Anda di halaman 1dari 39

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Identifikasi Isu-Isu

Berdasarkan Pergub No. 9 Tahun 2022 tentang RPD Provinsi Sulawesi Barat,
Stunting merupakan isu Kesehatan yang menjadi prioritas di Sulawesi Barat,
dimana pada tahun 2021 angka prevalensi stunting di Sulawesi Barat sebesar 33.8
persen di atas angka rata-rata nasional yaitu 24.4 persen, serta menempati urutan
kedua tertinggi secara nasional. Salah satu penyebab angka stunting tinggi adalah
karena masalah status gizi. Sebagai administrator Kesehatan yang diberi tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara penuh untuk melakukan analisis kebijakan
di bidang administrasi pelayanan, perizinan, akreditasi dan sertifikasi program-
program pembangunan Kesehatan, pastinya tidak lepas dari data, karena data
merupakan hal dasar dalam penentuan arah kebijakan program maupun kegiatan.
Data dapat dikatakan baik, apabila memenuhi 2 kriteria, yaitu kualitas maupun
kuantitas. Dari hasil pengamatan, selama lebih dari 2 bulan di seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi Masyarakat, terdapat beberapa isu yang ditemukan, yaitu :
1. Kurang optimalnya penemuan kasus suspek TB Paru di Wilayah kerja Puskesmas
Lariang.
Tuberculosis paru (Tuberkulosis paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation
(WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena Tuberkulosis aktif setiap
tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus Tuberkulosis dan kematian
berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012) Menurut
World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di Indonesia tercatat
430.000 penderita Tuberkulosis paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000.
Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063
penderita Tuberkulosis paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis
Profile, 2012). Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan
Masyarakat dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan
India, dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia.
Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap tahunnya.
Jumlah kejadian Tuberkulosis paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil
Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 penduduk (Riskesdas,
2013).

Di wilayah kerja Puskesmas Lariang terdapat 7 desa dan sepanjang tahun 2022 baru
diperoleh 20 kasus suspek Tb paru sedangkan Dinas Kesehatan Pasangkayu memberi
target Puskesmas Lariang untuk memperoleh 118 kasus suspek Tb Paru. Rendahnya
capaian ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Tb paru dan
belum optimalnya usaha petugas Puskesmas Lariang.

Dibawah ini adalah capaian kasus suspek Tb Paru Puskesmas Lariang Tahun 2022.

No Nama Umur Jenis Kelamin Alamat


1 Tn A 72 L DESA
SINGGANI
2 Tn A S 49 L BATUMATORU
3 Tn A B 17 L DESA
KASANO
4 Tn B 44 L singgani
5 Ny B N 30 P DUSUN
MANUNGGAL
6 Tn C D 68 L PARABU
7 Ny D 79 P DESA
SINGGANI
8 Tn I M 56 L DESA
KENANGAN
9 Ny K L 29 P Desa karave
10 Ny K W 38 P KENANGAN
11 Ny K 22 P SINGGANI
12 Tn M M 55 L DESA
KENANGAN
13 Tn Mu 61 L PELOSU
14 Ny K R 62 P DUSUN
KERTA
15 Tn Nu 36 L SINGGANI
16 Ny Nu 38 P Baras
17 Tn Sa 52 L DESA
KENANGAN
18 Ny S M 56 P Desa parabu
19 Ny So 35 P Batumatoru
20 Tn Sy 40 L Desa Bajawali

Tabel 3.1. capaian kasus suspek Tb Paru Puskesmas Lariang Tahun 2022
2.Rasio rujukan BPJS Puskesmas Lariang yang belum mencapai target.
Rasio rujukan merupakan salah satu indikator komitmen pelayanan antara BPJS dengan
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), apabila target indikatornya tercapai semua
maka akan memengaruhi besar kecilnya pembayaran kapitasi FKTP. Target rasio
rujukan BPJS yang telah ditetapkan yaitu kurang dari 15%, sedangkan capaian rasio
rujukan BPJS di Puskesmas Lariang selama tahun 2022 adalah lebih dari 15%. Hal
tersebut terjadi karena ada beberapa faktor, salah satunya kurangnya pemahaman
pasien/peserta BPJS mengenai system dan indikasi medis rujukan.
Dibawah ini merupakan capaian rasio rujukan BPJS di Puskesmas Lariang tahun
2022.
Bulan Kunjungan Sakit Rujukan Rasio
Januari 132 35 26.52%
Februari 125 26 20.80%
Maret 190 30 15.78%
April 119 21 17.65%
Mei 194 40 20.62%
Juni 194 32 16.49%
Juli 180 37 20.56%
Tabel 3.2 Capaian Rasio Rujukan BPJS Di Puskesmas Lariang Tahun 2022.
3. Rendahnya pengetahuan ibu balita tentang penyakit diare di Puskesmas Lariang

Diare merupakan salah satu penyakit infeksi pada balita. Diare lebih dominan
menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita
sangat rentan terkena diare, selain itu pada anak usia balita, anak mengalami fase
oral yang membuat anak usia balita cenderung mengambil benda apapun dan
memasukkannya ke dalam mulut sehingga memudahkan kuman masuk ke dalam
tubuh. Balita yang mengalami diare akan timbul gejala seperti sering buang air
besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, terdapat tanda dan gejala dehidrasi
(turgor kulit menurun, ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering),
demam, muntah, anorexia, lemah, pucat, perubahan tanda-tanda vital (nadi dan
pernafasan cepat), pengeluaran urine menurun atau tidak ada. Dehidrasi yang
dialami balita memerlukan penanganan yang tepat karena mengingat bahaya yang
disebabkan dehidrasi cukup fatal yaitu kehilangan cairan yang dapat berujung pada
kematian. Untuk mencegah agar balita tidak mengalami dehidrasi akibat diare perlu
dilakukan salah satu upaya pokok yang berupa pengobatan dan perawatan
penderita.

