Anda di halaman 1dari 13

LAYANAN KONSULTASI ONLINE CEPAT DAN TEPAT MENGENAI KESEHATAN

(SICEPAT SEHAT)

DISUSUN OLEH :

NAMA : NS. VERALIA, S.KEP


NIP : 199212112020122014

PENGAMPU MATERI :

IBU GADIS MELANI RUSLI, SH

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


REGIONAL SUMATERA UTARA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2022
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Tidak Adanya Layanan Konsultasi Online Cepat dan Tepat Mengenai Kesehatan di
Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
Puseksmas merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan tingkat kesehatan
yang maksimal. Menurut Permenkes RI Nomor 43 TH 2019 puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih menguatamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya. Salah satu misi dari Puskesmas Sihepeng adalah
menyelenggarakan pelayananan kesehatan dasar yang bermutu, aman, memuaskan,
pfoserional, merata dan terjangkau. Mendapatkan pelayanan kesehatan berupa konsultasi
kesehatan merupakan salah satu hak pasien di puskesmas, menurut Permenkes RI tentang
Standar dan Instrumen Akreditasi Puskesmas edisi kedua versi Tahun 2020, masyarakat
sebagai penerima manfaat layanan harus mendapatkan kemudahan akses informasi tentang
hak dan kewajiban, jenis-jenis pelayanan yang bisa diberikan dan akses terhadap pelayanan
tersebut.
Salah satu prinsip penyelenggaran puskesmas adalah penggunaan teknologi yang tepat
guna, artinya puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang mudah di manfaatkan dan tidak
berdamapk buruk bagi lingkungan ( Permenkes RI Nomor 43 Th 2019 pasal 3). Perkembangan
teknologi di jaman sekarang sangatlah memberikan dampak besar di berbagai aspek, salah
satunya aspek kesehatan. Dengan adanya teknologi siapa saja bisa mengakses apa saja dimana
saja dan kapan saja. Pelayanan kesehatan seperti konsultasi kesehatan di Puskesmas Sihepeng
masih berlangsung secara tatap muka, setiap masyarakat yang membutuhkan konsultasi
kesehatan harus datang secara langsung ke puskesmas untuk mendapatkan informasi.
Kunjungan pasien di Puskesmas Sihepeng secara langsung juga mengalami penurunan, di
mana pada Januari : 1440 jumlah kunjungan, Februari : 1324 kunjungan, Maret : 1320
Kunjungan, April : 1224 kunjungan, dan Mei : 1199 kunjungan. Wawancara langsung yang
dilakukan kepada pengunjung didapatkan pengunjung mengatakan jarak puskesmas yang jauh,
antrian yang lama, jam pelayanan puskesmas yang sama dengan waktu bekerja mereka

1
membuat mereka cenderung malas ke puskesmas kecuali keluhan sakitnya sudah tidak
tertahankan lagi.
Berdasarkan data profil Puskesmas Sihepeng memiliki wilayah kerja yang cukup luas,
yaitu dengan 9 desa dan 1 kelurahan dengan posisi puskesmas berada di ujung salah satu desa.
Sehingga dibutuhkan suatu inovasi untuk dapat memaksimalkan fungsi puskesmas di seluruh
wilayah kerjanya. Di Puskesmas Sihpeng belum ada layanan cepat konsultasi kesehatan, hal
ini dapat di sebabkan karena belum adanya inovasi media pemberi layanan cepat konsultasi
kesehatan, SDM yang belum memadai untuk pembuatan media layanan konsultasi. Oleh sebab
itu rasanya sangat penting untuk dilakukan inovasi dalam layanan kosultasi kesehatan berbasis
teknologi. Pada isu yang penulis angkat kali ini terkait dengan subtansi Smart ASN dimana
diperlukannya penerapan teknologi untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan
konsultasi kesehatan.

