RANCANGAN AKTUALISASI
A. Identifikasi Isu-Isu
Berdasarkan Pergub No. 9 Tahun 2022 tentang RPD Provinsi Sulawesi Barat,
Stunting merupakan isu Kesehatan yang menjadi prioritas di Sulawesi Barat,
dimana pada tahun 2021 angka prevalensi stunting di Sulawesi Barat sebesar 33.8
persen di atas angka rata-rata nasional yaitu 24.4 persen, serta menempati urutan
kedua tertinggi secara nasional. Salah satu penyebab angka stunting tinggi adalah
karena masalah status gizi. Sebagai administrator Kesehatan yang diberi tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara penuh untuk melakukan analisis kebijakan
di bidang administrasi pelayanan, perizinan, akreditasi dan sertifikasi program-
program pembangunan Kesehatan, pastinya tidak lepas dari data, karena data
merupakan hal dasar dalam penentuan arah kebijakan program maupun kegiatan.
Data dapat dikatakan baik, apabila memenuhi 2 kriteria, yaitu kualitas maupun
kuantitas. Dari hasil pengamatan, selama lebih dari 2 bulan di seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi Masyarakat, terdapat beberapa isu yang ditemukan, yaitu :
1. Kurang optimalnya penemuan kasus suspek TB Paru di Wilayah kerja Puskesmas
Lariang.
Tuberculosis paru (Tuberkulosis paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation
(WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena Tuberkulosis aktif setiap
tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus Tuberkulosis dan kematian
berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012) Menurut
World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di Indonesia tercatat
430.000 penderita Tuberkulosis paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000.
Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063
penderita Tuberkulosis paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis
Profile, 2012). Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan
Masyarakat dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan
India, dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia.
Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap tahunnya.
Jumlah kejadian Tuberkulosis paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil
Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 penduduk (Riskesdas,
2013).
Di wilayah kerja Puskesmas Lariang terdapat 7 desa dan sepanjang tahun 2022 baru
diperoleh 20 kasus suspek Tb paru sedangkan Dinas Kesehatan Pasangkayu memberi
target Puskesmas Lariang untuk memperoleh 118 kasus suspek Tb Paru. Rendahnya
capaian ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tb paru dan
belum optimalnya usaha petugas Puskesmas Lariang.
Dibawah ini adalah capaian kasus suspek Tb Paru Puskesmas Lariang Tahun 2022.
Tabel 3.1. capaian kasus suspek Tb Paru Puskesmas Lariang Tahun 2022
2.Rasio rujukan BPJS Puskesmas Lariang yang belum mencapai target.
Rasio rujukan merupakan salah satu indikator komitmen pelayanan antara BPJS dengan
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), apabila target indikatornya tercapai semua
maka akan memengaruhi besar kecilnya pembayaran kapitasi FKTP. Target rasio
rujukan BPJS yang telah ditetapkan yaitu kurang dari 15%, sedangkan capaian rasio
rujukan BPJS di Puskesmas Lariang selama tahun 2022 adalah lebih dari 15%. Hal
tersebut terjadi karena ada beberapa faktor, salah satunya kurangnya pemahaman
pasien/peserta BPJS mengenai system dan indikasi medis rujukan.
Dibawah ini merupakan capaian rasio rujukan BPJS di Puskesmas Lariang tahun
2022.
Bulan Kunjungan Sakit Rujukan Rasio
Januari 132 35 26.52%
Februari 125 26 20.80%
Maret 190 30 15.78%
April 119 21 17.65%
Mei 194 40 20.62%
Juni 194 32 16.49%
Juli 180 37 20.56%
Tabel 3.2 Capaian Rasio Rujukan BPJS Di Puskesmas Lariang Tahun 2022.
