmas Rensing yaitu menjadi puskesmas andalan yang mampu mewujudkan
masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri ,yang pada pelaksanaannya dalam memberikan

Page 1
pelayanan membudayakan tata nilai 3 s (Senyum, salam, sapa ). artinya mampu memberikan,
pelayaan dengan ramah, santun dan menghormati hak setiap pasien yg ada di puskesmas,
Tata nilai diatas disusun sebagai acuan bagi insan puskesmas dalam berperilaku dalam
mencapai tujuan dalam Visi Misi puskesmas dan diharapkan menjadi budaya dalam
berorganisasi dan menjadi motivator untuk bekerja lebih baik dalam memberikan pelayanan
Usia Lanjut.
Secara domografi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk usia 60
tahun keatas 5,3 juta atau 4,5% jumlah penduduk, meningkat menjadi 11,3 juta atau 6,4%
pada tahun 1990.
Pada tahun 2000 diperkirakan 7,4% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,3
juta orang akan berusia diatas 60 tahun diatas 60 tahun ( SUSPAS, Lembaga Demografi UI
1985). Proyek penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambar bahwa antara tahun 2005-
2010 jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau
8,4% dari seluruh jumlah penududuk.
Berdasarkan laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh
Bureu of The Cencus USA (1993), jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2025
dibandingkan dengan keadaan tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan ini
merupakan prosentase kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandingan pada
periode waktu yang sama kenaikan dibeberapa negara secara berturut-turut adalah Kenya
347%, Brazil 255%, India 242%, Cina 220%, Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33%
( Jinsella & Tanber).
Berdasarkan hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 1980 angka
kesakitan pada usia 55 tahun keatas adalah 25,7% pada SKRT 1986 menurun menjadi 15,1%
sedangkan hasil SKRT 1995, anka kesakitan pada usia 45-49 tahun sebesar 11,6% dan angka
kesakitan pada usia diatas 60 tahun sebesar 9,2%. Prevalensi anemia pada usia 55-64 tahun
sebesar 51,5% dan pada usia lebih dari 65 tahun 57,9%. Dalam kurun waktu 10 tahun (1976-
1986) penyakit jantung dan pembuluh darah berkembang menjadi penyebab ketiga dari
kematian umum, dengan prevalensi dari 1,1 per 1000 penduduk pada tahun 1976 menjadi 5,9
per 1000 penduduk pada tahun 1986.
Disamping permasalahan tersebut diatas, sebagaimana telah diuraikan pada “latar
belakang”, kita masih mengahadapi berbagai masalah yang harus ditanggapi dan diselesaikan
dengan sebaik-baiknya dimasa datang antara lain:
- Kualitas lanjut usia yang rendah ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan.
Bahkan 50% penduduk lanjut usia tidak pernah memperoleh pendidikan formal.

Page 2
- Dukungan sosial yang belum memadai karena kemampuan keuangan negara yang
masih terbatas dan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia yang masih rendah.
Dilain pihak dari sisi pemberdayaan masyarakat, pembentukan Kelompok Lanjut Usia
baru terbatas di Desa/ Kelurahan Ibu Kota Kabupaten/ Kota dan Kecamatan tentu saja,
saementara kegiatannya pun baik jumlah maupun kualitasnya sangat bervariasi antara
kelompok satu dengan kelompok lainnya. Keadaan ini dapat dimaklumi, setiap daerah
mempunyai kebutuhan yang berbeda dan ketersedian sumber daya yang tidak merata, serta
belum adnya pedoman/acuan bagi petugas lapangan dalam melaksanakan kegiatanyang
berkaitan dengan pembinaan kesehatan lanjut usia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesehatan lanjut usia
2. Tujuan Khusus
- Tersedianya pedoman pelayanan kelompok Lanjut Usia dibidang kesehatan
sebagai acuan bagi petugas kesehatan
- Meningkatnya kemudahan bagi lanjut usia dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan lanjut usia, khususnya aspek penigkatan dan pencegahan tnpa
mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan
C .Sasaran Pedoman
Sasaran pelayanan Upaya Kesehatan Usia Lanjut meliputi seluruh masyarakat
yang berusia lanjut di wilayah kerja Puskesmas Rensing yang berumur 45-49 tahun (Pra
lansia), 60-69 tahun (lanjut usia), >70 tahun (lanjut usia resiko tinggi)

D. Ruang Lingkup Pelayanan kesehatan Usila


Pelayanan Kesehatan Usila meliputi :
1. Kegiatan Pelayanan Usila di dalam gedung Puskesmas
Adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pada usia lanjut didalam gedung
puskesmas yang meliputi penyuluhan . pengobatan ,dan rujukan.
2. Kegiatan Pelayanan Usila di luar gedung Puskesmas
Adalah Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar gedung puskesmas yang
meliputi posyandu usila,penyuluhan ,dan rujukan

Page 3
E .Batas Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyakarat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

2. Pelayanan Usila adalah pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut yang dilakukan di
luar puskesmas.

3. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi / pemeriksaan kesehatan yang
terdiri dari usia lanjut.