Upaya yang telah dilakukan ibu juga akan sangat menentukan perjalanan
penyakit anaknya. Bentuk tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah
satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain perilaku seseorang
di mana perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Tingkat pengetahuan yang rendah
akan menyebabkan ibu balita tidak dapat melakukan upaya pencegahan maupun
perawatan pada anak diare. Faktor pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling
dominan daripada faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam mempengaruhi
kejadian diare akut pada balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu tersebut
dilatarbelakangi oleh karakteristik ibu seperti umur, pendidikan, status bekerja,
pendapatan keluarga dan sebagainya.

Pasien anak dengan diare yang berobat di Puskesmas Lariang datang disetrai
dengan dehidrasi ringan sedang sampai dehidrasi berat yang memerlukan
penanganan berupa terapi cairan intravena. Ibu pasien tidak mengetahui bahwa
diare dapat menyebabkan dehidrasi yang memerlukan penanganan yang tepat
karena mengingat bahaya yang disebabkan dehidrasi cukup fatal yaitu kehilangan
cairan yang dapat berujung pada kematian.

Dibawah ini adalah jumlah kasus diare pada anak usia 0-14 tahun di
Puskesmas Lariang pada bulan januari sampai bulan juli 2022 yang diperoleh dari
pemegang program diare Puskesmas Lariang.
No Bulan Jumlah Kasus
1 Januari 7
2 Februari 5
3 Maret 6
4 April 4
5 Mei 4
6 Juni 6
7 Juli 7

Tabel 3.3. jumlah kasus diare pada anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Lariang
tahun 2022
4. Pasien hipertensi tidak berobat secara rutin.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis dan tidak
menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat global karena prevalensi
yang tinggi dan risiko bersamaan untuk penyakit kardiovaskular dan ginjal. Saat
ini, lebih dari 25% dari populasi dunia adalah hipertensi dengan perkiraan bahwa
persentase ini dapat meningkat menjadi 29% pada tahun 2025 (Amaral et al,
2015). Menurut World Health Organization (2011), dari 50% penderita hipertensi
yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang
diobati dengan baik. Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah kasus hipertensi
terutama di negara berkembang akan mengalami peningkatan sekitar 80% dari
639 juta kasus pada tahun 2000 dan menjadi 1,15 milyar kasus seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk. Jumlah penderita hipertensi secara nasional
mengalami penurunan sebesar 25,8% dari 31,7% pada tahun 2007 (Riskesdas,
2013).
5. Pasien Diabetes Militus tipe 2 tidak berobat secara rutin.
Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan metabolik menahun yang
ditandai oleh kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Penyakit diabetes
melitus yang sering terjadi adalah diabetes tipe 2. Berdasarkan data di Puskesmas
Bontang Selatan II mengenai sepuluh besar penyakit yang terjadi diabetes melitus
menempati urutan ketiga setelah penyakit hipertensi dan ispa. Semakin meluasnya
pola makan tidak sehat, usia terkena diabetes kini bergeser semakin muda.
Padahal diabetes biasanya didiagnosis pada orang dewasa berusia 40 tahun atau
lebih tua. World Health Association (WHO) melaporkan bahwa jumlah kasus
diabetes secara global dikalangan usia 18 tahun telah meningkat 4,7% pada tahun
2014 menjadi 8,5% pada tahun 2014. Berdasarkan data informasi 2013 milik
Kemenkes RI, jumlah orang Indonesia berusia 15 tahun keatas yang mendapatkan
diagnosis diabetes mencapai sekitar 12 juta (6,9%). Sementara itu orang-orang di
rentang usia sama yang mengalami pradiabetes dilaporkan mencapai 116 juta jiwa.

Adapun tabel berikut menjelaskan terkait identifikasi beberapa isu yang di angkat:

No Identifikasi Isu Kondisi Sekarang Kondisi yang Diharapkan

1. Kurangnya 1. Pasien suspek Tb Paru


Belum
pengetahuan yang tinggal 1 rumah
optimalnya
masyarakat tentang Tb dengan pasien berhasil
penemuan kasus
Paru. dilacak
suspek Tb Paru
2. Puskesmas Lariang 2. Masyarakat memahami
di Wilayah kerja
tidak memiliki alat Tes tentang penyakit Tb
Puskesmas
Cepat Molekuler (TCM) paru.
Lariang
sebagai sebagai alat 3. Pasien suspet Tb paru
tes diagnostic Tb Paru yang ditemukan oleh
sehingga sampel dahak dokter, bidan dan
harus dikirim ke perawat yang praktek
Puskesmas terdekat diarahakn ke
yang memiliki alat TCM Puskesmas untuk
pemeriksaan dahak.
4. Puskesmas Lariang
memiliki alat TCM
1. Kurangnya 1. Pasien memahami
Rasio rujukan
pengetahuan pasien system dan indikasi
BPJS
tentang system dan medis rujukan BPJS
Puskesmas
indikasi medis rujukan sehingga angka
Lariang yang
BPJS. rujukan bisa ditekan.
belum mencapai
2. Belum optimalnya input 2. Menginput semua
target
kunjungan sakit kunjungan sakit
Puskesmas Lariang sehingga rasio rujukan
sehingga tidak bisa bisa seimbang.
mengimbangi rasio
rujukan BPJS
3 Rendahnya a. Ibu balita kurang a. Ibu balita mengetahui
pengetahuan ibu mengetahui bahaya bahaya yang
balita tentang yang ditimbulkan oleh ditimbulkan oleh diare
penyakit diare di diare dan penanganan dan mengetahui
Puskesmas awal diare di rumah penanganan diare di
Lariang b. Balita dengan diare rumah
bbaaru dibawa ke b. Ibu balita segera
Puskesmas dengan membawa anaknya ke
kondisi dehidrasi berat Puskesmas jika
kondisinya tidak
membaik dengan
penanganan di rumah.

