(SICEPAT SEHAT)
DISUSUN OLEH :
PENGAMPU MATERI :
A. Tidak Adanya Layanan Konsultasi Online Cepat dan Tepat Mengenai Kesehatan di
Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
Puseksmas merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan tingkat kesehatan
yang maksimal. Menurut Permenkes RI Nomor 43 TH 2019 puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih menguatamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya. Salah satu misi dari Puskesmas Sihepeng adalah
menyelenggarakan pelayananan kesehatan dasar yang bermutu, aman, memuaskan,
pfoserional, merata dan terjangkau. Mendapatkan pelayanan kesehatan berupa konsultasi
kesehatan merupakan salah satu hak pasien di puskesmas, menurut Permenkes RI tentang
Standar dan Instrumen Akreditasi Puskesmas edisi kedua versi Tahun 2020, masyarakat
sebagai penerima manfaat layanan harus mendapatkan kemudahan akses informasi tentang
hak dan kewajiban, jenis-jenis pelayanan yang bisa diberikan dan akses terhadap pelayanan
tersebut.
Salah satu prinsip penyelenggaran puskesmas adalah penggunaan teknologi yang tepat
guna, artinya puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang mudah di manfaatkan dan tidak
berdamapk buruk bagi lingkungan ( Permenkes RI Nomor 43 Th 2019 pasal 3). Perkembangan
teknologi di jaman sekarang sangatlah memberikan dampak besar di berbagai aspek, salah
satunya aspek kesehatan. Dengan adanya teknologi siapa saja bisa mengakses apa saja dimana
saja dan kapan saja. Pelayanan kesehatan seperti konsultasi kesehatan di Puskesmas Sihepeng
masih berlangsung secara tatap muka, setiap masyarakat yang membutuhkan konsultasi
kesehatan harus datang secara langsung ke puskesmas untuk mendapatkan informasi.
Kunjungan pasien di Puskesmas Sihepeng secara langsung juga mengalami penurunan, di
mana pada Januari : 1440 jumlah kunjungan, Februari : 1324 kunjungan, Maret : 1320
Kunjungan, April : 1224 kunjungan, dan Mei : 1199 kunjungan. Wawancara langsung yang
dilakukan kepada pengunjung didapatkan pengunjung mengatakan jarak puskesmas yang jauh,
antrian yang lama, jam pelayanan puskesmas yang sama dengan waktu bekerja mereka
1
membuat mereka cenderung malas ke puskesmas kecuali keluhan sakitnya sudah tidak
tertahankan lagi.
Berdasarkan data profil Puskesmas Sihepeng memiliki wilayah kerja yang cukup luas,
yaitu dengan 9 desa dan 1 kelurahan dengan posisi puskesmas berada di ujung salah satu desa.
Sehingga dibutuhkan suatu inovasi untuk dapat memaksimalkan fungsi puskesmas di seluruh
wilayah kerjanya. Di Puskesmas Sihpeng belum ada layanan cepat konsultasi kesehatan, hal
ini dapat di sebabkan karena belum adanya inovasi media pemberi layanan cepat konsultasi
kesehatan, SDM yang belum memadai untuk pembuatan media layanan konsultasi. Oleh sebab
itu rasanya sangat penting untuk dilakukan inovasi dalam layanan kosultasi kesehatan berbasis
teknologi. Pada isu yang penulis angkat kali ini terkait dengan subtansi Smart ASN dimana
diperlukannya penerapan teknologi untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan
konsultasi kesehatan.
2
C. Kurang Optimalnya Penggunaan APD di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing
Natal
Penggunaan APD dalam memberikan pelayanan kesehatan sangatlah penting. APD tidak
hanya melindungi yang memakai akan tetapi juga melindungi orang yang kontak dengan si
pemakai. Di Puskesmas Sihepeng sarana APD sudah cukup lengkap dan memadai untuk setiap
petugas, akan tetapi penggunaan APD belum terlalu optimal, masih ada beberapa petugas
kesahatan yang tidak menggunakan APD dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien dengan alasan, malas menggunakan dan tidak terbiasa. Jika hal ini tidak ditanggulangi
maka kejadian Healt Care Asosiated Infektion (HAIS) akan meningkat terutama di masa
pandemi seperti ini. Hal ini akan menimbulkan kerugian bagi petugas ataupun pasien yang
mendapatkan pelayanan kesehatan. Penggunaan APD merupakan tindakan pencegahan
penyebaran penyakit yang paling utama. Isu ini memiliki keterkaitan dengan Managemen ASN
dimana pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional maka ASN
harus mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai ASN dengan penuh
pengabdian serta bertanggung jawab.
3
pasien dengan penyakit tidak menular kronis harus mempunyai kemampuan merawat dirinya
secara mandiri (self-care).
