Anda di halaman 1dari 3

Nama : Widya Sandy Pratiwi

NIM : 202322047
Prodi : Alih Jenjang S1 Kebidanan
Mata Kuliah : Komunitas Kebidanan
Dosen Pengampu : Suparmi, S.SiT., M.Keb
Tugas :

ANALISIS JURNAL MASALAH-MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS


(Studi di UPTD Puskesmas Trimoharjo)

Judul Jurnal : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu Dengan Pemanfaatan


Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayu Kunyit Kabupaten Bengkulu
Selatan
Penulis : Lika Liana, Vevi Gusnindarsiah, Marsimin, Gusni Rahmarianti
Tahun Terbit : 2023
Referensi : Liani, L., Gusnidarsih, V., Marsimin, M., & Rahmarianti, G. (2023).
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu Dengan Pemanfaatan
Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kayu Kunyit Kabupaten Bengkulu
Selatan. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(2), 85-90.

Posyandu merupakan pusat pelayanan kesehatan paling awal bagi balita, namun
kenyataannya di posyandu warga masyarakat sendiri masih banyak yang tidak
memanfaatkan posyandu untuk memantau tumbuh kembang balitanya dengan alasan sibuk
sehingga tidak sempat membawa balitanya ke posyandu dan kurangnya pengetahuan tentang
pentingnya pemantauan tumbuh kembang pada balita. Tingkat pengetahuan seseorang
banyak mempengaruhi perilaku individu, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan
seorang ibu tentang manfaat posyandu, maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk
berperan serta dalam program posyandu, pengetahuan tentang posyandu yang rendah akan
menyebabkan rendahnya tingkat kesadaran ibu yang memiliki balita untuk berkunjung ke
posyandu sebagai pusat pelayanan tersebut.

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (2021) menyebutkan bahwa di


Provinsi Bengkulu pada tahun 2020 jumlah posyandu mencapai 2.137 dengan 829 posyandu
aktif, dimana persentase tertinggi di Bengkulu Selatan sebanyak 109 posyandu (52.7%) dan
terendah di Kaur sebanyak 13 posyandu (6.2%) (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu 2021)
sedangkan di Bengkulu Selatan khususnya dari 199 posyandu, capaian posyandu aktif
sebanyak 163 (81.90%) posyandu (Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan).
Tentunya hal ini diakibatkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan
kesehatan di Posyandu sangat berpengaruh terhadap intensitas kunjungannya ke Posyandu
karena pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi dari perilaku seseorang,
sehingga jika pengetahuan masyarakat terhadap Posyandu kurang maka perilaku orang
tersebut juga sama dengan tingkat pengetahuannya. Beberapa dampak yang dialami balita,
bila ibu balita tidak aktif dalam kegiatan posyandu antara lain adalah tidak mendapatkan
penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan balita yang normal, tidak mendapatkan vitamin
A untuk kesehatan mata balita dan ibu balita tidak mendapatkan pemberian dan penyuluhan
tentang makanan tambahan (PMT). Selain itu, dengan aktif dalam kegiatan posyandu ibu
balita dapat memantau tumbuh kembang balitanya.

Data profil kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2020 menunjukkan bahwa
dari 10.149 balita, jumlah balita ditimbang yaitu sebanyak 1.064 balita (73.1%) dengan
cakupan tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Kedurang yaitu sebanyak 127 balita,
sedangkan Puskesmas Kayu Kunyit berada di posisi kedua terakhir cakupan penimbangan
balita terendah yaitu sebanyak 89 balita dan terakhir di wilayah kerja Puskesmas M. Thaha
sebanyak 76 balita (Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan 2021). Berdasarkan
survey awal yang peneliti lakukan terhadap 10 orang ibu yang mempunyai balita di wilayah
kerja Puskesmas Kayu Kunyit diketahui 6 orang ibu (60%) mengetahui manfaat mengikuti
kegiatan posyandu namun hanya 3 orang ibu yang membawa balitanya secara rutin ke
posyandu sedangkan 3 orang ibu lainnya tidak.

Menurut teori Notoatmodjo (2014) pengetahuan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tindakan seseorang, jika memiliki pengetahuan baik akan berbanding lurus
dengan tindakannya dalam hal kesehatan, namun teori ini berbanding terbalik dengan hasil
survey awal yang peneliti lakukan dimana meskipun terdapat banyak ibu yang mengetahui
manfaat mengikuti kegiatan posyandu namun banyak yang tidak membawa balitanya secara
rutin ke posyandu. Terkait dengan hal tersebut, hal ini juga terjadi pada Posyandu Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Trimoharjo dimana banyak ibu yg setelah anak nya telah
menyelesaikan jadwal pemberian imunisasi dasar sampai usia 9 bulan dan imunisasi booster
sampai usia 24 bulan, Ibu balita tidak mau hadir lagi ke posyandu. Padahal didalam
pelaksanaan posyandu balita harus mendapatkannya sampai usia 59 bulan pada balita
tersebut, karena dalam kegiatan posyandu bukan hanya memberikan imunisasi, akan tetapi
memantau tumbuh kembang balita sehingga miskonsepsi seperti ini harus dapat terus
ditanggulangi dan diselesaikan secara berkelanjutan dan komprehensif supaya pengetahuan
ibu mengenai bahwa imunisasi sampai 24 bulan dirasa cukup dapat dihilangkan dan
mengajak ibu untuk terus melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
dapat terus dilakukan di posyandu hingga usia 59 bulan.

Oleh karenanya, kolaborasi yang baik antara berbagai stalkholder seperti keluarga,
masyarakat dan para petugas pelayanan kesehatan dalam hal ini posyandu sangat diperlukan,
sebab pengetahuan ibu berhubungan dengan perilaku kunjungan posyandu balita, dan
pengetahuan yang baik maka akan berperilaku baik berkunjung ke posyandu. diluar kondisi
tersebut, usia dan pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan sehingga
mempengaruhi perilaku kunjungan ke posyandu balita karena dengan usia yang matang ibu
akan mudah menerima dan mencerna informasi yang di dapatkan serta dengan pendidikan
yang bagus sehingga luas pengetahuan yang didapatkan menjadi maksimal dan mampu
mengaplikasi kan hal tersebut dalam kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai