Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU ANALISIS ISU KONTEMPORER

dr. TITIN DAMAYANTI


KELOMPOK 03 AGKATAN XXV LATSAR CPNS 2021

ISU – ISU YANG DITEMUKAN PADA UPT PUSKESMAS GALIS

Dalam sistem kesehatan di Indonesia, Pusat Kesehatan Masyarakat


(Puskesmas) merupakan institusi terdepan tingkat pertama pelayanan kesehatan di
akar rumput. Mereka melayani kebutuhan kesehatan masyarakat dan perorangan
dengan lebih mengutamakan aspek promotif dan preventif.

Petugas kesehatan di layanan kesehatan ini paling dekat dengan masyarakat,


termasuk memiliki program pengembangan yang melibatkan peran masyarakat melalui
keberadaan kader kesehatan. Sayangnya, program sosialisasi dan kader kesehatan di
Puskesmas sering tidak maksimal pelaksanaannya karena hanya bertujuan untuk
menyelesaikan program, bukan pada perubahan perilaku masyarakat agar lebih sehat.

Selain itu, kondisi dan kemampuan Puskesmas di Indonesia berbeda-beda di


setiap wilayah, tergantung dari kapasitas dan manajemen masing-masing Puskesmas.
Ketimpangan sumber daya manusia, akses informasi serta infrastruktur memengaruhi
kinerja Puskesmas dalam melaksanakan upaya menyehatkan masyarakat.

Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja
sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa
program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program
adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja
sama lintas sector. Suatu program dikatakan berhasil bila dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakatnya, maka dari itu kerjasama di lintas program diperlukan agar
usaha promotif dan prefentif dapat tercapai.

Selain dibutuhkan kerjasama lintas program yang baik, keaktifan tenaga


kesehatan dirasa sangat perlu karena itu adalah salah satu upaya puskesmas yang
mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memadukan ilmu/
praktik keperawatan dengan kesehatan masyarakat lewat dukungan peran serta aktif
masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya. Dengan peningkatan kunjungan rumah di
harapkan terdapat peningkatan kemandirian keluarga rawan.

Terdapat banyak masalah yang seharusnya dapat diatasi oleh Puskesmas


sebagai ujung tanduk pelayanan kesehatan di masyarakat, salah satunya dengan
meningkatkan penangan masalah kesehatan jiwa, karena masih ada Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) yang masih di pasung.

Padahal sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa


menyatakan bahwa pasien dengan gangguan jiwa yang terlantar harus mendapatkan
perawatan dan pengobatan pada suatu tempat perawatan. Surat Menteri Dalam Negeri
Nomor PEM.29/6/15, tertanggal 11 Nopember 1977 yang ditujukan kepada Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia meminta kepada masyarakat untuk tidak
melakukan pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk menyerahkan perawatan penderita di Rumah Sakit Jiwa.
Surat tersebut juga berisi instruksi untuk para Camat dan Kepala Desa agar secara aktif
mengambil prakarsa dan langkah-langkah dalam penanggulangan pasien yang ada di
daerah mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan orang dengan masalah kejiwaan yang di pasung


dan terlantar, diperlukan upaya yang komprehensif dari segala aspek kesehatan,
ekonomi, dan sosial. Upaya tersebut dikenal dengan program Menuju Indonesia Bebas
Pasung. Upaya ini mengatur tentang peran pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat.

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemerataan


penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat, termasuk pembiayaan pengobatan dan perawatan gangguan jiwa untuk
masyarakat miskin. Pemerintah dan pemerintah daerah bukan hanya menemukan
kasus-kasus pasung untuk kemudian melepaskannya, tetapi juga harus memberikan
edukasi pada masyarakat untuk tidak melakukan pemasungan.

Puskesmas diberdayakan sehingga mampu menjadi ujung tombak pelayanan


kesehatan jiwa serta juga harus menyediakan pengobatan yang diperlukan. Rumah
Sakit Umum harus menyediakan tempat tidur sehingga bisa merawat ODGJ yang
memerlukan perawatan. Rumah Sakit Jiwa selain sebagai pusat rujukan juga harus
mampu menjadi pusat pembinaan kesehatan jiwa bagi layanan kesehatan di
wilayahnya.

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi


dinas kesehatan kota dan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terdapat di Puskesmas
juga merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya
sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman
dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data.
Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan
adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan
masyarakat. Dalam laporan tahun 2020, jumlah ODGJ ditemukan sebanyak 6 kasus.
Informasi seperti ini perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi
pengetahuan bagi semua staf puskesmas.