Di tingkat komunitas telah diinisiasi pembentukan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
penyakit tidak menular merupakan salah satu suatu unit terkecil dari kegiatan puskesmas
kegiatan puskesmas dimana dapat dilakukan pemeriksaan/pelayanan berkala setiap satu bulan
sekali atau lebih, dimana dilakukan deteksi dini faktor risiko, penyuluhan dan kegiatan
bersama komunitas. Berdasarkan pengalaman selama menjalankan tugas sebagai Perawat di
Puskesmas Sihepeng, saya menemukan beberapa masalah yang sedang berkembang salah
satunya yaitu belum optimalnya pelaksanaan posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas
Sihepeng dan kurangnya pemahaman kader tentang pelaksanaan Posbindu PTM. Kinerja
tenaga kesehatan dapat optimal dalam kegiatan pembinaan, bila ada ikut serta peran dan
kontribusi dari kader. Jadi, dalam hal ini untuk terwujudnya peningkatan kesehatan masyarakat
yang lebih optimal, efektif lebih optimal, efektif dan efisien di wilayah kerja Puskesmas
Sihepeng, maka diperlukan optimalisasi posbindu PTM sebagai upaya peningkatan kesehatan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng. Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai dasar
ASN, yaitu mengenai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
korupsi. Lima nilai dasar ini dikenal dengan ANEKA. Sehingga, ASN di tempat kerja mampu
menginternalisasi, menerapkan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi).
E. Belum Adanya Penerapan Timbang Terima Pasien (Hand Over) di Ruang Rawat Pasca
Bersalin di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
Pelaksanaan kegiatan di puskesmas baik UKM maupn UKP dilakukan oleh tenaga
kesehatan professional sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Perawat adalah
salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan dalam hal tersebut. Menurut Permenkes nomor
43 tahun 2017, bahwa salah satu tupoksi perawat adalah melakukan komunikasi efektif dalam
pemberian asuhan keperawatan, salah satunya yaitu melalui penerapan timbang terima pasien
(Hand Over) antar sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Selain itu kegiatan timbang
terima ini juga merupakan salah satu tugas dan fungsi perawat yang tertuang dalam Permenpan
RB No 35 Tahun 2019 tentang tugas jabatan fungsional perawat kategori keahlian yaitu
melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitas kesehatan.
Puskesmas Sihepeng memiliki pelayanan rawat jalan dan rawat inap khusus persalinan.
Dalam memberikan pelayanan rawat inap, ada beberapa tupoksi perawat yang sangat penting
4
dilakukan yaitu penerapan timbang terima pasien (Hand Over). Menurut Permenkes nomor 43
tahun 2017, bahwa salah satu tupoksi perawat adalah melakukan komunikasi efektif dalam
pemberian asuhan keperawatan, salah satunya yaitu melalui penerapan timbang terima pasien
(Hand Over). Berdasarkan pengalaman yang dirasakan langsung oleh penulis didapatkan tidak
adanya timbang terima pasien (Hand Over) selama dilakukannya proses perawatan pada
pasien.
Timbang terima (Hand Over) adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab
utama untuk memberikan perawatan kliniks kepada pasien dari perawat ke perawat yang lain
(Nursalam, 2015). Komunikasi pada saat melakukan operan jaga (Hand Over) harus
menggunakan suatu standar yang strategis yaitu dengan menggunakan metode komunikasi
SBAR. SBAR adalah singkatan dari Situation, Background, Assessment, Recommendation;
suatu teknik yang dapat digunakan untuk memfasilitasi komunikasi yang cepat dan tepat.
Model komunikasi ini semakin populer di lingkungan perawatan kesehatan, terutama di antara
profesi seperti dokter dan perawat. Timbang terima pasien dengan metode komunikasi SBAR
bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan tetapi juga untuk meningkatkan
pemberian informasi yang akan mengurangi kejadian medical error. Dengan adanya
penerapan timbang terima pasien (Hand Over) menggunakan metode SBAR sangat berkaitan
dengan manajemen ASN dan Smart ASN. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya perawat
memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan,melaksanakan nilai-nilai
dalam manajemen ASN.
5
BAB II
IDENTIFIKASI ISU DAN PENETAPAN ISU
A. Perumasan Isu
Tabel 1
Perumasan Isu
6
B. Penetapan Isu
Dalam hal penentapan isu, maka perlu dilakukan suatu pengujian dengan melakukan salah satu metode yaitu APKL (Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, dan Layak.
