BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri
sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah. Pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri
Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat
oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan. ASN melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas dan
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Peraturan baru tentang tentang ASN tertuang dalam UU No.5
Tahun 2014 sudah secara implisit menghendaki bahwa ASN yang
umum disebut sebagai birokrat bukan sekadar merujuk kepada jenis
pekerjaan tetapi merujuk kepada sebuah profesi pelayanan publik,
maka dari itu sebagai ASN perlu membuat rancangan aktualisasi
yang diharapkan mampu memberikan nilai tambah dalam efektivitas,
efesiensi, inovasi dan peningkatan mutu bagi instansi yang menjadi
tempat bertugas CPNS yaitu puskesmas.
Indikator utama yang harus dimiliki setiap puskesmas adalah
lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) masih menjadi perhatian khusus pemerintah. Hal ini
terlihat dari ditempatkannya PHBS sebagai salah satu indikator
capaian peningkatan kesehatan dan progam Sustainable
Development Goals (SDGs) 2015-2030 (Kemenkes 2015 tentang Profil
Kesehatan 2014).
1
PHBS di tempat pelayanan kesehatan seperi Puskesmas
merupakan upaya untuk memberdayakan pasien masyarakat
pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktekkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang sehat dan mencegah penularan penyakit
di fasilitas kesehatan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan guna
efektifitas PHBS di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu mencuci
tangan. Mencuci tangan sangatlah penting dilakukan terutama bagi
setiap orang yang berada di pelayanan kesehatan.
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun
atau handrub oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan
mata rantai kuman. Mencuci tangan dikenal juga sebagai salah satu
uapaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan
seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan
patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak
langsung maupun tidak langsung (Kemenkes, 2014).
Mencuci tangan di pelayanan kesehatan merupakan salah satu
upaya preventif yang dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial
atau yang sekarang disebut (HAI s). Infeksi nosokomial ini tidak hanya
mmengenai pasien saja tetapi juga mengenai seluruh personil yang
ada di pelayanan kesehatan. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung
dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling berisiko
terjadinya infeksi nosokomial, karena infeksi ini dapat menular dari
pasienke petugas kesehatan dari pasien ke pengunjung atau keluarga
ataupun dari petugas ke pasien.
Angka kejadian infeksi nosokoomial belum bisa diketahui secara
pasti. Berdasarkan surveiprevalensi yang dilakukan WHO pada 55
rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 wilayah (Eropa,
Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat), didapatkan
8,7% dari total pasien rumah sakit mengalami infeksi nosokomial.
2
Frekuensi tertingii infeksi nosokomial berasaldari wilayah Mediterania
Timur dan Asia Tenggara berturut-turut 11,8% dan 10%, sedangkan
prevalensi diEropa dan Pasifik Barat berturut-turut 7,7% dan 9%
(WHO,2012).
Menurut penelitian yang dilakukan di dua kota besar Indonesia
didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial sekitar 39%-60%.selain
itu, penelitian yang dilakukan Marwoto 2007 menunjukkan bahwa
kejadian infeksi nosokomial di lima rumah sakit pendidikan yaitu
RSUP Dr. Sardjito sebesar 7,94%,RSUD Dr Soetomo sebesar 14,6%,
RS Bekasi sebesar 5,06%, RSCM Jakarta sebesar 4,06%.
Kemudian Data dari Riskesdas juga menunjukkan bahwa secara
nasional tercatat hanya sebesar 23,2% yang berperilaku cuci tangan
dengan benar.
Sedangkan dari hasil observasi selama 6 bulan menjadi CPNS di
Puskesmas Mawasangka Tengah, penulis mengamati bahwa 10-10
pengunjung mencuci tangan tidak sesuai dengan standar 6 langkah
cuci tangan, 5 moment dan durasi waktu. Ketika mencuci tangan tidak
sesuai dengan standar 6 langkah cuci tangan, 5 moment dan durasi
waktu. Ketika mencuci tangan mereka hanya mencuci telapak tangan
dan punggung tangan saja sehingga banyak bagian yang terlewatkan
seperti sela-sela jari dan kuku yang merupakan tempat bersarangnya
kuman. Terdapat 5 moment untuk melakukan cuci tangan di
pelayanan kesehatan yaitu: 1) sebelum menyentuh pasien, 2)
sebelum melakukan prosedur septi, 3) setelah terpapar cairan tubuh/
berisiko, 4) setelah menyentuh pasien, 5) setelah menyentuh
lingkungan sekitar pasien (WHO, 2009).
Hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang cuci tangan dengan benar masih rendah, padahal
dengan mencuci tangan dengan benar seseorang dapat terhindar dari
infeksi di pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, edukasi cuci tangan
3
dengan benar menggunakan metode jembatan keledai sangat tepat
dilakukan.
Jembatan keledai merupakan sebuah metode untukmembantu
memudahkan seseorang mengingat informasi/ kata secara lebih
efektif dan mudah. Jembatan keledai efektif ketika mereka ingin
mempercepat pembelajaran, mengirangi kebingungan antara barang
serupa dan meningkatkan ingatan jangka panjang. Dengan metode ini
diharapkan pengetahuan masyarakat tentang cuci tangan akan
bertambah dan langkah ini bisa diterapkan sehari-hari tanpa takut lupa
bagaimana mencuci tangan yang benar.
Metode menarik akan membuat pengunjung tertarik untuk
belajar. Metode jembatan keledai bekerjamengikuuti cara kerja otak,
sehingga memungkinkan akan mampu maksimal hasil yang akan
dicapai pengunjung dalam memahami teknik cuci tangan dengan
benar. Teknik mencuci tangan dengan benar apabila menggunakan
jembatan keledai adalah TEPUNG SELACI PUPUT sebagai berikut:
1. Telapak tangan (Te) : gosok kedua telapak tangan
2. Punggung Tangan (Pung) : gosok telapak tangan dan selal-sela
jarisisi luar tangan kiri dan sebaliknya
3. Sela-sela jari (Se) : gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi
dalam
4. Kunci (Ci) : jari-jari sisidalam dari kedua tangan saling mengunci
5. Putar (Pu) : gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam
genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
6. Putar (Put) : rapatkan ujung jari tangan kanan dan gosokkan pada
telapak tangan kiri dengan cara memutar terbalikarah jarum jam,
lakukan pada ujung jari tangan sebaliknya.
4
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis sebagai peserta
Pelatihan Dasar CPNS Golongan II merancang kegiatan aktualisasi
dengan judul “Upaya Peningkatan Kesadaran keluarga pasien
dalam mencuci tangan melalui metode jembatan keledai Tepung
Selaci Puput di Puskesmas Mawasangka Tengah”
B. Tujuan Aktualisasi
C. Manfaat Aktualisasi
1. Mampu mewujudkan akuntabilitas dalam melaksanakan tugas
jabatan
2. Mampu mengedepankan kepentingan nasional dalam
melaksanakan tugas jabatan
3. Mampu menjunjung tinggi standar etika publik dalam
melaksanakan tugas jabatan.
4. Berperan dalam memberikan pelayanan publik yang profesional
dan berkualitas
D. Ruang Lingkup
5
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Aktualisasi
Waktu pelaksanaan kegiatan aktualisasi dari tanggal 4 Oktober –
10 November 2019. Kegiatan rancangan aktualisasi dan habituasi ini
akan dilaksanakan di UPTD Puskesmas Mawasangka Tengah
Kabupaten Buton Tengah. Kegiatan-kegiatan aktualisasi yang
disesuaikan dengan tupoksi.
BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN KONSEP NILAI-NILAI DASAR
DAN KEDUDUKAN PERAN ASN
6
jalan utama Kecamatan mawasangka tengah. Transportasi antar
wilayah dihubungkan dengan jalan darat. Jalan utama desa
sebagian besar sudah beraspal dan mudah dijangkau dengan
sarana transportasi.