3. Rendahnya pengetahuan ibu balita tentang penyakit diare di Puskesmas Lariang
Diare merupakan salah satu penyakit infeksi pada balita. Diare lebih dominan
menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita
sangat rentan terkena diare, selain itu pada anak usia balita, anak mengalami fase
oral yang membuat anak usia balita cenderung mengambil benda apapun dan
memasukkannya ke dalam mulut sehingga memudahkan kuman masuk ke dalam
tubuh. Balita yang mengalami diare akan timbul gejala seperti sering buang air
besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, terdapat tanda dan gejala dehidrasi
(turgor kulit menurun, ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering),
demam, muntah, anorexia, lemah, pucat, perubahan tanda-tanda vital (nadi dan
pernafasan cepat), pengeluaran urine menurun atau tidak ada. Dehidrasi yang
dialami balita memerlukan penanganan yang tepat karena mengingat bahaya yang
disebabkan dehidrasi cukup fatal yaitu kehilangan cairan yang dapat berujung pada
kematian. Untuk mencegah agar balita tidak mengalami dehidrasi akibat diare perlu
dilakukan salah satu upaya pokok yang berupa pengobatan dan perawatan
penderita.
Upaya yang telah dilakukan ibu juga akan sangat menentukan perjalanan
penyakit anaknya. Bentuk tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah
satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain perilaku seseorang
di mana perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Tingkat pengetahuan yang rendah
akan menyebabkan ibu balita tidak dapat melakukan upaya pencegahan maupun
perawatan pada anak diare. Faktor pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling
dominan daripada faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam mempengaruhi
kejadian diare akut pada balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu tersebut
dilatarbelakangi oleh karakteristik ibu seperti umur, pendidikan, status bekerja,
pendapatan keluarga dan sebagainya.
Pasien anak dengan diare yang berobat di Puskesmas Lariang datang disetrai
dengan dehidrasi ringan sedang sampai dehidrasi berat yang memerlukan
penanganan berupa terapi cairan intravena. Ibu pasien tidak mengetahui bahwa
diare dapat menyebabkan dehidrasi yang memerlukan penanganan yang tepat
karena mengingat bahaya yang disebabkan dehidrasi cukup fatal yaitu kehilangan
cairan yang dapat berujung pada kematian.
Dibawah ini adalah jumlah kasus diare pada anak usia 0-14 tahun di
Puskesmas Lariang pada bulan januari sampai bulan juli 2022 yang diperoleh dari
pemegang program diare Puskesmas Lariang.
No Bulan Jumlah Kasus
1 Januari 7
2 Februari 5
3 Maret 6
4 April 4
5 Mei 4
6 Juni 6
7 Juli 7
Tabel 3.3. jumlah kasus diare pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Lariang
tahun 2022
4. Pasien hipertensi tidak berobat secara rutin.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis dan tidak
menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat global karena prevalensi
yang tinggi dan risiko bersamaan untuk penyakit kardiovaskular dan ginjal. Saat
ini, lebih dari 25% dari populasi dunia adalah hipertensi dengan perkiraan bahwa
persentase ini dapat meningkat menjadi 29% pada tahun 2025 (Amaral et al,
2015). Menurut World Health Organization (2011), dari 50% penderita hipertensi
yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang
diobati dengan baik. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah kasus hipertensi
terutama di negara berkembang akan mengalami peningkatan sekitar 80% dari
639 juta kasus pada tahun 2000 dan menjadi 1,15 milyar kasus seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk. Jumlah penderita hipertensi secara nasional
mengalami penurunan sebesar 25,8% dari 31,7% pada tahun 2007 (Riskesdas,
2013).
5. Pasien Diabetes Militus tipe 2 tidak berobat secara rutin.
Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan metabolik menahun yang
ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Penyakit diabetes
melitus yang sering terjadi adalah diabetes tipe 2. Berdasarkan data di Puskesmas
Bontang Selatan II mengenai sepuluh besar penyakit yang terjadi diabetes melitus
menempati urutan ketiga setelah penyakit hipertensi dan ispa. Semakin meluasnya
pola makan tidak sehat, usia terkena diabetes kini bergeser semakin muda.