4 Pasien hipertensi 1. Pasien hipertensi belum 1. Pasien hipertensi


tidak berobat memahami bahwa paham pentingnya
secara rutin hipertensi adalah berobat secara rutin
penyakit kronis yang untuk mencegah
memerlukan pengobatan komplikasi yang
seumur hidup mungkin terjadi
2. Pasien kurang 2. Pasien hipertensi
memahami komplikasi yang rumahnya jauh
yang diakibatkan oleh dari Puskesmas bisa
hipertensi control di Pustu
3. Akses rumah yang jauh terdekat
dari Puskesmas

5 Pasien diabetes 1. Pasien DM tipe 2belum 1. Pasien DM tipe 2


militus tipe 2 tidak memahami bahwa DM paham pentingnya
berobat secara adalah penyakit kronis berobat secara rutin
rutin. yang memerlukan untuk mencegah
pengobatan seumur komplikasi yang
hidup mungkin terjadi
2. Pasien kurang 2. Pasien DM Tipe 2 yang
memahami komplikasi rumahnya jauh dari
yang diakibatkan oleh Puskesmas bisa control
DM tipe 2. di Pustu terdekat
3. Akses rumah yang jauh
dari Puskesmas

Tabel 3.4. Identifikasi Isu

A. Analisis Isu

Dari beberapa masalah yang ada, langkah selanjutnya adalah menyeleksi


masalah tersebut menggunakan metode APKL (Aktual, Problematik, Khalayak dan
Layak) dengan skala skor 1-5. Adapun penjelasan dari masing-masing kriteria
adalah sebagai berikut.
1. Aktual, artinya sedang hangat dibicarakan atau diperkirakan akan segera terjadi.

2. Problematik, menarik atau mendesak..

3. Khalayak, artinya menyangkut hajat hidup orang banyak.


4. Layak, artinya pantas, realistis, atau sesuai kewenangan.

Metode ini digunakan untuk mengetahui bahwa masalah tersebut benar terjadi
dan telah menimbulkan kegelisahan sehingga perlu segera dicari penyebab dan
pemecahannya. Berikut tabel seleksi masalah menggunakan metode APKL.

No Permasalahan A P K L Jumlah Peringkat


Kurang optimalnya penemuan
1.
kasus suspek Tb Paru di Wilayah
5 5 5 5 20 I
kerja Puskesmas Lariang

Rasio rujukan BPJS Puskesmas


2.
Lariang yang belum mencapai
3 5 5 4 17 III
target

Rendahnya pengetahuan ibu balita


3. 5 4 4 5 18 II
tentang penyakit diare di
Puskesmas Lariang
Pasien hipertensi tidak berobat
4. secara rutin di Puskesmas 4 4 4 4 16 IV

Pasien diabetes militus tipe 2 tidak


berobat secara rutin di
5. Puskesmas. 4 4 3 4 15 V

Tabel 3.5. Seleksi Masalah menggunakan Metode APKL


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah dilakukan analisa menggunakan
teknik AKPL maka dihasilkan isu terpilih yaitu:
A. Pertama adalah “Kurang optimalnya penemuan kasus Tb Paru di Wilayah kerja
Puskesmas Lariang”, hal ini dikarenakan Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang Tb Paru dan Puskesmas Lariang tidak memiliki alat Tes Cepat Molekuler
(TCM) sebagai sebagai alat tes diagnostic Tb Paru sehingga sampel dahak harus
dikirim ke Puskesmas terdekat yang memiliki alat TCM.
B. Kedua adalah “Rendahnya pengetahuan ibu balita tentang penyakit diare di
Puskesmas Lariang” hal ini dikarenakan Ibu balita banyak yang belum memahami
bahaya diare dan Ibu balita belum mengetahui penanganan awal diare.
C. Ketiga adalah “Rasio rujukan BPJS Puskesmas Lariang yang belum mencapai
target”, hal ini dikarenakan Kurangnya pengetahuan pasien tentang system dan
indikasi medis rujukan BPJS dan Kurangnya input kunjungan sakit Puskesmas
Lariang sehingga tidak bisa mengimbangi rasio rujukan BPJS.
Adapun kriteria penetapan indikator APKL, yaitu:

1. Aktual (A)

1 = Pernah benar-benar terjadi


2 = Benar-benar sering terjadi
3 = Benar-benar terjadi dan bukan menjadi pembicaraa

4 = Benar-benar terjadi terkadang menjadi bahan pembicaran


5 = Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
2. Problematik (P)