Berbicara tentang Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3),


merupakan instrumen vital dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan,
penggunaan pelayanan kesehatan di puskesmas, kematian, dan berbagai informasi
kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan di
tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan. (Santoso, 2008)

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa


ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak
akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data
dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan
benar. Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah
organisasi, karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau
perkembangan organisasi tersebut (Tiara, 2011).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal :

1. Pencatatan, pelaporan, dan pengolahan;

2. Analisis; dan

3. Pemanfaatan.

Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang
berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke
dalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas
menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk
arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan
Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke masing-
masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan
Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan
Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi
pelaporan sebagai berikut :

1. Bulanan;

2. Tribulan;

3. Tahunan.

Laporan bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan
penggunaan obatobat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain
kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik
kesehatan gigi.

Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan,
kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data
ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat
kabupaten dan kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai,
yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan
(Santoso, 2008).

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan upaya memenuhi


kebutuhan informasi dalam sistem pelayanan kesehatan yang pro publik, sudah banyak
pihak yang berusaha mengembangkan sistem informasi pelayanan kesehatan berbasis
komputer. Pihak institusi pelayanan kesehatan memiliki kesempatan untuk memilih dan
mengimplementasikan aplikasi komputer dan sistem penunjangnya yang komprehensif.
Sarana pelayanan kesehatan sebagai penghasil data/informasi senantiasa
memperhatikan masukan yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

Penggunaan teknologi informasi untuk layanan kesehatan juga diterapkan di


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 disebutkan bahwa Sistem Informasi
Manjemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi
untuk membantu proses manajemen Puskesmas.

Puskesmas sebagai penyedia sarana pelayanan kesehatan dituntut untuk


memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat dan akurat. Oleh karena itu,
merupakan suatu keharusan bahwa puskesmas memanfaatkan kemajuan informasi
teknologi dalam memenuhi tuntutan pelayanan tersebut.

Dari pembahasan di atas, kami rangkum 5 Isu yang

No. Masalah Yang T 1.


2.

3.

4.

5.

Kurangnya kerjasama yang baik antar lintas program


Kurang aktifnya tenaga kesehatan dalam melakukan kunjungan rumah

Kurang optimalnya penanganan masalah kesehatan jiwa sehingga masih ada ODGJ
yang di pasung

Belum optimalnya Sistem Informasi Kesehatan sehingga sering ditemukan


keterlambatan dalam pengiriman laporan.

Kurangnya media inform Puskesmas.

rangkum 5 Isu yang terjadi dalam Pelayanan Kesehatan di Masyarakat

Masalah Yang Terjadi Yang Diharapkan Kurangnya kerjasama yang baik antar lintas

Kurang aktifnya tenaga kesehatan dalam melakukan kunjungan rumah

Kurang optimalnya penanganan masalah kesehatan jiwa sehingga masih ada ODGJ

malnya Sistem Informasi Kesehatan sehingga sering ditemukan keterlambatan dalam


pengiriman laporan.
Kurangnya media informasi pada

Antara pemegang program terdapat kerjasama yang saling berkesinambungan


perubahan perilaku yang sehat pada masyarakat.

Tenaga kesehatan lebih aktif dalam melakukan kunjungan rumah, karena itu adalah
salah satu tindakan promotif yang Puskesmas dalam melayani masyarakat.

Petugas kesehatan lebih optimal dalam menangani ODGJ agar Indonesia bebas
pasung, karena Pemasungan merupakan bentuk pelanggaran Hak Azazi Manusia

Sistem Informasi Kesehatan harus lebih dalam pengumpulan dan pengolahan data
Karena dari data tersebut suatu program dapat berjalan efektif.

Puskesmas lebih meningkatkan media informasi, terutama Sistem elektronik


perkembangannya sangat cepat dan sasaran untuk lebih meningkatkan pengetahuan
masyarakat.

terjadi dalam Pelayanan Kesehatan di Masyarakat

iharapkan Antara pemegang program terdapat kerjasama saling berkesinambungan


agar terdapat perubahan perilaku yang sehat pada

Tenaga kesehatan lebih aktif dalam melakukan kunjungan rumah, karena itu adalah
salah satu menjadi tujuan Puskesmas dalam melayani masyarakat.

Petugas kesehatan lebih optimal dalam Indonesia bebas pasung, Pemasungan


merupakan bentuk pelanggaran Hak Azazi Manusia.
Sistem Informasi Kesehatan harus lebih aktif dalam pengumpulan dan pengolahan
data. Karena dari data tersebut suatu program dapat

Puskesmas lebih meningkatkan media Sistem elektronik yang cepat dan lebih tepat
meningkatkan

Anda mungkin juga menyukai