7
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores
d) Kondisi Demografis
8
2. Struktur Organisasi
KEPALA PUSKESMAS
Samsiah S.Kep
10
6) pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
d. Penanggungjawab UKM Pengembangan
Membawahi upaya pengembangan yang dilakukan UPT
Puskesmas, antara lain:
1) Pelayanan kesehatan jiwa
2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
3) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
4) Pelayanan kesehatan olahraga
5) Pelayanan kesehatan indera
6) Pelayanan kesehatan lansia
7) Pelayanan kesehatan kerja
8) Pelayanan kesehatan lainnya
e. Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium Membawahi
beberapa kegiatan, yaitu:
1) Pelayanan pemeriksaan umum
2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
4) Pelayanan gawat darurat
5) Pelayanan gizi yang bersifat UKP
6) Pelayanan persalinan
7) Pelayanan kefarmasian
8) Pelayanan laboratorium
f. Penanggungjawab jaringan pelayanan UPT Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan, yang membawahi:
1) Puskesmas Pembantu
2) Puskesmas Keliling
3) Bidan Desa
Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
g. Tugas Jabatan Peserta Pelatihan
Tugas pokok jabatan fungsional Bidang Pelaksana tertuang dalam
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara
Nomor: 25 Tahun 2014 dengan rincian sebagai berikut:
1) Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu
2) Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif
3) Membuat media untuk peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif.
11
4) Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan dan pelindung fisik
pada pasien untuk mencegah risiko cedera pada individu dalam
rangka upaya preventif
5) Memantau perkembangan pasien sesuai dengan kondisinya
(melakukan pemeriksaan fisik, mengamati keadaan pasien) pada
individu dalam rangka upaya preventif
6) Memfasilitasi penggunaan pelindung diri pada kelompok dalam
rangka melakukan upaya preventif
7) Memberikan oksigenisasi sederhana
8) Memberikan bantuan hidup dasar
9) Melakukan mengukuran antropometri
10)Melakukan fasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi
11)Memantau keseimbangan cairan dan elektrolit pasien
12)Melakukan mobilisasi posisi pasien
13)Mempertahankan posisi anatomis pasien
14)Melakukan fiksasi fisik
15)Memfasilitasi lingkungan yang mendukung istirahat
16)Memfasilitasi kebiasaan pasien
17)Memfasilitasi penggunaan pakaian yang mendukung kenyamanan
pada pasien
18)Melakukan pemeliharaan diri pasien
19)Memandikan pasien
20)Membersihkan mulut pasien
21)Melakukan kegiatan kompres hangat/dingin
22)Mempertahankan suhu tubuh saat tindakan (memasang warming
blanket)
23)Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan
24)Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care)
25)Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal
26)Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian
27)Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman
28)Melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan
29)Menyusun rencana kegiatan individu perawat
30)Melaksanakan kegiatan bantuan/ partisipasi kesehatan
31)Melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan
32)Melaksankan penanggulangan penyakit/ wabah tertentu
12
33)Melakukan supervise lapangan
13
f. Kepercayaan: rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Lingkungan akuntablitas tidak akan lahir dari hal-hal
yang tidak dapat dipercaya
g. Keseimbangan: keseimbangan diperlukan antara kewenangan,
harapan dan kapasitas. Setiap indibidu harus menggunakan
wewewenang untuk peningkatan kinerja sesuai kapasitas sumber
daya dan keahlian yang dimiliki.
h. Kejelasan: fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui
wewenang, peran dan tanggung jawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu
maupun organisasi.
i. Konsistensi: konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak
konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur dan sumber daya kan
memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja yang
tidak akuntabel.
(Sumber: Akuntabilitas. Modul Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan Golongan
III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2015)
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang
wajar terhadap bangsa dan negara sekaligus menghormati bangsa
lain. Sedangkan chauvinisme merupakan nasionalisme dalam arti
sempit yakni sikap meninggikan bangsanya sendiri sekaligus tidak
menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Secara politis
nasionalisme berarti pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang disdasarkan pada
nilai-nilai Pancasila yang meliputi
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
(Sumber: Nasionalisme. Modul Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2015)
3. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi tentang standar yang
menentukan baik atau buruk, benar atau salahnya suatu perilaku,
tindakan dan keputusan untuk mengarahkan dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Nilai-nilai dasar etika
publik yang tercantum dalam undang-undang ASN adalah:
14
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila
b. Setia dan mempertahankan UUD 1945
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non-diskriminatif
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah
i. Memberikan layanan publik secara jujur, tanggap, cepat tepat
akurat, berdaya guna, dan santun
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih sudah
menjadi keniscayaan di era reformasi saat ini. Pun dengan
penyelenggaraan pemerintah yang berorientasi pada layanan prima. Itu
adalah sesuatu yang sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga
pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik. Apabila pemerintah
dapat memberikan layanan prima kepada masyarakat, maka akan
menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang dilayani. Pelayanan publik
yang bermutu akan menciptakan kepercayaan publik kepada pemerintah.