1 = Masalah sederhana

2 = Masalah kurang kompleks

3 = Masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera dicarikan solusi


4 = Masalah kompleks
5 = Masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya

3. Khalayak (K)

1 = Tidak menyangkut hajat hidup orang banyak


2 = Sedikit menyangkut hajat hidup orang
banyak 3 = Cukup menyangkut hajat hidup orang
banyak 4 = Menyangkut hajat hidup orang
banyak
5 = Sangat menyangkut hajat hidup orang banyak

4. Layak (L)

1 = Masuk
akal 2 =
Realistis
3 = Cukup masuk akal dan
realistis 4 = Masuk akal dan
realistis
5 = Masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya
Setelah penetapan masalah dengan menggunakan teknik APKL, kemudian
menarik 3 masalah yang dipertimbangkan kembali untuk dijadikan masalah prioritas
atau masalah utama. Ketiga masalah tersebut kembali diidentifikasi dengan
menggunakan teknik U (Urgency), S (Seriousness), dan G (Growth). Adapun
penjelasan dari masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:
1. Urgency (U), artinya seberapa mendesak suatu masalah harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti.
2. Seriousness (S), artinya seberapa serius suatu masalah harus dibahas,
dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan
3. Growth (G), artinya seberapa besar kemungkinan memburuknya masalah
tersebut jika tidak segera ditangani.

No Permasalahan U S G Jumlah Peringkat


Kurang optimalnya penemuan kasus
1. 5 5 5 15 I
Tb Paru di Wilayah kerja Puskesmas
Lariang

Rendahnya pengetahuan ibu balita


2. tentang penyakit diare di 5 4 5 14 II
Puskesmas Lariang

3. Rasio rujukan BPJS Puskesmas 4 4 5 13 III


Lariang yang belum mencapai target
Tabel 3.6. Analisis Isu dengan Teknik USG
Dari analisa menggunakan teknik USG di atas, maka didapatkan isu utama yaitu,
“Kurang optimalnya penemuan kasus Tb Paru di Wilayah kerja Puskesmas Lariang”.
Adapun kriteria penetapan indikator USG, yaitu:

1. Urgency (U) :

1 : Tidak penting
2 : Kurang
penting 3 : Cukup
penting 4 :
Penting
5 : Sangat penting

2. Seriousness (S) :

1 : Akibat yang ditimbulkan tidak serius

2 : Akibat yang ditimbulkan kurang


serius 3 : Akibat yang ditimbulkan cukup
serius 4 : Akibat yang ditimbulkan serius
5 : Akibat yang ditimbulkan sangat serius

3. Growth (G) :

1 : Tidak berkembang
2 : Kurang
berkembang 3 : Cukup
berkembang 4 :
Berkembang
5 : Sangat berkembang
Berdasarkan table di atas, analisa masalah yang diuji dengan menggunakan pendekatan
teknik APKL dan USG, maka dapat diperoleh masalah prioritas atau masalah utama
yang harus ditangani terlebih dahulu, yaitu “Kurang optimalnya penemuan kasus Tb
Paru di Wilayah kerja Puskesmas Lariang”. Pemilihan masalah tersebut dilakukan
dengan analisis dampak jika hal tersebut tidak ditangani maka akan berdampak pada
hal-hal berikut ini.
A. Pasien Tb paru akan terdeteksi lebih lambat sehingga terjadi kerusakan paru atau
ekstraparu sebelum pasien minum obat antituberculosis.
B. Meningkatnya penyebaran Tb Paru
C. Penularan bacteri Tb pasien dengan imunocompremise dapat menyebabkan
kematian.
B. Penetapan Penyebab Isu dan Dampak

Uraian Data Penyebab


Isu Alternatif Solusi Dampak
/
Masalah
Fakta
Hal ini 1. Kurangnya 1.Melacak pasien 1.Pasien suspek
Belum
didukung pengetahuan suspek Tb paru Tb Paru yang
optimalnya
dengan masyarakat dari keluarga tinggal 1 rumah
penemuan
fakta yang tentang Tb yang tinggal 1 dengan pasien
kasus suspek
dicantumkan Paru. tumah dengan berhasil dilacak.
Tb Paru di
dalam table 2. Puskesmas pasien. 2.Masyarakat
Wilayah kerja
3.1. Lariang tidak 2.Bekerjasama memahami
Puskesmas
memiliki alat dengan petugas tentang penyakit
Lariang
Tes Cepat Promosi Tb paru.
Molekuler Kesehatan untuk 3.Pasien suspet Tb
(TCM) sebagai memberikan paru yang
sebagai alat penyuluhan ditemukan oleh
tes diagnostic secara tatap dokter, bidan dan
Tb Paru muka kepada perawat yang
sehingga masyarakat praktek
sampel dahak tentang Tb Paru. diarahakn ke
harus dikirim 3.Memberikan Puskesmas
ke Puskesmas penyuluhan untuk
terdekat yang kepada pemeriksaan
memiliki alat masyarakat dahak.
TCM menggunakan 4.Puskesmas
media social Lariang memiliki
seperti facebook alat TCM
dan whatsapp.
4.Bekerjasama
dengan dokter,
bidan dan
perawat yang
praktek di Wilayah
kerja Puskesmas
Lariang untuk
mengarahakan
pasien suspek Tb
Paru ke
Puskesmas.
5.Mengajukan
perhohonan
kepada Dinas
Kesehatan
Pasangkayu
untuk pengadaan
alat TCM di
Puskesmas
Lariang
Isu ini 1.Kurangnya 1. Memberikan 1. Pasien
Rasio rujukan
didukung pengetahuan penjelasan memahami
BPJS
dengan data pasien tentang kepada pasien system dan
Puskesmas
yang system dan tentang system indikasi medis
Lariang yang
tercantum indikasi medis dan indikasi rujukan BPJS
belum
pada table rujukan BPJS. medis rujukan sehingga angka
mencapai
3.2 2.Kurangnya input BPJS. rujukan bisa
target
kunjungan sakit 2. Bekerjasama ditekan.
Puskesmas dengan petugas 2. Menginput
Lariang rekam medis, semua
sehingga tidak posyandu lansia, kunjungan sakit
bisa perawat dan sehingga rasio
mengimbangi bidan di pustu rujukan bisa
rasio rujukan untuk meminta seimbang.
BPJS nomor BPJS
kunjungan sakit
untuk di input

