Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH DASAR UMUM ETIKOMEDIKOLEGAL

5 KASUS PELANGGARAN BIOETIK DI RUMAH SAKIT

Oleh:

dr. Andi Risal Zuhli Doro (C035221012)

Dosen

Prof. Dr. Gatot S, Lawrence, M.S.c, Sp.PA(K), DFM, Sp.F, FESC

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 (SP-1)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG

TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit merupakan organ yang didalamnya terdapat Tenaga
Kesehatan yang turut membantu dalam pelaksanaan pemberian fasilitas
pengobatan terhadap pasien. Dalam Hukum Kesehatan juga menjelaskan bahwa
terdapat Tenaga Kesehatan merupakan setiap orang yang tergabung sebagai
para medis, yang bersedia untuk mengabdikan dirinya khusus untuk menangani
kesehatan. Orang tersebut tidak hanya bersedia untuk mengabdikan dirinya saja
melainkan mereka juga harus memiliki pengetahuan yang mumpuni beserta
keterampilan yang fokusnya dalam bidang kesehatan. Para medis yang
dimaksudkan diatas adalah Dokter, Perawat serta para medis lainnya. Dokter
dalam melakukan pekerjaannya akan dibantu oleh perawat sehingga perawat
disini juga harus memiliki keahlian dan kewenangan. Perawat memperoleh
kewenangan ini berdasarkan pelimpahan wewenang dari dokter, jika tidak
menerima pelimpahan wewenang maka perawat tidak dapat melakukan tindakan
apapun atas pasien. Saat ini banyak ditemukan perawat belum mendapatkan
instruksi/pelimpahan wewenang dari dokter tetapi mereka sudah melakukan
tindakan medis, sehingga atas tindakan tersebut terkadang menyebabkan
keadaan dari pasien mengalami penurunan. Atas tindakan perawat ini maka
tidak dibenarkan, sehingga diperlukan suatu aturan untuk mengatur tindakan
perawat.(Amir and Purnama, 2021)
Sejalan dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan yang dicapai
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dunia kedoktoren, khususnya
pelayanan kesehatan selalu mengalami tuntutan dan tantangan kemajuan yang
tidak kecil artinya. Namun demikian, dalam perkembangan di masa sekarang ini
penilaian masyarakat terhadap pelayanan tenaga kesehatan di Indonesia sangat
buruk. Akibat negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
timbulnya kejahatan dalam di bidang kesehatan atau kriminalitas medis yang
mana viktimisasi adalah para pasien. Sahetapy menjelaskan “viktimisasi medis

2
dalam hal ini dapat disebut penyalahgunaan obat bius, alkoholisme, malpraktik di
bidang kedokteran, eksperimen kedokteran yang melanggar kode etik.”3 Dalam
menjalankanprofesinya, dokter harus berpedoman pada standar dan etika
profesi. Etika kedokteran tersebut merupakan salah satu aplikasi dari filosofi
etika. Etika kedokteran dan kode etik profesi medis didasarkan atas prinsip-
prinsip beneficence/non-maleficence (memberi manfaat/dan tidak memperburuk
keadaan), respect for the autonomy (menghormati hakhak pasien), justice
(keadilan) and personal integrity (integritas pribadi tenaga medis). Perilaku yang
bertentangan dengan prinsipprinsip tersebutlah yang merupakan suatu
malpraktik kedokteran.(Handoyo, 2020)

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Contoh Pelanggaran Bioetik di Rumah Sakit


Sebagai profesi yang tertua di dunia, dokter wajib memberikan Pelayanan
Medis yang baik yaitu yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, bermutu
dan terjangkau. Untuk dapat memberikan pelayanan kedokteran paripurna
bermutu (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) bukan saja ditentukan oleh
pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga oleh perilaku (professional
behaviour), etik (bioethics) dan moral serta hukum.(Soemoele, 2020)
Masalah malpraktik dalam pelayanan kesehatan akhir-akhir ini mulai
ramai dibicarakan masyarakat diberbagai golongan. Hal ini ditujukkan Karena
banyaknya berbagai pengaduan kasus-kasus malpraktik yang diajukan
masyarakat terhadap profesi dokter yang telah dianggap merugikan pasien
dalam melakukan perawatan. Sebenarnya dengan meningkatnya jumlah
pengaduan ini membuktikan bahwa masyarakat telah sadar akan haknya dalam
usaha untuk melindungi dirnya sendiri dari tindakan lain yang merugikannya.5
Berita tenaga medis dituntut di pengadilan disebabkan adanya unsur kesalahan
pengobatan dan pemberian dosis obat tidak sesuai dengan kondisi pasien
hingga menyebabkan meninggal, cacat, menambah parah penyakit yang diderita
sampai tindakan kurang senonoh yang dilakukan tenaga medis pada pasiennya.
(Handoyo, 2020)
Ada ungkapan 'Dokter Juga Manusia'. Artinya, sebagai manusia, wajar
kalau dokter melakukan kesalahan. Ungkapan itu memang benar. Tapi bila
memperhatikan kasus-kasus malpraktik di dunia kedokteran selama ini. Di
Indonesia misalnya, ada kasus bayi yang salah potong jari, salah tranfusi darah,
salah suntik, hingga salah diagnosis yang berujung pada kematian. Berikut ini
beberapa kasus malpraktek yang dilakukan oleh dokter dan tenaga kesahatan
yang terjadi di Indonesia.(Handoyo, 2020)
a) Infeksi Pasca Operasi Cesar
Kasus malpraktik ini terjadi di Bintan Utara, Ny. W seorang perempuan
berusia 30 tahun mengalami infeksi pasca operasi cesar di sebuah Rumah