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Aspek utama yang menjadi target stakeholder adalah layanan
yang komitmen pada mutu melaui penyelenggaraan tugas secara efektif,
efisien, inovatif dan berorientasi mutu. Nilai-nilai dasar orientasi mutu
dalam memberikan layanan prima sekurang-kurangnya akan mecakup
hal berikut:
a. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan costumer/klien
b. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan
memelihara agar customer/klien tetap setia
c. Menghasilkan pekerjaan yang bekualitas tinggi tanpa cacat, tanpa
kesalahan dan tanpa pemborosan.
15
d. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan
pergeseran tuntutan kebutuhan customer/klien maupun perkembangan
teknologi
e. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan
f. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai
cara, antara lain pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif,
kolaborasi dan benchmark.
(Sumber: Komitmen Mutu. Modul Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan
Golongan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2015)
5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari kata latin Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan, dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi
sering dikatakan sebagi kejahatan luar biasa, salah satu alasannya
adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan
baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, dan masyarakat.Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun
dapat berdampak jangka panjang.
Korupsi merupakan kegiatan yang merugikan keuangan negara
demi menguntungkan diri sendiri maupun orang lain. Korupsi
digolongkan sebagai kejahatan luar biasa karena dampaknya yang
sangat besar bagi pribadi, keluarga maupun masyarakat. Nilai dasar
anti korupsi antara lain
a. Kejujuran: merupakan kelurusan hati, tidak berbohong dan tidak
curang
b. Kepedulian: memperhatikan, mengindahkan dan menghiraukan
c. Kemandirian: melaksanakan kegiatan tanpa bergantung kepada
pihak lain
d. Kedisiplinan: mencapai suatu tujuan dengan waktu yang lebih
efisien
e. Tanggung jawab: perwujudan dari kewajiban mesnyelesaikan
sesuatu hal yang dilakukan
f. Kerja keras: kemauan untuk melaukan sesuatu dengen
ketekunan dan ketahanan demi tercapainya suatu tujuan
g. Sederhana : prinsip ini akan mengatasi adanya kesenjangan
sosial serta sidat iri dengki
h. Adil: tidak berat sebelah, tidak memihak
i. Berani: tidak takut untuk melakukan sesuatu yang benar.
(Sumber: Anti Korupsi. Modul Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan Golongan
I/II dan III. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2015)
16
C. Kedudukan dan Peran ASN
Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi
tantangan-tantangan global, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur
sipil negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini merupakan
dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk
membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan
netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN,
serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi
masyarakat.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan
profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya
aparatur sipil negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman.Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi
selama ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang
profesional.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep
yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas.Berdasarkan
jenisnya ASN terdiri atas Pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja.PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai kebutuhan instansi pemerintah
untuk jangka waktu tertentu dalam rberangka melaksanakan tugas
pemerintahan . Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar
negeri.Namun pegawai ASN merupakan satu kesatuan.Dalam
menjalankan kedudukannya tersebut ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik dan perekat dan pemersatu bangsa.
(Sumber: Manajemen Aparatur Sipil Negara. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS.
Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2017)
17
2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum
yang diselenggarakan oleh instansi pemerintahan di pusat dan di
daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/atau
jasa dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pelayanan publik
adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara
tertentu yang memerlukaan kepekaan dan hubungan interpersonal
tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan
produk baik berupa barang dan jasa. Menurut UU Nomor 25 tahun
2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Dengan demikian diperlukan 3 unsur penting dalam pelayanan
publik yaitu unsur pertama organisasi penyelenggara pelayanan publik,
unsur kedua penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat
atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga kepuasan yang
diberikan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan ).