Isu ini Kurangnya peran 1. Memberikan Ibu balita memiliki


Rendahnya
didukung Puskesmas konseling pengetahuan
pengetahuan
dengan data dalam tentang diare tentang diare,
ibu balita
yang memberikan kepada ibu penanganan awal
tentang
tercantum konseling dan balita dengan diare di rumah dan
penyakit diare
pada table promosi diare yang segera berobat ke
di Puskesmas
3.3 kesehatan berkunjung ke fasilitas Kesehatan
Lariang
kepada Puskesmas. untuk mendapat
masyarakt 2. Bekerjasama penanganan lebih
khususnya ibu dengan petugas lanjut
balita di wilayah promosi
kerja Puskesmas Kesehatan
Lariang untuk
memberikan
penyuluhan
kepada ibu
balita di
Posyandu
Pasien Kasus 4. Pasien 1. Memberikan 1. Pasien
hipertensi Hipertensi hipertensi konseling hipertensi
tidak adalah penyakit belum kepada pasien paham
berobat tidak menular memahami hipertensi yang pentingny
secara rutin dengan kasus bahwa berkunjung ke a berobat
di tertinggi di hipertensi Puskesmas secara
Puskesmas. Puskesmas adalah tentang rutin untuk
Lariang dan penyakit kronis pengobatan dan mencegah
setiap tahun yang komplikasi komplikasi
mengalami memerlukan hipertensi yang
peningkatan. pengobatan 2. Bekerjasama mungkin
Namun seumur hidup dengan petugas terjadi
penungkatan 5. Pasien kurang promosi 2. Pasien
kasus ini tidak memahami Kesehatan hipertensi
diimbangi komplikasi untuk yang
dengan yang memberikan rumahnya
kepatuhan diakibatkan promosi jauh dari
berobat. oleh hipertensi Kesehatan di Puskesma
6. Akses rumah posyandu lansia s bisa
yang jauh dari 3. Memberikan control di
Puskesmas wewenag Pustu
kepada perawat terdekat
yang bertugas
di pustu untuk
memberikan
obat hipertensi
sesuai dosis
yang
ditetapkan.
Kasus DM tipe 2 1.Pasien DM tipe 1.Memberikan 1.Pasien DM
Pasien adalah penyakit 2belum konseling kepada tipe 2 paham
diabetes tidak menular memahami pasien DM tipe 2 pentingnya
militus tipe 2 dengan kasus bahwa DM yang berkunjung berobat
tidak berobat kedua tertinggi adalah penyakit ke Puskesmas secara rutin
secara rutin. setelah kronis yang tentang untuk
hipertensi di memerlukan pengobatan dan mencegah
Puskesmas pengobatan komplikasi DM komplikasi
Lariang dan seumur hidup tipe 2. yang
setiap tahun 2.Pasien kurang 2.Bekerjasama mungkin
mengalami memahami dengan petugas terjadi.
peningkatan. komplikasi yang promosi 2.Pasien DM
Namun diakibatkan oleh Kesehatan untuk Tipe 2 yang
penungkatan DM tipe 2. memberikan rumahnya
kasus ini tidak 3.Akses rumah promosi jauh dari
diimbangi yang jauh dari Kesehatan di Puskesmas
dengan Puskesmas posyandu lansia bisa control
kepatuhan 3.Memberikan di Pustu
berobat. wewenang terdekat
kepada perawat
yang bertugas di
pustu untuk
memberikan obat
DM tipe 2 sesuai
dosis yang
ditetapkan.

Tabel 3.6. Penetapan Penyebab Isu dan Dampak

C. Gagasan Pemecahan Isu

Isu utama yang diangkat adalah “Belum optimalnya penemuan kasus suspek
Tb Paru di Wilayah kerja Puskesmas Lariang” Adapun gagasan terkait pemecahan
isu diatas, dengan jangka waktu kurang lebih selama 1 bulan adalah

A. Melacak pasien suspek Tb paru dari keluarga yang tinggal 1 tumah dengan
pasien.

B. Bekerjasama dengan petugas Promosi Kesehatan untuk memberikan


penyuluhan secara tatap muka kepada masyarakat tentang Tb Paru.

C. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat menggunakan media social seperti


facebook dan whatsapp.

D. Bekerjasama dengan dokter, bidan dan perawat yang praktek di Wilayah kerja
Puskesmas Lariang untuk mengarahakan pasien suspek Tb Paru ke
Puskesmas.