B. Belum Adanya Pencatatan dan Pelaporan Yang Terstruktur Terkait Pemberian


Pengobatan Lanjut VAR di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
Puskesmas Sihepeng merupakan salah satu puskesmas yang dipercaya sebagai pemberi
Vaksin Anti Rabies (VAR). Sehingga jika ada kejadian gigitan binatang di wilayah kerja
puskesmas bisa langsung dibawa ke Puskesmas Sihepeng. Berdasarkan data laporan bulanan
Rabies rata-rata kejadian gigitan binatang dalam sebulan yang berobat ke Puskesmas Sihepeng
sebanyak 3 orang yang membutuhkan VAR. Pemberian VAR terdiri atas 4 dosis dengan 3
siklus. Selama ini yang telah di terapakan setiap pasien yang datang setelah diberi vaksin untuk
pengobatan, dosis selanjutnya hanya di tulis di kertas resep dan tidak ada pencatatan dan
pelaporan yang terstruktur dari puskesmas, hal ini terjadi karena belum ada nya format
pencatatan dan pelaporan terstruktur pengobatan lanjut VAR. Jika hal ini tidak di atasi maka
akan menimbulkan resiko pemberian vaksin yang tidak tepat pada pengobatan selanjutnya
yang dapat membahayakan pasien. Pada isu yang penulis angkat kali ini terkait dengan
subtansi Smart ASN dimana dibutuhkannya inovasi baru pencatatan dan pelaporan agar lebih
terstruktur dan menurunkan kejadian yang tidak diinginkan terkait pemberian dosis vaksin
yang berlebih.

2
C. Kurang Optimalnya Penggunaan APD di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing
Natal
Penggunaan APD dalam memberikan pelayanan kesehatan sangatlah penting. APD tidak
hanya melindungi yang memakai akan tetapi juga melindungi orang yang kontak dengan si
pemakai. Di Puskesmas Sihepeng sarana APD sudah cukup lengkap dan memadai untuk setiap
petugas, akan tetapi penggunaan APD belum terlalu optimal, masih ada beberapa petugas
kesahatan yang tidak menggunakan APD dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien dengan alasan, malas menggunakan dan tidak terbiasa. Jika hal ini tidak ditanggulangi
maka kejadian Healt Care Asosiated Infektion (HAIS) akan meningkat terutama di masa
pandemi seperti ini. Hal ini akan menimbulkan kerugian bagi petugas ataupun pasien yang
mendapatkan pelayanan kesehatan. Penggunaan APD merupakan tindakan pencegahan
penyebaran penyakit yang paling utama. Isu ini memiliki keterkaitan dengan Managemen ASN
dimana pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional maka ASN
harus mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai ASN dengan penuh
pengabdian serta bertanggung jawab.

D. Kurang Optimalnya Posbindu PTM di wilayah Kerja Puskesmas Sihepeng Kabupaten


Mandailing Natal
Meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) secara signifikan akan menambah
beban masyarakat dan pemeritah, karena penanganannya membutuhkan waktu yang tidak
sebentar, biaya yang besar dan teknologi tinggi. Kasus PTM memang tidak ditularkan namun
mematikan dan mengakibatkan individu menjadi tidak atau kurang produktif namun PTM
dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko melalui deteksi dini.
Pada strategi ini, elemen penting dalam penguatan fasilitas pelayanan kesehatan
primer adalah adanya penugasan khusus berbasis tim untuk pelayanan penyakit tidak menular,
pengendalian faktor risiko, dan pembinaan kegiatan berbasis masyarakat secara efektif. Tim
yang dibantu oleh kader akan melakukan kunjungan rumah dan mensosialisasikan pentingnya
perilaku sehat dalam mendukung terwujudnya keluarga sehat. Penduduk yang mempunyai
risiko tinggi akan dirujuk ke fasilitas layanan kesehatan. Kader kesehatan juga akan melakukan
penyuluhan kepada keluarga pasien yang telah didiagnosa memiliki penyakit kronis tentang
pentingnya perubahan perilaku yang lebih sehat serta patuh pada pengobatan. Secara ideal,