4
Sakit Umum daeerah. Bahkan perutnya berlubang dan mengeluarkan bau
busuk. Diketahui perempuan tersebut menjalani rawat inap selama tiga hari
pasca operasi cesar. Selama tiga hari itu pula, rupanya pihak rumah sakit tak
memeriksa luka bekas operasi, bahkan tak mengganti perbannya. Setelah
itulah ia mengeluh sakit di bagian perut. Saat dilihat, ternyata dinding perut
istrinya sudah basah dan menimbulkan bau bahkan berlubang.(Handoyo,
2020)
b) Kelalaian Pada saat Operasi Cesar
Berikutnya ada malpraktik yang terjadi di sebuah Rumah Sakit di Jakarta,
Pasien dengan inisial Ny. SM, harus meregang nyawa akibat kelalaian
seorang dokter dengan inisial TO yg tidak mempersiapkan kelayakan operasi
dengan baik yaitu tidak adanya persiapan darah ketika terjadi perdarahan
hebat saat melakukan operasi cesar.(Engel, 2014)
c) Kebutaan Pasca Operasi Usus Buntu
Kali ini nasib tragis dialami An. R seorang anak berusia 14 tahun asal
Nusa Tenggara Timur. Setelah jalani operasi usus buntu di sebuah Rumah
Sakit Swasta, mata kanannya malah mengalami kebutaan. Padahal
sebelumnya kedua matanya baik-baik saja. Awalnya mata kanannya hanya
bengkak, ayah pasien pun mengeluhkan kondisi mata kanan anaknya yang
mulai memburuk, hingga lama kelamaan penglihatan dari mata kanannya
tersebut benar-benar hilang.(Handoyo, 2020)
d) Salah Obat
Lagi-lagi malpraktik menyebabkan kebutaan, mulanya Ny. S warga yang
berprofesi sebagai petani di Kabupaten Bone ini memeriksakan diri dengan
keluhan sakit di bagian kepalanya. Dokter DW, pun memberikan obat berupa
salep kepada pasiennya dengan cara mengoleskan salep kulit di bagian
pinggir mata atas dan bawah. Tidak lama setelah dioleskan kedua matanya
terasa panas dan tidak dapat melihat sama sekali.(Handoyo, 2020)
e) Kasus Suntikan Maut
Terakhir kasus malpraktik yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah di
Kabupaten Aceh Barat yang dilakukan oleh tenaga medis yang

5
mengakibatkan kematian pasien setelah disuntik atas inisial An.AR. Pihak
keluarga protes lantaran pasien meninggal dunia setelah disuntik petugas
medis. Sebelumnya, korban sempat menjalani perawatan usai dioperasi di
Ruang Anak. Pasien meninggal dunia lima menit mendapat suntikan lebih
dari dua kali dari tim medis RSCUND. Pihak rumah sakit membenarkan
insiden tersebut dan mengakui ada dua anak yang meninggal setelah disuntik
oleh tim medis.(Handoyo, 2020)

6
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Malpraktik kedokteran pidana hanya terjadi pada tindak pidana materiil
(KUHP), yaitu suatu tindak pidana yang melarang menimbulkan akibat tertentu
yang diancam dengan sanksi berupa pidana. Proses penegakkan hukum
pidana dalam menangani kasus malpraktek kedokteran diatur didalam Pasal
360 ayat (1) dan (2) KUHP yang memuat unsur-unsur kelalaian (kulpa) dokter
atau tenaga medis, Adanya wujud perbuatan tertentu yaitu bentuk dari
malpraktek yang dilakukan dokter atau tenaga medis, adanya akibat luka berat
atau matinya pasien dan adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan
dengan akibat kematian orang lain itu.
2. Selain penegakkan hukum tindak pidana malpraktek yang telah diatur dalam
KUHP, untuk memberikan jaminan kepastian hukum yang lebih kuat,
penanganan malpraktek kedokteran dan tenaga kesehatan juga diatur dalam
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Dan UU No. 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Amir, N. and Purnama, D. (2021) ‘Perbuatan Perawat yang Melakukan


Kesalahan dalam Tindakan Medis’, Kertha Wicaksana, 15(1), pp. 26–36.
doi:10.22225/kw.15.1.2821.26-36.

Engel (2014) 済無 No Title No Title No Title, Paper Knowledge . Toward a Media


History of Documents.

Handoyo, B. (2020) ‘Tinjauan Yuridis Penegakan Hukum Malpraktik Dokter Pada


Pelayanan Kesehatan Dalam Perspektif Hukum Pidana’, At-Tasyri’: Jurnal Ilmiah
Prodi Muamalah, 12(36), p. 47. doi:10.47498/tasyri.v12i01.360.

Soemoele, S.A. dkk (2020) ‘Implikasi Hukum Teknologi Brainwash ( Studi Kasus
Dr . dr . Terawan Agus Putranto ., SpRad ( K )’, Jurnal Ilmu Hukum, 9(1), pp.
116–137. Available at:
https://jih.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIH/article/viewFile/7860/pdf.

Anda mungkin juga menyukai