E. Mengajukan perhohonan kepada Dinas Kesehatan Pasangkayu untuk


pengadaan alat TCM di Puskesmas.

Jika upaya ini dilakukan dengan baik maka penemuan kasus suspek Tb paru di
wilayah kerja puskesmas lariang bisa ditingkiatkan. Matriks Rancangan
Aktualisasi
Nama dr. Kadek Agus Arsana, S.Ked
Jabatan Ahli Pertama – Dokter
Unit Kerja UPT. Puskesmas Lariang
Identifikasi Isu 1. Rendahnya pengetahuan ibu balita tentang
penyakit diare di Puskesmas Lariang

2. Pasien hipertensi tidak berobat secara rutin

3. Pasien diabetes militus tipe 2 tidak berobat secara


rutin

4. Rasio rujukan BPJS Puskesmas Lariang yang


belum mencapai target

5. Belum optimalnya penemuan kasus Tb Paru di


Wilayah kerja Puskesmas Lariang
Isu yang Diangkat Belum optimalnya penemuan kasus Tb Paru di
Wilayah kerja Puskesmas Lariang

Gagasan Pemecahan Isu


A. Melacak pasien suspek Tb paru dari
keluarga yang tinggal 1 tumah dengan
pasien.

B. Bekerjasama dengan petugas Promosi


Kesehatan untuk memberikan penyuluhan
secara tatap muka kepada masyarakat
tentang Tb Paru.

C. Memberikan penyuluhan kepada


masyarakat menggunakan media social
seperti facebook dan whatsapp.

D. Berkoordinasi dengan dokter, bidan dan


perawat yang praktek di Wilayah kerja
Puskesmas Lariang untuk mengarahakan
pasien suspek Tb Paru ke Puskesmas.

E. Mengajukan perhohonan kepada Dinas


Kesehatan Pasangkayu untuk pengadaan
alat TCM di Puskesmas

Tabel 3.7. Matriks Rancangan Aktualisasi

D. Rencana Pelaksanaan Aktualisasi

1. Persiapan Aktualisasi

No Uraian Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan Persiapan Aktualisasi


2. Tahapan Kegiatan 1. Melakukan konsultasi ke atasan mengenai
rencana kegiatan aktualisasi
2. Membangun komunikasi dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasangkayu terkait
pengadaan alat TCM
3. Membangun komunikasi dengan pemegang
program Tb Paru Puskesmas Lariang
4. Membangun komunikasi dengan petugas
promosi Kesehatan Puskesmas Lariang
5. Membangun komunikasi dengan perawat
dan bidan yang paraktek mandiri di wilayah
kerja Puskesmas Lariang
3. Output / Hasil 1. Catatan hasil konsultasi dengan atasan

2. Catatan hasil komunikasi dengan Dinas


Kesehatan Kabupaten Pasangkayu
3. Catatan hasil komunikasi dengan
pemegang program tb paru Puskesmas
Lariang
4. Catatan hasil komunikasi dengan perawat
dan bidan yang paraktek mandiri di wilayah
kerja Puskesmas Lariang
5. Dokumentasi kegiatan (Video/foto)
4. Keterikatan dengan Nilai
Dasar BerAKHLAK 1. Berorientasi Pelayanan: memahami dan
memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang
Kesehatan berupa preventif, kuratif dan
rehabilitative Tb Paru
2. Akuntabel: melaksanakan tugas dengan
jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi untuk memberikan
pelayanan Kesehatan.
3. Kolaboratif: memberikan kesempatan
kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
seperti Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasangkayu, Kepala Puskesmas Lariang,
pemegang program Tb Paru, Petugas
Promosi Kesehatan, perawat dan bidan
praktek mandiri di lingkungan kerja
Puskesmas Lariang
5. Kontribusi Terhadap Tugas Fungsi Pokok: Membantu Kepala Puskesmas
dan Fungsi dalam melaksanakan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) di wilayah kerja Puskesmas
Terisi.
Tugas Pokok: Melaksanakan pelayanan
kesehatan di Puskesmas secara kolaborasi
sesuai dengan kondisi pasien
6. Penguatan Nilai Organisasi Nilai organisasi yang dikuatkan adalah
tanggap yang artinya sadar bahwa kurang
optimalnya penemuan kasus suspek Tb Paru
dapat mengakibatkan penyebaran Tb paru
yang lebih luas di wilayah kerja Puskesmas
Lariang .

Tabel 3.8. Persiapan Aktualisasi

2. Melacak pasien suspek Tb paru dari keluarga yang tinggal 1 rumah dengan
pasien.

No Uraian Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan
Melacak pasien suspek Tb paru dari
keluarga yang tinggal 1 tumah dengan
pasien.

2. Tahapan Kegiatan 1. Berkoodinasi dengan pemegang program


Tb Paru dan Ahli Teknologi Laboratorium
Medis (ATLM) Puskesmas Lariang
2. Menunjungi rumah pasien Tb Paru untuk
mengetahui apakah ada keluarga pasien
yang mengalami gejala-gejala Tb Paru
3. Jika ada keluarga pasien yang mengalami
gejala-gejala Tb paru maka ATLM
Puskesmas Lariang akan memberikan pot
dahak dan akan diperiksa di Puskesmas
yang memiliki alat TCM

3. Output / Hasil 1. Penambahan suspek Tb Paru


2. Dokumentasi kegiatan (Video/Foto)
4. Keterikatan dengan Nilai 1. Berorientasi Pelayanan: memahami dan
dasar BerAKHLAK memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang
Kesehatan berupa penemuan kasus suspek
Tb PAru
2. Akuntabel: melaksanakan tugas dengan
jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi untuk memberikan
pelayanan Kesehatan.
3. Kolaboratif: memberikan kesempatan
kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
seperti pemegang program Tb paru
Puskesmas Lariang dan petugas ATLM
Puskesmas Lariang.

