LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari program pembangunan secara
keseluruhan. Posyandu lansia (kelompok usia lanjut) merupakan salah satu pengembangan
dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia (lanjut usia) yang
penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia
(lanjut usia), keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Posyandu lansia adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat
atau UKBM yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu
sendiri khususnya pada penduduk usia lanjut. Pengertian usia lanjut adalah mereka
yang telah berusia 60 tahun ke atas. Oleh karena itu, posyandu lansia merupakan pos
pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati dan digerakkan oleh masyarakat, dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan.
PERMASALAHAN
a. kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan khusunya untuk lansia (kelompok lanjut usia)
di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan lansia.
b. Jarak pelayanan kesehatan khususnya untuk lansia yang jauh dan sulit dijangkau serta
kurangnya peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan antara
masyarakat yang termasuk kelompok lansia (usia lanjut).
PERENCANAAN
- Pengajuan usulan kegiatan melalui lokakarya mini yang ditetapkan dalam Rancangan
Usulan Kegiatan dan ditindaklanjuti dengan penyusunan jadwal dalam planning of action
(POA).
- Sosialisasi kepada petugas yang terkait dengan kegiatan Posyandu lansia yaitu para bidan
desa, tenaga pendamping di desa, para kader dan para lansia yang ada di wilayah
Puskesmas Kedaton.
- Pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia disesuaikan POA yang ada dan situasi serta
kondisi yang ada di lokasi Posyandu Lansia.
- Pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia menggunakan sistem pelayanan
3 meja
- Menentukan Sasaran Posyandu Lansia :
PEMILIHAN INTERVENSI
Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah
kesehatan yang dihadapi.
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti
tercantum dalam Peraturan Pemerintah adalah :
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,
seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus).
7. P m e r ik s a a n a danya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
pe ny a k it g i n ja l.
awal adanya
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan giz i
lanjut usia dan kegiatan olahraga, seperti senam lanjut usia, serta gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.
PELAKSANAAN
Pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia menggunakan sistem pelayanan
3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran , dan penimbangan berat badan dan atau tinggi
badan.
2. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT).
Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di
meja II ini.
3. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana
penunjang, yaitu tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan
kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi
badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, serta
Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
Diperlukan keaktifan peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan Posyandu
karena Posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan ditujukan untuk
kepentingan umum. Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan
yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan
kesehatan dasar. Untuk mewujudkan tujuan posyandu tersebut maka perlu dibarengi dengan
mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas oleh kader posyandu baik untuk posyandu
balita maunpun posyandu lansia.
PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia antara lain
:
1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia akan
manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-
harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan
tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan
yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak posyandu
yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami
kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik
tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor
keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah
untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah
yang lebih
serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari
terbentuknya
motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk
datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat
atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau
mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan
berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
4. Pengaruh sikap petugas posyandu terhadap masyarakat. Penilaian pribadi atau sikap yang
baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung
untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini
dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi
terhadap
suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan
cara- cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki
adanya suatu respons.
POSYANDU BALITA
LATAR BELAKANG
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur, maka pembangunan dilakukan
di segala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam
kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan khusunya
untuk ibu dan anak. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan
dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional.
Hal ini merupakan suatu upaya yang besar sehingga tidak dapat dilaksanakan hanya oleh
pemerintah melainkan perlu peran serta masyarakat. Untuk mempercepat angka
penurunan tersebut diperlukan keaktifan peran serta masyarakat dalam mengelola dan
memanfaatkan posyandu karena posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh
masyarakat, dan ditujukan untuk kepentingan umum. Dimana kegiatan tersebut
dilaksanakan oleh kader- kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar.
Posyandu (pos pelayanan terpadu) balita adalah kegiatan yang dilakukan oleh, dari, dan untuk
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khusunya
kesehatan ibu dan anak dalam suatu wilayah tertentu. Posyandu didirikan karena dapat
memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK
sekaligus dengan pelayanan KB. Oleh sebab itu, posyandu dari masyarakat untuk masyarakat
dan oleh masyarakat dibimbing petugas kesehatan, sehingga menimbulkan rasa memiliki
masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana.
PERMASALAHAN
PERENCANAAN
1. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti :
a. Pos penimbangan balita
b. Pos immunisasi
c. Pos keluarga berencana desa
d. Pos kesehatan
2. Pelaksanaan Posyandu
a. Pelaksana kegiatan posyandu adalah anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas.
b. Pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang
berasal dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader
kesehatan yang ada di wilayah tersebut.
Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 meja yaitu:
• Imunisasi
• Pemberian vitamin A dosis tinggi.