Padahal diabetes biasanya didiagnosis pada orang dewasa berusia 40 tahun atau
lebih tua. World Health Association (WHO) melaporkan bahwa jumlah kasus
diabetes secara global dikalangan usia 18 tahun telah meningkat 4,7% pada tahun
2014 menjadi 8,5% pada tahun 2014. Berdasarkan data informasi 2013 milik
Kemenkes RI, jumlah orang Indonesia berusia 15 tahun keatas yang mendapatkan
diagnosis diabetes mencapai sekitar 12 juta (6,9%). Sementara itu orang-orang di
rentang usia sama yang mengalami pradiabetes dilaporkan mencapai 116 juta jiwa.
Adapun tabel berikut menjelaskan terkait identifikasi beberapa isu yang di angkat:
A. Analisis Isu
Metode ini digunakan untuk mengetahui bahwa masalah tersebut benar terjadi
dan telah menimbulkan kegelisahan sehingga perlu segera dicari penyebab dan
pemecahannya. Berikut tabel seleksi masalah menggunakan metode APKL.
1. Aktual (A)
1 = Masalah sederhana
3. Khalayak (K)
4. Layak (L)
1 = Masuk
akal 2 =
Realistis
3 = Cukup masuk akal dan
realistis 4 = Masuk akal dan
realistis
5 = Masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya
Setelah penetapan masalah dengan menggunakan teknik APKL, kemudian
menarik 3 masalah yang dipertimbangkan kembali untuk dijadikan masalah prioritas
atau masalah utama. Ketiga masalah tersebut kembali diidentifikasi dengan
menggunakan teknik U (Urgency), S (Seriousness), dan G (Growth). Adapun
penjelasan dari masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:
1. Urgency (U), artinya seberapa mendesak suatu masalah harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti.
2. Seriousness (S), artinya seberapa serius suatu masalah harus dibahas,
dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan
3. Growth (G), artinya seberapa besar kemungkinan memburuknya masalah
tersebut jika tidak segera ditangani.
1. Urgency (U) :
1 : Tidak penting
2 : Kurang
penting 3 : Cukup
penting 4 :
Penting
5 : Sangat penting
2. Seriousness (S) :
3. Growth (G) :
1 : Tidak berkembang
2 : Kurang
berkembang 3 : Cukup
berkembang 4 :
Berkembang
5 : Sangat berkembang
Berdasarkan table di atas, analisa masalah yang diuji dengan menggunakan pendekatan
teknik APKL dan USG, maka dapat diperoleh masalah prioritas atau masalah utama
yang harus ditangani terlebih dahulu, yaitu “Kurang optimalnya penemuan kasus Tb
Paru di Wilayah kerja Puskesmas Lariang”. Pemilihan masalah tersebut dilakukan
dengan analisis dampak jika hal tersebut tidak ditangani maka akan berdampak pada
hal-hal berikut ini.
A. Pasien Tb paru akan terdeteksi lebih lambat sehingga terjadi kerusakan paru atau
ekstraparu sebelum pasien minum obat antituberculosis.
B. Meningkatnya penyebaran Tb Paru
C. Penularan bacteri Tb pasien dengan imunocompremise dapat menyebabkan
kematian.
B. Penetapan Penyebab Isu dan Dampak
Isu utama yang diangkat adalah “Belum optimalnya penemuan kasus suspek
Tb Paru di Wilayah kerja Puskesmas Lariang” Adapun gagasan terkait pemecahan
isu diatas, dengan jangka waktu kurang lebih selama 1 bulan adalah
A. Melacak pasien suspek Tb paru dari keluarga yang tinggal 1 tumah dengan
pasien.
D. Bekerjasama dengan dokter, bidan dan perawat yang praktek di Wilayah kerja
Puskesmas Lariang untuk mengarahakan pasien suspek Tb Paru ke
Puskesmas.