3
pasien dengan penyakit tidak menular kronis harus mempunyai kemampuan merawat dirinya
secara mandiri (self-care).
Di tingkat komunitas telah diinisiasi pembentukan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
penyakit tidak menular merupakan salah satu suatu unit terkecil dari kegiatan puskesmas
kegiatan puskesmas dimana dapat dilakukan pemeriksaan/pelayanan berkala setiap satu bulan
sekali atau lebih, dimana dilakukan deteksi dini faktor risiko, penyuluhan dan kegiatan
bersama komunitas. Berdasarkan pengalaman selama menjalankan tugas sebagai Perawat di
Puskesmas Sihepeng, saya menemukan beberapa masalah yang sedang berkembang salah
satunya yaitu belum optimalnya pelaksanaan posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas
Sihepeng dan kurangnya pemahaman kader tentang pelaksanaan Posbindu PTM. Kinerja
tenaga kesehatan dapat optimal dalam kegiatan pembinaan, bila ada ikut serta peran dan
kontribusi dari kader. Jadi, dalam hal ini untuk terwujudnya peningkatan kesehatan masyarakat
yang lebih optimal, efektif lebih optimal, efektif dan efisien di wilayah kerja Puskesmas
Sihepeng, maka diperlukan optimalisasi posbindu PTM sebagai upaya peningkatan kesehatan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng. Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai dasar
ASN, yaitu mengenai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
korupsi. Lima nilai dasar ini dikenal dengan ANEKA. Sehingga, ASN di tempat kerja mampu
menginternalisasi, menerapkan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi).

E. Belum Adanya Penerapan Timbang Terima Pasien (Hand Over) di Ruang Rawat Pasca
Bersalin di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
Pelaksanaan kegiatan di puskesmas baik UKM maupn UKP dilakukan oleh tenaga
kesehatan professional sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Perawat adalah
salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan dalam hal tersebut. Menurut Permenkes nomor
43 tahun 2017, bahwa salah satu tupoksi perawat adalah melakukan komunikasi efektif dalam
pemberian asuhan keperawatan, salah satunya yaitu melalui penerapan timbang terima pasien
(Hand Over) antar sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Selain itu kegiatan timbang
terima ini juga merupakan salah satu tugas dan fungsi perawat yang tertuang dalam Permenpan
RB No 35 Tahun 2019 tentang tugas jabatan fungsional perawat kategori keahlian yaitu
melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitas kesehatan.
Puskesmas Sihepeng memiliki pelayanan rawat jalan dan rawat inap khusus persalinan.
Dalam memberikan pelayanan rawat inap, ada beberapa tupoksi perawat yang sangat penting

4
dilakukan yaitu penerapan timbang terima pasien (Hand Over). Menurut Permenkes nomor 43
tahun 2017, bahwa salah satu tupoksi perawat adalah melakukan komunikasi efektif dalam
pemberian asuhan keperawatan, salah satunya yaitu melalui penerapan timbang terima pasien
(Hand Over). Berdasarkan pengalaman yang dirasakan langsung oleh penulis didapatkan tidak
adanya timbang terima pasien (Hand Over) selama dilakukannya proses perawatan pada
pasien.
Timbang terima (Hand Over) adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab
utama untuk memberikan perawatan kliniks kepada pasien dari perawat ke perawat yang lain
(Nursalam, 2015). Komunikasi pada saat melakukan operan jaga (Hand Over) harus
menggunakan suatu standar yang strategis yaitu dengan menggunakan metode komunikasi
SBAR. SBAR adalah singkatan dari Situation, Background, Assessment, Recommendation;
suatu teknik yang dapat digunakan untuk memfasilitasi komunikasi yang cepat dan tepat.
Model komunikasi ini semakin populer di lingkungan perawatan kesehatan, terutama di antara
profesi seperti dokter dan perawat. Timbang terima pasien dengan metode komunikasi SBAR
bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan tetapi juga untuk meningkatkan
pemberian informasi yang akan mengurangi kejadian medical error. Dengan adanya
penerapan timbang terima pasien (Hand Over) menggunakan metode SBAR sangat berkaitan
dengan manajemen ASN dan Smart ASN. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya perawat
memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan,melaksanakan nilai-nilai
dalam manajemen ASN.