5. Kontribusi Terhadap Tugas Fungsi Pokok: Membantu Kepala Puskesmas


dan Fungsi dalam melaksanakan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) di wilayah kerja Puskesmas
Terisi.
Tugas Pokok: Melaksanakan pelayanan
kesehatan di Puskesmas secara kolaborasi
sesuai dengan kondisi pasien

6. Penguatan Nilai Organisasi Nilai organisasi yang dikuatkan adalah


tanggap yang artinya sadar bahwa kurang
optimalnya penemuan kasus suspek Tb Paru
dapat mengakibatkan penyebaran Tb paru
yang lebih luas di wilayah kerja Puskesmas
Lariang .

Tabel 3.8
4. Bekerjasama dengan petugas Promosi Kesehatan untuk memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang Tb Paru.

No Uraian Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan Bekerjasama dengan petugas Promosi


Kesehatan untuk memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang Tb Paru
2. Tahapan Kegiatan 1. Berkoordinasi dengan petugas promosi
kesehatan tentang rencana penyuluhan Tb
paru kepada masyarakat
2. Menentukan tempat dan waktu penyuluhan
3. Mempersiapkan media dan materi
penyuluhan Tb paru.
4. Melaksanakan kegiatan penyuluhan Tb
paru.
3. Output / Hasil 1. Masyarakat mengetahui tentang Tb paru dan
jika mengalami keluhan segera berobat ke
Puskesmas.
2. Dokumentasi kegiatan( Video/Foto)

4. Keterikatan dengan Nilai 1. Berorientasi Pelayanan: memahami dan


Dasar BerAKHLAK memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang
Kesehatan berupa pengetahuan tentang
penyakit Tb Paru
2. Akuntabel: melaksanakan tugas dengan
jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi untuk memberikan
pelayanan Kesehatan berupa promosi
Kesehatan.
3. Kolaboratif: memberikan kesempatan
kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
dalam hal ini adalah Petugas Promosi
Kesehatan Puskesmas Lariang.
5. Kontribusi Terhadap Tugas Fungsi Pokok: Membantu Kepala Puskesmas
dan Fungsi dalam melaksanakan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) di wilayah kerja Puskesmas
Terisi.
Tugas Pokok: Melaksanakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) di posyandu balita, lansia
dan kelompok masyarakat
6. Penguatan Nilai Organisasi Nilai organisasi yang dikuatkan adalah
tanggap yang artinya sadar bahwa kurang
optimalnya penemuan kasus suspek Tb Paru
dapat mengakibatkan penyebaran Tb paru
yang lebih luas di wilayah kerja Puskesmas
Lariang .

Tabel 3.9. Bekerjasama dengan petugas Promosi Kesehatan untuk memberikan


penyuluhan kepada masyarakat tentang Tb Paru

4. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat menggunakan media social facebook.

No Uraian Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat
menggunakan media social facebook
2. Tahapan Kegiatan 1. Berkoordinasi dengan admin facebook
Puskesmas Lariang
2. Menyiapkan materi penyuluhan yang akan
diposting akun facebook Puskesmas
Lariang
3. Berkoordinasi dengan admin facebook
Puskesmas Lariang untuk memposting
materi penyuluhan Tb Paru di akun facebook
Puskesmas Lariang.
3. Output / Hasil 1. Masyarakat yang membaca postingan
akun facebook Puskesmas Lariang
mengetahui tentang penyakit Tb Paru.
2. Dokumentasi Kegiatan (video/Foto)

4. Keterikatan dengan Nilai 1. Berorientasi Pelayanan: memahami dan


Dasar BerAKHLAK memenuhi kebutuhan masyarakat di
bidang Kesehatan berupa pengetahuan
tentang penyakit Tb Paru
2. Kolaboratif: memberikan kesempatan
kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
dalam hal ini adalah admin facebook
Puskesmas Lariang
Kontribusi Terhadap Tugas Fungsi Pokok: Membantu Kepala Puskesmas
dan Fungsi dalam melaksanakan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) di wilayah kerja Puskesmas
Terisi.
Tugas Pokok: Melaksanakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) di posyandu balita, lansia
dan kelompok masyarakat

5. Penguatan Nilai Organisasi Nilai organisasi yang dikuatkan adalah


tanggap yang artinya sadar bahwa kurang
optimalnya penemuan kasus suspek Tb Paru
dapat mengakibatkan penyebaran Tb paru
yang lebih luas di wilayah kerja Puskesmas
Lariang .

Tabel 3.10. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat menggunakan media


social facebook

F. Berkoordinasi dengan dokter, bidan dan perawat yang praktek di Wilayah kerja
Puskesmas Lariang untuk mengarahakan pasien suspek Tb Paru ke Puskesmas.

No Uraian Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan
Berkoordinasi dengan dokter, bidan dan
perawat yang praktek mandiri di Wilayah
kerja Puskesmas Lariang untuk
mengarahakan pasien suspek Tb Paru ke
Puskesmas.