Page 4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya kesehatan yang ada di
Puskesmas Rensing :
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
Upaya Kesehatan Usia Pendidikan S1 Ners Diampu oleh 1 orang dengan
Lanjut latar belakang pendidikan
S1 Ners

B. Disitribusi Ketenagaan
Penanggung jawab program Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan latar belakang
profesinya adalah sebagai berikut:
Kegiatan Petugas Profesi
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas Dewi Hariati S1 Ners
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Rensing Sriningsih S1 Ners
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Rensing Raya Mistah Saylendra DIII Perwat
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Gunung Rajak Roslina S1 Ners
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Bungtiang Patniati DIII Perawat
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Bayemare Patniwati DIII Perawat
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Pengkelak Mas Eka Febriana DIII Perawat
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Gadung Mas Eka Febriana DIII Perawat
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Gerisak Eka Febriana DIII Perawat
Smanggleng
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Pematung Roslina S1 Ners
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Jero Gunung Roslina S1 Ners
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Rensing Bat Sriningsih S1 Ners
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Tanak Kaken Nurasyah jamil DIII perawat
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Mengkuru Nurasyah Jamil DIII perawat
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Sukarara Dewi Hariati S1 Ners
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Pejaring Dewi Hariati S1 Ners
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Kembang Are Eka Febriana DIII perawat

Page 5
Sampe
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa Montong Beter Mistah saylendra DIII perawat

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri bulanan/ lintas sektor
dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk kangka waktu satu tahun, dan di break
down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan sebelum
pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan dikoordinasikan
oleh Kepala Puskesmas Rensing

BAB III

Page 6
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Pelayanan Usia Lanjut dilakukan di semua desa di wilayah puskesmas Rensing.
Bahkan ada yang lebih dari satu tempat di sebuah desa.

B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya kesehatan usia lanjut Puskesmas
Rensing memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Sarana- prasarana
Usia lanjut
- Meja, kursi
- Alat tulils
- Buku Register dan Buku Pencatatan kegiatan
- Timbangan
Posyandu Lansia - Microcoice/ pengukur tinggi badan
- Stetoskop
- Tensimeter
- KMS lansia
-BPPK Lanjut Usia (Buku Pedoman
Pemeliharaa Kesehatan ).

- Leaflet
Penyuluhan - Poster
- Alat peraga penyuluhan

BAB IV

Page 7
TATALAKSANA PELAYANAN UPAYA KESEHATAN USIA LANJUT
(USILA)

A. Lingkup Kegiatan
1. Menyelenggarakan paket pembinaan bagi kelompok usia lanjut umur 45 – 59 tahun
yang meliputi penyuluhan ( KIE ) dan pelayanan kesehatan ,gizi maupun psiko sosial
agar dapat mempersiapkan diri menghadapi masa tua.Umur 60 – 69 tahun agar dapat
mempertahankan kesehatannya agar tetap produktif . Umur 69 tahun keatas atau Usila
dengan resiko tinggi agar dapat selama mungkin mempertahankan kemandiriannya
2 Menyelenggarakan pembinaan melalui upaya penyuluhan ( KIE ) dalam rangka
meningkatkan pengetahuan ,kemampuan, dan ketrampilan pada keluarga,masyarakat,
termasuk organisasi masyarakat dalam menangani masalah kesehatan Usila.
3. Pembinaan ketenagaan ,berupa peningkatan kemampuan teknis dan managemen bagi
pengelola dan pelaksana termasuk kader kesehatan, kelompok di masyarakat,dan
pelayanan professional lainnya dengan pemenuhan standart pelayanan , menerapkan
kendali mutu,serta prosedur tetap pelayanan,pembinaan dukungan pendanaan program
,pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan melalui pengembangan ilmu,teknologi tepat guna dan penelitian.
4. Peningkatan dukungan politis bagi upaya pembinaan kesehatan usia lanjut dengan
mendayakan peraturan perundang undangan yang mendukung dan menyebarluaskan
informasi ,arahan, dan kerjasama lintas program , lintas sektor,dalam upaya
pembinaan kesehatan usia lanjut.