5
BAB II
IDENTIFIKASI ISU DAN PENETAPAN ISU
A. Perumasan Isu
Tabel 1
Perumasan Isu

No Isu Sumber Isu Penyebab Isu


Tidak adanya layanan konsultasi online cepat Pelayan Publik 1. Belum adanya inovasi media pemberi layanan
dan tepat mengenai kesehatan di Puskesmas cepat konsultasi kesehatan
1. Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal 2. SDM yang belum memadai untuk pembuatan
media layanan konsultasi
3. Sarana prasarana yang belum optimal
Belum adanya pencatatan dan pelaporan yang Pelayan Publik 1. Belum adanya SPO pencataan dan pelaporan
2. terstruktur terkait pemberian pengobatan pemberian VAR
lanjut VAR di Puskesmas Sihepeng 2. Belum adanya format pencatatan dan pelaporan
Kabupaten Mandailing Natal terstruktur pengobatan lanjut VAR
Kurang optimalnya penggunaan APD di Pelayan Publik 1. Kurangnya kesadaran petugas terhadap
3. Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing pentingnya pemakian APD
Natal 2. Kurangnya monitoring penggunaan APD oleh
PPI puskesmas
Kurang optimalnya Posbindu PTM di wilayah Pelayan Publik 1. Kurangnya pemahaman petugas dan kader
kerja Puskesmas Sihepeng Kabupaten tentang tentang Posbindu PTM
4. Mandailing Natal 2. Kurangnya evaluasi saat pelaksanaan Posbindu
PTM
3. Kurang efektifnya tata ruang pada pelaksanaan
Posbindu PTM
Belum adanya penerapan timbang terima Pelayan Publik 1. Belum adanya SPO Hand Over
5. pasien (Hand Over) di ruang rawat pasca 2. Belum adanya rekam medis rawat inap bersalin
bersalin di Puskesmas Sihepeng Kabupaten
Mandailing Natal
Sumber : Analisi Penulis (2022)

6
B. Penetapan Isu
Dalam hal penentapan isu, maka perlu dilakukan suatu pengujian dengan melakukan salah satu metode yaitu APKL (Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, dan Layak.
1. Aktual, yaitu isu benar-benar terjadi, sedang hangat dibicarakan di masyarakat.
2. Problematik,yaitu isu memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya segera mungkin.
3. Kekhalayakan, yaitu isu menyangkut hajat hidup orang banyak.
4. Layak, isu yang masuk akal, realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif solusinya.

Tabel 2
Penetapan Isu Dengan Analisis Metode APKL

No Isu A P K L Keterangan

1. Tidak adanya layanan konsultasi online cepat dan tepat mengenai kesehatan di √ √ √ √ Memenuhi
Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
2. Belum adanya pencatatan dan pelaporan yang terstruktur terkait pemberian √ √ √ Memenuhi

pengobatan lanjut VAR di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
3. Kurang optimalnya penggunaan APD di Puskesmas Sihepeng Kabupaten √ √ √ Memenuhi

Mandailing Natal
4. Kurang optimalnya Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng √ √ √ Memenuhi

Kabupaten Mandailing Natal
5. Belum adanya penerapan timbang terima pasien (Hand Over) di ruang rawat √ √ √ Memenuhi

pasca bersalin di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
Sumber : Analisis Penulis (2022)

7
C. Validasi Isu Dengan Metode USG
Teknik USG (Urgency, Seriousness, Growth) digunakan untuk menganalisis penyebab dari core isu yang diangkat pada rancangan
aktualisasi kali ini. Metode dengan menggunakan Teknik USG ialah dengan menentukan tingkat Urgensi (Urgency), Keseriusan
(Seriousness), dan Perkembangan Isu (Growth). Teknik USG menggunakan rentang nilai 1-5, dimana semakin tinggi nilai urgensi,
keseriusan dan perkembangan isu maka semakin tinggi nilai yang didapat pada masing-masing unsur. Penjelasan mengenai poin-
point pada teknik USG adalah:
1. Urgency (U), yaitu dapat dilihat dari ketersediaan waktu, mendesak atau tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness (S), yaitu dengan melihat dampak dari masalah terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap sebuah keberhasilan,
dan apakah membahayakan kepada sistem atau tidak.
3. Growth (G), yaitu melihat apakah permasalahan tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga menyebabkan dampak yang
buruk atau sulit dicegah.