2. Tahapan Kegiatan 1. Melakukan pendataan terhadap dokter,


bidan dan perawat yang praktek mandiri di
wilayah kerja Puskesmas Lariang
2. Berkoordinasi dengan dokter, bidan dan
perawat yang praktek mandiri di Wilayah
kerja Puskesmas Lariang untuk
mengarahakan pasien suspek Tb Paru ke
Puskesmas.
3. Output / Hasil 1. Dokter, bidan dan perawat yang praktek
mandiri di wilayah kerja Puskesmas Lariang,
akan merujuk pasien ke Puskesmas Lariang
jika memiliki tanda dan gejala Tb paru.

2. Dokumentasi (video/foto)
4. Keterikatan dengan Nilai Kolaboratif: memberikan kesempatan
ASN kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
dalam hal ini adalah dokter, bidan dan
perawat yang praktek mandiri di wilayah
kerja Puskesmas Lariang.
5. Kontribusi Terhadap Tugas Fungsi Pokok: Membantu Kepala Puskesmas
dan Fungsi dalam melaksanakan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) di wilayah kerja Puskesmas
Lariang.

6. Penguatan Nilai Organisasi Nilai organisasi yang dikuatkan adalah


tanggap yang artinya sadar bahwa kurang
optimalnya penemuan kasus suspek Tb Paru
dapat mengakibatkan penyebaran Tb paru
yang lebih luas di wilayah kerja Puskesmas
Lariang .

Tabel 3.11.

F. Mengajukan perhohonan kepada Dinas Kesehatan Pasangkayu untuk


pengadaan alat TCM di Puskesmas.

No Uraian Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan
Mengajukan perhohonan kepada Dinas
Kesehatan Pasangkayu untuk pengadaan
alat TCM di Puskesmas.
2. Tahapan Kegiatan 1. Berkonsultasi dengan Kepala
Puskesmas mengenai kebutuhan
Puskesmas Lariang akan alat TCM.
2. Jika Kepala Puskesmas Lariang setuju,
maka Kepala Puskesmas melalu Tata
Usaha akan menyurat ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasangkayu
Output / Hasil 1. Puskesmas memiliki alat TCM sehingga
pemeriksaan dahak tidak dilakukan di
puskesmas lain
2. Dokumentasi (video/foto)
4. Keterikatan dengan Nilai Kolaboratif: memberikan kesempatan
ASN kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan
Pasangkayu

5. Kontribusi Terhadap Tugas Fungsi Pokok: Membantu Kepala Puskesmas


dan Fungsi dalam melaksanakan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) di wilayah kerja Puskesmas
Lariang.

6. Penguatan Nilai Organisasi Nilai organisasi yang dikuatkan adalah


tanggap yang artinya sadar bahwa kurang
optimalnya penemuan kasus suspek Tb Paru
dapat mengakibatkan penyebaran Tb paru
yang lebih luas di wilayah kerja Puskesmas
Lariang .
Tabel 3.12. Mengajukan perhohonan kepada Dinas Kesehatan Pasangkayu
untuk pengadaan alat TCM di Puskesmas.
a.Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi

Tabel 3.13. Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi

Optimalisasi Penemuan Kasus Suspek Tb Paru Puskesmas


Lariang Tahun 2022

BUL
N JADWAL AN
O KEGIATAN JU JU
NI LI
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Persiapan Aktualisasi
a Melakukan konsultasi ke atasan mengenai
rencana kegiatan aktualisasi
b Melakukan konsultasi dengan Ketua PERSAGI
Provinsi Sulawesi Barat
c Membangun komunikasi dengan Tenaga
Pelayanan Gizi (TPG)
2 Membuat group Whatsapp Bersama dengan Tenaga Pelayanan Gizi (TPG)

a Mengumpulkan seluruh no. Hp Tenaga


Pelayanan Gizi (TPG) melalui Ketua
PERSAGI Provinsi Sulawesi Barat
b Membuat group Whatsapp E-PPGBM Provinsi
Sulawesi Barat
c Mengundang seluruh Tenaga Pelayanan Gizi
(TPG) untuk masuk ke dalam
group, guna memudahkan koordinasi
3 Melakukan koordinasi dengan Tenaga Pelayanan Gizi (TPG) terkait penginputan data EPPGBM

a Memberikan format pengisian EPPGBM secara


offline, terhadap seluruh Tenaga Pelayanan
Gizi (TPG)
b Membuka sesi pertanyaan terkait pengisian
format EPPGBM

c Memastikan seluruh Tenaga Pelayanan Gizi,


mengerti dengan mekanisme
pengisian data EPPGBM
4 Melakukan monitoring pengisian data EPPGBM
a Memastikan Tenaga Pelayanan Gizi (TPG)
sudah berada di Posyandu

b Memastikan jaringan yang terdapat di wilayah


kerja Posyandu stabil sehingga memudahkan
untuk koordinasi

c Memastikan Tenaga Pelayanan Gizi (TPG),


melakukan penginputan data secara offline
5 Melakukan evaluasi penginputan data EPPGBM

a Mengumpulkan hasil pengisian EPPGBM


maksimal H+1 dari tanggal
kunjungan Posyandu

b Melakukan pengecekan terhadap data yang


sudah diinput secara offline dan
memastikan data yang sudah terinput sudah
sesuai dengan format pengisian.

c Memberikan penginputan data secara online


dan memastikan data yang
sudah terinput dapat terakses sebagaimana
mestinya
Keterangan

: Pelaksanaan

: Hari Minggu/Libur

Anda mungkin juga menyukai