1. Aktual, yaitu isu benar-benar terjadi, sedang hangat dibicarakan di masyarakat.
2. Problematik,yaitu isu memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya segera mungkin.
3. Kekhalayakan, yaitu isu menyangkut hajat hidup orang banyak.
4. Layak, isu yang masuk akal, realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif solusinya.
Tabel 2
Penetapan Isu Dengan Analisis Metode APKL
No Isu A P K L Keterangan
1. Tidak adanya layanan konsultasi online cepat dan tepat mengenai kesehatan di √ √ √ √ Memenuhi
Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
2. Belum adanya pencatatan dan pelaporan yang terstruktur terkait pemberian √ √ √ Memenuhi
√
pengobatan lanjut VAR di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
3. Kurang optimalnya penggunaan APD di Puskesmas Sihepeng Kabupaten √ √ √ Memenuhi
√
Mandailing Natal
4. Kurang optimalnya Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng √ √ √ Memenuhi
√
Kabupaten Mandailing Natal
5. Belum adanya penerapan timbang terima pasien (Hand Over) di ruang rawat √ √ √ Memenuhi
√
pasca bersalin di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
Sumber : Analisis Penulis (2022)
7
C. Validasi Isu Dengan Metode USG
Teknik USG (Urgency, Seriousness, Growth) digunakan untuk menganalisis penyebab dari core isu yang diangkat pada rancangan
aktualisasi kali ini. Metode dengan menggunakan Teknik USG ialah dengan menentukan tingkat Urgensi (Urgency), Keseriusan
(Seriousness), dan Perkembangan Isu (Growth). Teknik USG menggunakan rentang nilai 1-5, dimana semakin tinggi nilai urgensi,
keseriusan dan perkembangan isu maka semakin tinggi nilai yang didapat pada masing-masing unsur. Penjelasan mengenai poin-
point pada teknik USG adalah:
1. Urgency (U), yaitu dapat dilihat dari ketersediaan waktu, mendesak atau tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness (S), yaitu dengan melihat dampak dari masalah terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap sebuah keberhasilan,
dan apakah membahayakan kepada sistem atau tidak.
3. Growth (G), yaitu melihat apakah permasalahan tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga menyebabkan dampak yang
buruk atau sulit dicegah.
Tabel 3
Deskripsi Nilai Interval
No Deskripsi 1 2 3 4 5
1 Urgency (U) Tidak Mendesak Kurang Mendesak Cukup Mendesak Mendesak Sangat Mendesak
2 Seriousness Tidak Serius Kurang Serius Cukup Serius Serius Sangat Serius
(S)
3 Growth (G) Tidak Cepat Kurang Cepat Cukup Cepat Cepat Sangat Cepat
Memburuk Memburuk Memburuk Memburuk Memburuk
Sumber : Analisis Penulis (2022)
8
Tabel 4
Validasi Isu Dengan Metode USG
Kesimpulan : Jadi, top isu yang didapatkan setelah melawakan validasi dengan menggunakan metode USG adalah tidak adanya
layanan konsultasi online cepat dan tepat mengenai kesehatan di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal.
9
BAB III
PENETAPAN ISU TERPILIH DAN GAGASAN KREATIF
10
4. Membuat akun Whats App business dan Barcode Whats App layanan cepat konsultasi
kesehatan masyarakat.
Akun Whats App Business yang dibuat merupakan nomor yang bisa dihubungi masyarakat
untuk mengakses layanan Sicepat Sehat. Akun ini dibuat dalam bentuk barcode yang bisa
dipindai dengan mudah oleh masayarakat untuk terhubung dengan layanan Sicepat Sehat
5. Membuat SK penanggung jawab dan daftar petugas layanan cepat konsultasi kesehatan
SK (Surat Keputusan) penanggung jawab, berisikan keputusan pelaksanaan layanan Sicepat
Sehat oleh Kepala Puskesmas Sihepeng
6. Membuat media sosialisasi dan quisioner evaluasi layanan cepat konsultasi kesehatan
masyarakat
Media sosialisasi yang dipersiapkan berupa banner, brosur dan video layanan Sicepat sehat.
Quisioner dibuat sebagai alat ukur untuk menetukan evaluasi pelayanan Sicepat Sehat.
Quisioner ini dibagikan dalam bentuk link kepada para pengguna layanan,
7. Melakukan sosialisasi dan penerapan layanan cepat konsultasi kesehatan
Sosialisasi layananan ini dilakukan kepada para staf Puskesmas Sihepeng dan masyarakat
pengunjung Puskesmas Sihepeng. Kegiatan ini diringi dengan pembagian brosur kepada
masyarakat. Selain itu brosur juga dibagikan pada pengunjung IGD, serta di serahkan
kepada bidan desa untuk disebarkan di wilayah kerjanya. Kegiatan sosialisasi lainnya yang
dilakukan adalah menyebarkan video layanana Sicepat Sehat di Instagram, facebook dan
youtube Puseksmas Sihepeng. Selain itu video juga diitayangkan di televisi Puskesmas
Sihepeng.
8. Penerapan pemberian layanan Sicepat Sehat dilaksanakan setiap hari pada pukul 08.00-
15.00 WIB.
9. Melakukan evaluasi kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan berpedoman kepada analisisi quisioner dan hasil
notulen yang didapatkan dari sosialisasi bersama para staf Puskesmas Sihepeng
11
B. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)
Tabel 5
Analisis SWOT
Internal
Kekuatan Kelemahan
Eksternal
(Strengths) (Weaknesses)
Peluang Jumlah dokter umum : 5 orang Pegawai dan petugas medis
(Opportunities) Jumlah dokter gigi : 3 orang memili etos kerja yang relatif
Petugas admin : 5 orang kurang.
Pelayanan puskesmas tanpa Fasilitas penungjang di
tarif puskesmas kurang memadai
Puskesmas telah terakreditasi
Ancaman Puskesmas Sihepeng Lokasi puskesmas tidak
(Threats) merupakan faskes tingkat 1 strategis
yang memiliki kebijakan sesuai
peraturan daerah
Sumber : Analisi Penulis (2022)
12