Tabel 3
Deskripsi Nilai Interval

No Deskripsi 1 2 3 4 5
1 Urgency (U) Tidak Mendesak Kurang Mendesak Cukup Mendesak Mendesak Sangat Mendesak
2 Seriousness Tidak Serius Kurang Serius Cukup Serius Serius Sangat Serius
(S)
3 Growth (G) Tidak Cepat Kurang Cepat Cukup Cepat Cepat Sangat Cepat
Memburuk Memburuk Memburuk Memburuk Memburuk
Sumber : Analisis Penulis (2022)

8
Tabel 4
Validasi Isu Dengan Metode USG

No Isu U S G Total Prioritas


Tidak adanya layanan konsultasi online cepat dan tepat mengenai kesehatan di
1. Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal 24 1
• Belum adanya inovasi media pemberi layanan cepat konsultasi kesehatan 4 4 4
• Letak puskesmas yang tidak strategis 4 4 4
Belum adanya pencatatan dan pelaporan yang terstruktur terkait pemberian
pengobatan lanjut VAR di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal
2. • Belum adanya SPO pencataan dan pelaporan pemberian VAR 4 4 3 20 2
• Belum adanya format pencatatan dan pelaporan terstruktur pengobatan lanjut 3 3 3
VAR
Kurang optimalnya penggunaan APD di Puskesmas Sihepeng Kabupaten
3. Mandailing Natal 3
• Kurangnya kesadaran petugas terhadap pentingnya pemakian APD 3 4 4 20
• Kurangnya monitoring penggunaan APD oleh PPI puskesmas 3 3 3
Kurang optimalnya Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Sihepeng
4. Kabupaten Mandailing Natal 18 5
• Kurangnya evaluasi saat pelaksanaan Posbindu PTM 3 3 3
• Kurang efektifnya tata ruang pada pelaksanaan Posbindu PTM 3 3 3
Belum adanya penerapan timbang terima pasien (Hand Over) di ruang rawat pasca
5. bersalin di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal 19 4
• Belum adanya SPO Hand Over 3 4 3
• Belum adanya rekam medis rawat inap bersalin 3 3 3
Sumber : Analisis Penulis (2022)

Kesimpulan : Jadi, top isu yang didapatkan setelah melawakan validasi dengan menggunakan metode USG adalah tidak adanya
layanan konsultasi online cepat dan tepat mengenai kesehatan di Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal.

9
BAB III
PENETAPAN ISU TERPILIH DAN GAGASAN KREATIF

A. Gagasan Kreatif Isu


Dengan merujuk pada penyebab utama isu yang dianalisis menggunakan metode USG
seperti yang sudah di jelaskan diatas, maka gagasan kreatif yang akan dilakukan untuk
penyelesaian core isu tersebut adalah “Pembuatan Layanan Konsultasi Cepat dan Tepat
Mengenai Kesehatan (SICEPAT SEHAT) Berbasis Teknologi Melalui Media IT Di
Puskesmas Sihepeng Kabupaten Mandailing Natal”. Dengan dibuatnya layanan cepat
konsultasi kesehatan dan layanan pengaduan berbasis teknologi melalui media IT, masyarakat
dapat melakukan layanan konsultasi dan pengaduan di mana saja dan kapan saja secara praktis.
Penggunaan IT dalam kehidupan sehari-hari, bukan lah hal yang tabu lagi, banyak
perkerjaan menjadi lebih mudah dengan hasil yang maksimal didapatkan. Salah satu inovasi
yang dilakukan penulis dalam mengoptimalakan kinerja puskesmas adalah dengan pembuatan
layanan cepat konsultasi kesehatan (SICEPAT SEHAT) melalui media IT (WA, IG, SMS atau
Via Telepon) dengan adanya layanan ini dapat memudahkan masyarakat dalam menadapatkan
konsultasi kesehatan ataupun pengaduan dengan mudah. Layanan ini bisa di akses kapan saja
dan dimana saja oleh masyarakat.
Untuk mewujudkan gagasan kreatif tersebut, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama
masa habituasi adalah sebagai berikut :
1. Melakukan konsultasi dengan mentor (atasan) mengenai rencana kegiatan yang akan
dilakukan
2. Membuat Rancangan Respon Layanan Cepat Konsultasi Kesehatan Masyarakat
Rancangan respon yang dibuat berupa pesan ototmatis yang akan muncul ketika masyarakat
peratama kali menghubungi Sicepat Sehat, saat masyarakat menghubungi diluar jam kerja
dan format data yang dibutuhkan dalam pemberian pelayanan Sicepat Sehat
3. Membuat alur penggunaan layanan konsultasi cepat
Alur yang dibuat dalam penggunaan layanan adalah tatacara penggunaan layanan Sicepat
Sehat. Output yang didapatkan dari pembuatan alur ini adalah SOP tata cara penggunaan
layanan Sicepat Sehat dan KAK (Kerangka Acuan Kegiatan) yang digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pemberian pelayanan nantinya.