Jika upaya ini dilakukan dengan baik maka penemuan kasus suspek Tb paru di
wilayah kerja puskesmas lariang bisa ditingkiatkan. Matriks Rancangan
Aktualisasi
Nama dr. Kadek Agus Arsana, S.Ked
Jabatan Ahli Pertama – Dokter
Unit Kerja UPT. Puskesmas Lariang
Identifikasi Isu 1. Rendahnya pengetahuan ibu balita tentang
penyakit diare di Puskesmas Lariang
1. Persiapan Aktualisasi
2. Melacak pasien suspek Tb paru dari keluarga yang tinggal 1 rumah dengan
pasien.
1. Kegiatan
Melacak pasien suspek Tb paru dari
keluarga yang tinggal 1 tumah dengan
pasien.
Tabel 3.8
4. Bekerjasama dengan petugas Promosi Kesehatan untuk memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang Tb Paru.
1. Kegiatan
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat
menggunakan media social facebook
2. Tahapan Kegiatan 1. Berkoordinasi dengan admin facebook
Puskesmas Lariang
2. Menyiapkan materi penyuluhan yang akan
diposting akun facebook Puskesmas
Lariang
3. Berkoordinasi dengan admin facebook
Puskesmas Lariang untuk memposting
materi penyuluhan Tb Paru di akun facebook
Puskesmas Lariang.
3. Output / Hasil 1. Masyarakat yang membaca postingan
akun facebook Puskesmas Lariang
mengetahui tentang penyakit Tb Paru.
2. Dokumentasi Kegiatan (video/Foto)
F. Berkoordinasi dengan dokter, bidan dan perawat yang praktek di Wilayah kerja
Puskesmas Lariang untuk mengarahakan pasien suspek Tb Paru ke Puskesmas.
1. Kegiatan
Berkoordinasi dengan dokter, bidan dan
perawat yang praktek mandiri di Wilayah
kerja Puskesmas Lariang untuk
mengarahakan pasien suspek Tb Paru ke
Puskesmas.
2. Dokumentasi (video/foto)
4. Keterikatan dengan Nilai Kolaboratif: memberikan kesempatan
ASN kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
dalam hal ini adalah dokter, bidan dan
perawat yang praktek mandiri di wilayah
kerja Puskesmas Lariang.
5. Kontribusi Terhadap Tugas Fungsi Pokok: Membantu Kepala Puskesmas
dan Fungsi dalam melaksanakan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) di wilayah kerja Puskesmas
Lariang.
Tabel 3.11.
1. Kegiatan
Mengajukan perhohonan kepada Dinas
Kesehatan Pasangkayu untuk pengadaan
alat TCM di Puskesmas.
2. Tahapan Kegiatan 1. Berkonsultasi dengan Kepala
Puskesmas mengenai kebutuhan
Puskesmas Lariang akan alat TCM.
2. Jika Kepala Puskesmas Lariang setuju,
maka Kepala Puskesmas melalu Tata
Usaha akan menyurat ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasangkayu
Output / Hasil 1. Puskesmas memiliki alat TCM sehingga
pemeriksaan dahak tidak dilakukan di
puskesmas lain
2. Dokumentasi (video/foto)
4. Keterikatan dengan Nilai Kolaboratif: memberikan kesempatan
ASN kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan
Pasangkayu
BUL
N JADWAL AN
O KEGIATAN JU JU
NI LI
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Persiapan Aktualisasi
a Melakukan konsultasi ke atasan mengenai
rencana kegiatan aktualisasi
b Melakukan konsultasi dengan Ketua PERSAGI
Provinsi Sulawesi Barat
c Membangun komunikasi dengan Tenaga
Pelayanan Gizi (TPG)
2 Membuat group Whatsapp Bersama dengan Tenaga Pelayanan Gizi (TPG)
: Pelaksanaan
: Hari Minggu/Libur