• Pembagian pil KB atau kondom.
• Pengobatan ringan.
• Konsultasi KB.
Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V merupakan meja pelayanan medis.
PEMILIHAN INTERVENSI
1. Kesehatan Ibu dan Anak
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi,
anak balita dan anak prasekolah.
b. Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena
kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan
tambahan
3. Immunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan
campak 1x pada bayi.
4. Peningkatan gizi
a. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
b. Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori
cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang
menyusui.
c. Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun
5. Penanggulangan Diare
Penyediaan oralit di posyandu (Dinas Kesehatan RI. 2006: 127). Melakukan rujukan pada penderita diare
Sasaran Posyandu
- Bayi berusia kurang dari 1 tahun
- Anak balita usia 1 sampai dengan 5 tahun
- Ibu hamil
- Ibu menyusui
- Ibu nifas
- Wanita usia subur
PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Rabu, 16 Oktober 2019
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Puskesmas Kedaton
Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN. S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS. D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik Keberhasilan Posyandu berdasarkan:
PROLANIS
LATAR BELAKANG
PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) merupakan suatu sistem pelayanan
kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan
peserta, Fasilitas Kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi
peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Sasaran dari Pronalis adalah seluruh peserta BPJS penyandang penyakit kronis (Diabetes
Melitus tipe II dan Hipertensi). Prolanis mendorong peserta penyandang penyakit kronis
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang
berkunjung ke Faskes Tingkat Pertama memliki hasil “baik” pada pemeriksaan spesifik
terhadap penyakit DM tipe II dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga
mencegah timbulnya komplikasi penyakit.
Terdapat 347 juta orang di dunia mengidap DM tipe 2. Penyakit ini menjadi penyebab
kematian utama peringkat 7 pada tahun 2030. Indonesia masuk 10 negara terbesar penderita
Diabetes Melitus di dunia. Tepatnya, posisi Indonesia ada di nomor 7 (tujuh) dengan jumlah
penderita sebanyak 8,5 juta orang. Di posisi teratas, ada Cina (98,4 juta jiwa), India (65,1 juta
jiwa), dan Amerika (24,4 juta jiwa).
Di wilayah kerja Puskesmas Ranap Inap Kedaton, angka kejadian penyakit hipertensi dan
DM tipe 2 masih tinggi. Pada tahun 2018, wilayah kerja memiliki jumlah penduduk 51.795
jiwa yang terbagi menjadi 7 (tujuh) kelurahan. Dari jumlah tersebut, terdapat penderita
hipertensi sebanyak 6.910 jiwa dan penderita DM tipe 2 4.271 jiwa. Kegiatan Prolanis
dilakukan di Pusekesmas Rawat Inap Kedaton dengan jumlah peserta mengalami kenaikan
setiap bulan. Oleh karena itu, pentingnya kegiatan Prolanis ini dilakukan di wilayah
Puskesmas Rawat Inap Kedaton untuk megoptimalkan kualitas hidup penyandang penyakit
kronis.
PERMASALAHAN
1. Konsultasi Medis
Dilakukan dengan cara konsultasi medis antara peserta Prolanis dengan tim medis, jadwal
konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola.
- Peserta tidak hadir terapi di Dokter praktek perorangan / Klinik / Puskesmas selama 3
bulan berturut – turut.
- Peserta dengan GDP/GDPP dibawah standar 3 bulan berturut – turut, - Peserta dengan
tekanan darah tidak terkontrol 3 bulan berturut – turut.
- Peserta pasca opname.
PELAKSANAAN
Pelaksanaan PROLANIS :
Petugas :
- dr. Nurmala
- dr. Riska Permata Sari
- Ibu Uni
MONITORING & EVALUASI
Monitoring
1 dokter umum
1 dokter internship
Evaluasi :
1. Pelaksanaan kegiatan Prolanis di Puskesmas Rawat Inap Kedaton sudah cukup baik.
2. Pada kegiatan Prolanis di Puskesmas Kedaton ini terdiri dari 3 macam kegiatan,
dimana pada pelaksanaannya hanya dilakukan oleh 1 perawat dengan jumlah peserta
Prolanis yang cukup banyak. Serta, pada pelaksanaan konsultasi medis yang kurang
baik dalam pengarahan interaksi antara peserta Prolanis dengan dokter. Sehingga
membingungkan peserta Prolanis dan petugas kesehatan.
3. Sebagai saran, sebaiknya menambah petugas perawat yang bertanggung jawab agar
tidak kesulitan dalam proses pelaksanaan prolanis. Serta, sebaiknya memberikan
pengaturan antara pasien yang belum diperiksa dan pasien yang kembali dari
pemeriksaan laboratorium.