Anda di halaman 1dari 5

TUGAS LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS (Distance Learning)


Angkatan : 4 Kelompok 2
Nama Mata Pelatihan : Analisis Isu Kontemporer
Nama Peserta : Puja Ayu Lestari Simatupang A.Md.Kep
Nomor Daftar Hadir : 29
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : BKPSDM Sarolangun

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES) Nomor 75 Tahun


2014 menyebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu
jenis fasilitas pelayanan masyarakat tingkat pertama memiliki peran penting dalam sistem
kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Puskesmas bertanggung
jawab pada layanan kesehatan yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Tekhnis Dinas Kesehatan Kabupaten//Kota yang
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas
berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Prevalensi ISPA tahun 2018 di Indonesia menurut diagnosa tenaga kesehatan
(dokter, bidan atau perawat) dan gejala yang dialami sebesar 9,3 persen. Penyakit ini
merupakan infeksi saluran pernapasan akut dengan gejala demam, batuk kurang dari 2
minggu, pilek/hidung tersumbat dan/atau sakit tenggorokan.
Indonesia memiliki angka kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%
dari seluruh kematian anak. Kejadian ISPA masih menjadi masalah kesehatan utama di
Indonesia. Prevalensi ISPA di Indonesia pada tahun 2018 adalah 9,3%, dimana angka
prevalensi ini turun dibandingkan tahun 2013 sebesar 25,0%. Penyakit ini masih menjadi
kunjungan pasien yang banyak di Puskesmas (Kemenkes RI, 2018).
Penyakit ISPA ini tidak hanya menjadi permasalahan di negara berkembang, namun
juga menjadi masalah global di negara lain. Penyebab nasofaringitis akut antara lain
rhinovirus, influenza virus, adenovirus (ADV), enterovirus dan parainfluenza viruses (PIV).
Lebih dari 200 tipe rhinovirus ditemukan. Virus yang menginfeksi terutama common cold
pada anak-anak dibawah usia 5 tahun (Onovar dan Yildiz, 2009).
Tingginya angka kejadian akibat penyakit ISPA bagian atas pada balita dan anak
berhubungan dengan beban ekonomi dengan menempatkan beban keuangan yang besar
pada masyarakat dan menjadi kunjungan yang paling sering pada sistem pelayanan
kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia berdasarkan pada Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN). Menurut UU RI No. 24 Tahun 2011 Jaminan kesehatan
diselenggarakan oleh Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) yang telah ditunjuk
secara resmi oleh pemerintah.
Diperkirakan pada tahun 2020 terdapat setidaknya 2.787 kasus ISPA di UPTD
Puskesmas Cermin Nan Gedang, jumlah kasus ISPA sendiri terhitung dari bulan Januari
sampai dengan Desember . Hal ini terjadi dikarenakan sanitasi rumah dan sosial ekonomi
dapat mempengaruhi terjadinya ISPA karena sosial ekonomi merupakan satu unsur
lingkungan hidup yang berkaitan dengan penyebab ISPA pada anak balita, faktor risiko
lingkungan yang sangat mempengaruhi atau menentukan dapat berupa kondisi fisik rumah
dan kondisi sosial ekonomi keluarga, status imunisasi anak yang tidak lengkap dengan
status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuh anak, di dalam rumah ada keluarga yang
merokok dan masih belum optimalnya sosialiasi dari petugas medis tentang bahaya
penyebab ISPA, serta adanya masyarakat yang tinggal jauh dari fasilitas pelayanan
kesehatan sehingga mengakibatkan masih rendahnya pengetahuan pasien dan keluarga
tentang dampak bahaya ISPA tersebut.
Jika ISPA tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi komplikasi yang serius dan
dapat berakibat fatal. Komplikasi yang sering terjadi akibat ISPA adalah gagal napas akibat
paru-paru berhenti berfungsi, peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah, serta gagal
jantung.
TEKNIK ANALISIS ISU

Isu aktual yang dapat ditemukan di Puskesmas Cermin Nan Gedang adalah sebagai
berikut : Rendahnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang dampak bahaya ISPA.
Teknik analisis yang akan di pakai dalam kasus ini yaitu teknik USG. Teknik analisis USG
merupakan teknik yang dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgency/mendesak (U),
keseriusan/seriousness (S), dan perkembangan isu/growth (G). Berikut ada tabel analisis
faktor penyebab isu prioritas menngunakan teknik USG :
Tabel USG
No. Masalah Pokok U S G TOTAL RANGKING
NILAI
1. Rendahnya 4 5 4 13 1
pengetahuan pasien
dan keluarga tentang
dampak bahaya ISPA
2. Adanya faktor 4 3 4 11 2
lingkungan berupa
sanitasi rumah yang
buruk serta adanya
anggota keluarga yang
merokok
3. Adanya masyarakat 3 4 3 10 3
yang tinggal jauh dari
fasilitas pelayanan
kesehatan

Keterangan
1 = Tidak Mempengaruhi
2 = Kurang Mempengaruhi
3 = Cukup Mempengaruhi
4 = Mempengaruhi
5 = Sangat Mempengaruhi
Berdasarkan tabel tersebut, maka isu aktual yang menjadi prioritas adalah
Rendahnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang dampak bahaya ISPA.
Jadi menurut saya penyelesaian masalah ini dapat dengan melakukan sosialiasi dari
petugas medis tentang bahaya penyebab ISPA, sosialisasi dilakukan secara merata hingga
ke daerah-daerah yang sulit untuk di akses agar masyarakat lebih paham dan menyadari
tentang dampak bahaya ISPA bagi kesehatan. Sosialisasi harus dilakukan secara inovatif
agar dapat menarik minat masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut tentang dampak
bahaya ISPA.
Lampiran Data

Anda mungkin juga menyukai