(Sumber: Pelayanan Publik. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara, 2017)
.
3. Whole Of Government
Whole of Goverment (WOG) merupakan sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemeritahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. WOG juga
dikenal sebagai pendekatan intraagency yaitu pendekatan yang
melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan
yang relevan.WOG menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik
bekerja lintas sektor atau lintas batas guna mencapai tujuan bersama
dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.
(Sumber: Whole Of Government. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara, 2017)
18
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
19
Dari hasil observasi selama bertugas di Puskesmas Mawasangka Tengah,
penulis menemukan 3 isu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi
sebagai perawat terampil. Isu tersebut antara lain:
1. Kurangnya kesadaran keluarga pasien dalam mencuci tangan di
Puskesmas Mawasangka Tengah.
2. Belum optimalnya himbauan tentang batasan pengunjung pasien rawat
inap untuk menciptakan ketenangan dan kenyamanan pasien di
Puskesmas Mawasangka Tengah.
3. Belum optimalnya penggunaan alat-alat pengaman atau pelindung fisik
pada pasien untuk mencegah risiko cedera di Puskesmas Mawasangka
Tengah.
C. Rancangan Aktualisasi
1. Analisis Kriteria Menggunakan APKL
Dari isu aktual yang telah terkumpul dan berdasarkan analisa kondisi
diatas, selanjutnya penulis melakukan proses pemilihan isu dengan
analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan
(APKL). Berikut penjelasan kriteria APKL:
a. Aktual, benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat.
b. Problematik , isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks,
sehingga perlu dicarikan segera solusinya
c. Kekhalayakan, isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
d. Kelayakan, isu yang masuk akal realistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Penilaian secara APKL dilakukan menggunakan nilai dengan
memberikan skor rentang 1 – 5 , semakin tinggi nilai menunjukan bahwa
isu tersebut sangat urgent dan sangat serius untuk segera ditangani.
20
Kriteria
No Pokok Bahasan Isu Total
A P K L
1 Kurangnya kesadaran keluarga pasien dalam 5 5 5 5 20
mencuci tangan di Puskesmas Mawasangka
Tengah.
21
l
o
Keterangan : U = Urgency, S = Seriousness, G = GrowthU S G Nilai
5: Sangat kuat pengaruhnya, 4: Kuat pengaruhnya, 3: sedang
1 Kurangnya kesadaran keluarga pasien dalam
pengaruhnya, 2: kurang pengaruhnya, 1: sangat kurang
mencuci tangan di Puskesmas Mawasangka 5 5 5 15 1
pengaruhnya
Tengah.
2 Belum optimalnya
Berdasarkan tabel himbauan tentang
diatas dapat batasan
ditetapkan isu prioritas yang akan diangkat
pengunjung
dalam pasien
aktualisasi inirawat inap
adalah untuk menciptakan
kurangnya 4 3 5pasien
kesadaran keluarga 12 dalam3
ketenangan
mencuci dan kenyamanan
tangan pasien
di Puskesmas Mawasangka Tengah.
3 Kurangnya kesadaran pasien rawat inap melalui
3. Analisis
handhygine Dampak
untuk cegahIsu
infeksi nokomial di 4 4 5 13 2
DampakMawasangka
Puskesmas yang dapat Tengah.
terjadi apabila isu kurangnya kesadaran keluarga
pasien dalam mencuci tangan di Puskesmas Mawasangka Tengah tidak
dicarikan solusi pemecahan adalah:
Keluarga /penunggu pasien adalah orang yang memiliki andil besar
terhadap terjadinya infeksi karena keluarga pasien berinteraksi secara
langsung dengan pasien bahkan sampai 24 jam, dan hal ini dapat
menyebabkan timbulnya infeksi silang antara pasien dengan pasien,
dan gambaran kondisi ini dalam pencegahan penularan infeksi semakin
sulit.