B. Metode
Pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan sebagai berikut dengan :
1. Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dalam
perencanaan puskesmas.
2. Menyesuaikan dengan kegiatan pokok lainnya dalam lokakarya mini
puskesmas.
3. Menyesuaikan kondisi dan kebutuhan setempat.
4. Mendorong terwujudnya peranserta masyarakat melalui lembaga swadaya
masyarakat , PKK, organisasi sosial atau potensi lain yang ada.
C. Langkah Kegiatan

Page 8
1. Perencanaan ( P1 )
a. Diseminasi informasi pembinaan kesehatan usia lanjut kepada staf puskesmas.
b. Membuat kesepakatan diantara staf puskesmas tentang penatalaksanaan.
c. Melakukan bimbingan dan pelatihan kepada staf puskesmas.
d. Membuat rencana kegiatan yang diintegrasikan dalam rencana tahunan puskesmas (
pengumpulan data dasar, membuat peta lokasi dan masalahnya, membuat rencana
kegiatan sesuai masalah ).
e. Kerja sama dengan lintas sektor untuk member informasi dan menjelaskan
perannya.
f. Melakukan Survey Mawas Diri bekerja sama dengan sektor terkait.
g. Melakukan musyawarah dengan masyarakat tentang upaya yang akan dilakukan.
h. Membentuk kelompok kerja.
i. Melakukan pembinaan teknis bersama sektor terkait.
j. Mendorong pembentukan dan pembinaan usia lanjut di masyarakat secara mandiri.

2. Pelaksanaan ( P2)
a. Kegiatan Promotif.
Bertujuan meningkatkan gairah hidup usia lanjut agar merasa tetap dihargai dan
berguna.misal penyuluhan dan senam .
b. Kegiatan Preventif.
Bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi
yang diakibatkan oleh proses degenerative ( lewat KMS dan Buku Pemantauan
Kesehatan Pribadi Lanjt Usia ).
c. Kegiatan kuratif.
Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan .
d. Kegiatan Rehabilitatif.
Upaya yang dilakukan bersifat medic,psikososial,edukatif, dan pengembangan
ketrampilan .
e. Kegiatan Rujukan.
Upaya yang dilakukan untuk mendapat pelayanan kuratif dan rehabilitative yang
memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan ke fasilitas yang lebih lengkap.

3. Pemantauan dan Pembinaan ( P3)

Page 9
Pemantauan dan pembinaan kesehatan usia lanjut dilakukan melalui pencatatan dan
pelaporan yang sesuai dengan simpus atau melalui pengamatan
langsung.Pencatatan juga dialaksanakan untuk melihat keberhasilan
kegiatan ,dengan menggunakan format pencatatan kegiatan pelayanan untuk
memantau kemajuan kegiatan.
Pemantauan dapat digunakan untuk mengendalikan proses pelaksanaan agar sesuai
rencana, mengendalikan hubungan antar petugas lintas program dan lintas sektor
agar saling mendukung dan tidak tumpang tindih.

4. Penilaian dan Pengembangan


Penilaian kegiatan dilakukan dengan :
a. Memanfaatkan data hasil pencatatan dan pelaporan rutin atau berkala, yang
meliputi aspek masukan, proses, dan luaran.
b. Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan untuk mengetahui
kemajuan dan hambatan yang ada.
c. Study atau penelitian kusus untuk mengetahui kegiatan yang sudah dilakukan.
Pengembangan kegiatan yang dilakukan :
a. Peningkatan mutu pelayanan meliputi fasilitas, teknologi, tenaga, peningkatan
suvervisi, pelatihan dan penggalangan peran serta masyarakat serta pemanfaatan
sumberdaya.
b. Memperluas jangkauan pelayanan, menambah jenis pelayanan ,dan jumlah tenaga
pelaksana.

BAB V
Page 10
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan
sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan usia lanjut
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan
tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi :
- Tensimeter
- Timbangan Berat Badan
- Mikrotois
- Stetoskop
- Leaflet
- Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Upaya kesehatan Lanjut
Usia berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator kesehatan usi
lanjut berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya
puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action).

BAB VI

Page 11
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada
petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena
masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak
program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara
lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat
perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang
mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang
mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan.
BAB VII

Page 12
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil
kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta
penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana
dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas
terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas
kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk
itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan
desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi
tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar,
mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang
benar.

BAB VIII

Page 13
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga
agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

BAB IX

Page 14
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan upaya kesehatan usia lanjut ini dibuat untuk memberikan
petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas Rensing
penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih
memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional.
Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan
yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan
upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan
dari kebijakan yang telah ditentukan.

Penanggung Jawab Program Lansia


UPTD Puskesmas Rensing

Sriningsih S. Kep Ners


Nip. 19760525 2002 12 2 006

Page 15

Anda mungkin juga menyukai