10
4. Membuat akun Whats App business dan Barcode Whats App layanan cepat konsultasi
kesehatan masyarakat.
Akun Whats App Business yang dibuat merupakan nomor yang bisa dihubungi masyarakat
untuk mengakses layanan Sicepat Sehat. Akun ini dibuat dalam bentuk barcode yang bisa
dipindai dengan mudah oleh masayarakat untuk terhubung dengan layanan Sicepat Sehat
5. Membuat SK penanggung jawab dan daftar petugas layanan cepat konsultasi kesehatan
SK (Surat Keputusan) penanggung jawab, berisikan keputusan pelaksanaan layanan Sicepat
Sehat oleh Kepala Puskesmas Sihepeng
6. Membuat media sosialisasi dan quisioner evaluasi layanan cepat konsultasi kesehatan
masyarakat
Media sosialisasi yang dipersiapkan berupa banner, brosur dan video layanan Sicepat sehat.
Quisioner dibuat sebagai alat ukur untuk menetukan evaluasi pelayanan Sicepat Sehat.
Quisioner ini dibagikan dalam bentuk link kepada para pengguna layanan,
7. Melakukan sosialisasi dan penerapan layanan cepat konsultasi kesehatan
Sosialisasi layananan ini dilakukan kepada para staf Puskesmas Sihepeng dan masyarakat
pengunjung Puskesmas Sihepeng. Kegiatan ini diringi dengan pembagian brosur kepada
masyarakat. Selain itu brosur juga dibagikan pada pengunjung IGD, serta di serahkan
kepada bidan desa untuk disebarkan di wilayah kerjanya. Kegiatan sosialisasi lainnya yang
dilakukan adalah menyebarkan video layanana Sicepat Sehat di Instagram, facebook dan
youtube Puseksmas Sihepeng. Selain itu video juga diitayangkan di televisi Puskesmas
Sihepeng.
8. Penerapan pemberian layanan Sicepat Sehat dilaksanakan setiap hari pada pukul 08.00-
15.00 WIB.
9. Melakukan evaluasi kegiatan
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan berpedoman kepada analisisi quisioner dan hasil
notulen yang didapatkan dari sosialisasi bersama para staf Puskesmas Sihepeng

11
B. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)

Tabel 5
Analisis SWOT

Internal
Kekuatan Kelemahan
Eksternal
(Strengths) (Weaknesses)
Peluang Jumlah dokter umum : 5 orang Pegawai dan petugas medis
(Opportunities) Jumlah dokter gigi : 3 orang memili etos kerja yang relatif
Petugas admin : 5 orang kurang.
Pelayanan puskesmas tanpa Fasilitas penungjang di
tarif puskesmas kurang memadai
Puskesmas telah terakreditasi
Ancaman Puskesmas Sihepeng Lokasi puskesmas tidak
(Threats) merupakan faskes tingkat 1 strategis
yang memiliki kebijakan sesuai
peraturan daerah
Sumber : Analisi Penulis (2022)

12

Anda mungkin juga menyukai