5. Deskripsi Kegiatan
Rancangan kegiatan aktualisasi dan habituasi di Puskesmas Mawasangka
Tengah dapat dilihat pada tabel berikut:
22
Judul : Upaya Peningkatan Kesadaran keluarga pasien
dalam mencuci tangan melalui metode jembatan
keledai Tepung Selaci Puput di Puskesmas
Mawasangka Tengah
Kegiatan : 1. Melakukan konsultasi dengan mentor
2. Pengusulan draft Standar Operasional Prosedur
(SOP) cuci tangan 6 langkah
3. Membuat brosur cuci tangan 6 langkah
4. Melakukan sosialisasi pada pasien dan keluarga
pasien tentang mencuci tangan
5. Mendemonstrasikan cara cuci tangan dengan
metode jembatan keledai tepung selaci puput
6. Membuat poster tentang hand hygiene 6 langkah
7. Mengevaluasi pengunjung dalam mencuci tangan
melalui penerapan metode jembatan keledai
Tepung selaci puput
23
Berikut tabel penjelasan kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai Aktualisasi :
Tabel Rancangan Aktualisasi dan Habituasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Melakukan a. Menyiapkan bahan Bahan konsultasi Akuntabilitas : Penyiapan Misi :
konsultasi dengan konsultasi bahan konstasi membutuhkan
kerja keras dan ketelitian (Anti
mentor
Korupsi)
Dengan persiapan yang benar
dan matang kualitas bahan
konsultasi lebih terjamin
(Komitmen Mutu)
Bahan yang disiapkan memiliki
gambaran yang jelas tentang
apa yang akan dikonsultasikan
(Akuntabilitas)
24
pertemuan dengan disepakati mengandung nilai nilai etIka
kepala puskesmas dan sopan santun (Etika
Publik)
Membuat janji dan menepatinya
akan melahirkan keoercayaan
(Akuntabilitas)
Pertemuan yang direncanakan
dengan dengan baik akan
berpengaruh positif pada hasil
yang diharapkan (Komitmen
Mutu)
c. Melakukan rapat Saran dan Berpakaian dan bertutur
konsultasi dengan masukan kata yang sopan saat
berkonsultasi (Etika Publik)
kepala mengenai kegiatan
Pekerjaan yang dilaksanakan
puskesmas/mentor aktualisasi secara terukur dan
menghargai kerja sama serta
masukan- masukan hasilnya
akan lebih terjamin
(Komitmen Mutu)
Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan
benar (Nasionalisme)
25
kepala arahan bimbingan arahan bimbingan
puskesmas/mentor merupakan perilaku yang
mencerminkan penghargaan
terhadap orang lain sesuai
sila ke-2 Pancasila
(Nasionalisme)
Menghargai komunikasi,
konsultasi dan kerja sama
( Etika Publik)
Mencatat petunjuk lebih
efektif dan efisien dibanding
harus mengingat tanpa
mencatatnya (Komitmen
Mutu)
e. Meminta persetujuan Lembar Menghargai komunikasi,
tertulis dan arahan persetujuan konsultasi dan kerja sama
( Etika Publik)
pelaksanaan kegiatan. pelaksanaan
kegiatan
aktualisasi dari
kepala puskesmas
26
Standar tentang prosedur cuci Referensi literatur yang relevan (Anti
Operasional tangan tangan Korupsi)
Melaksanakan tugas dengan
Prosedur (SOP)
professional dan tanggung
cuci tangan 6 jawab( Etika Publik)
langkah Mandiri dan bertanggung
jawab dalam melaksakan
tugas (Akuntabilitas)
b.Membuat draft SOP Draf SOP Dalam menyusun draft SOP
dilakukan dengan prinsip
kejelasan materi dan tujuan
(Akuntabilitas)
Dalam membuat SOP
dilakukan dengan
memperhatikan saran dan
masukan dari Pimpinan dan
sesuai dengan referensi
yang benar (Etika Publik)
Membuat SOP sebagai
bentuk tahapan
profesionalisme dalam
melaksanakan tugas
( Manajemen ASN)
c. Mengkonsultasikan Masukan atau Dalam melakukan konsultasi
draft SOP ke kepala perbaikan SOP dengan atasan memaparkan
27
puskesmas oleh kepala tujuan dan alasan yang
puskesmas benar serta tepat mengenai
rencana kegiatan
(akuntabilitas)
Dalam konsultasi dengan
atasan diperoleh mufakat
(Nasionalisme)
Dalam melakukan konsultasi
meneraokan nilai-nilai
kejujuran (Anti Korupsi
3 Membuat brosur a. Mencari referensi Referensi materi Bekerja keras dalam
tentang cuci tangan untuk isi brosur mengumpulkan reverensi
yang relevan (Anti Korupsi)
6 langkah
Melaksanakan tugas dengan
professional dan tanggung
jawab( Etika Publik)
Mandiri dan bertanggung
jawab dalam melaksakan
tugas (Akuntabilitas)
28
Dalam mendesain brosur
tidak melanggar nilai-nilai
kesusilaan (etika publik)
Bosur didesain dengan
cermat ( Komitmen mutu)
c. Mencetak brosur Brosur dalam Dalam mencetak brosur
bentuk hardcopy menggunakan prinsip efektif
dan efisien ( Komitmen
mutu)
Transparansi atas biaya
percetakan brosur ( Anti
Korupsi)
Dalam mencetak brosur
memperhatikan saran dan
masukan ( Etika Publik)
4 Melakukan a. Membuat daftar hadir Daftar Hadir
sosialisasi pada
pasien dan keluarga
pasien tentang
mencuci tangan
b. Mendokumentasikan Dokumentasi hasil Dalam mendokumentasikan
hasil menggunakan prinsip
efektif dan efisien
( Komitmen mutu)
29
Transparansi atas biaya
mendokumentasikan hasil
( Anti Korupsi)
Dalam mendokumentasikan
hasil memperhatikan saran
dan masukan ( Etika Publik)
30
tangan
c. Mendokumentasikan
6 Membuat poster a. Mencari referensi Referensi materi Bekerja keras dalam
tentang hand untuk isi poster mengumpulkan reverensi
yang relevan (Anti Korupsi)
hygiene 6 langkah
Melaksanakan tugas dengan
professional dan tanggung
jawab( Etika Publik)
Mandiri dan bertanggung
jawab dalam melaksakan
tugas (Akuntabilitas)
b. Mendesain poster Desain poster Poster dibuat dengan
menarik dan penuh
kejelasan ( Akuntabilitas)
Dalam mendesain poster
tidak melanggar nilai-nilai
kesusilaan (etika publik)
poster didesain dengan
cermat ( Komitmen mutu)
c. Mencetak poster poster dalam Dalam mencetak poster
bentuk hardcopy menggunakan prinsip efektif
dan efisien ( Komitmen
mutu)
Transparansi atas biaya
percetakan poster ( Anti
31
Korupsi)
Dalam mencetak poster
memperhatikan saran dan
masukan ( Etika Publik)
7 Mengevaluasi a.
pengunjung dalam
mencuci tangan
melalui penerapan
metode jembatan
keledai Tepung
selaci puput
b.
c.
32
A. Jadwal Rancangan Aktualisasi
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di Puskesmas Mawasangka Tengah pada tanggal 17 November 2019
sampai dengan 20 Desember 2019. Kegiatan-kegiatan aktualisasi akan dijabarkan dalam timeline kegiatan pada
tabel berikut :
Bulan/ Pekan
No. Kegiatan November Desember
Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Melakukan konsultasi dengan mentor.
2 Pengusulan draft Standar Operasional Prosedur
(SOP) cuci tangan 6 langkah
3 Membuat brosur cuci tangan 6 langkah
4 Melakukan sosialisasi pada pasien dan keluarga
pasien tentang mencuci tangan.
5 Mendemonstrasikan cara cuci tangan dengan
metode jembatan keledai tepung selaci puput
34
BAB V
PENUTUP
35
7. Mengevaluasi pengunjung dalam mencuci tangan melalui penerapan
metode jembatan keledai Tepung selaci puput
DAFTAR PUSTAKA
36