Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

ASPEK MEDIKOLEGAL PADA PELAYANAN KESEHATAN DALAM DIAGNOSIS


KASUS SOPI (MINUMAN ALKOHOL TRADISIONAL)

Disusun Oleh :

Kelompok UNPATTI 3

Dokter Muda Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

(Periode 07 Januari - 17 Februari 2019)

1. Dian Setyanigrum 201884084


2. Vicklen S Pesiwerissa 201884081
3. Marissa H. Mahmud 201884082
4. Karl I. Leiwakabessy 201884083
5. Tatiana Dasmasela 201884085
6. Chindyria Y. Ihalauw 201884086
Pembimbing :
dr. Bendrong Moediarso, Sp.F, SH.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

2019

1
2
Aspek Medikolegal Pada Pelayanan Kesehatan Dalam Diagnosis Kasus Sopi
(Minuman Alkohol Tradisional)
Dian Setyaningrum, Vicklen Sentiasa Pesiwarissa, Marissa Handayana Mahmud, Karl Imanuel Leiwakabessy,
Tatiana Dasmasela, Chindyria Yolanda Ihalauw,
Bendrong Moediarso
Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Abstrak

Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit berdasarkan tanda dan gejala. Diagnosis ditegakan dengan
wawancara pada pasien atau keluarga pasien, pemeriksaan fisik hingga pemeriksaan penunjang. Dalam
melakukan pelayanan kesehatan, seorang dokter harus mampu mendiagnosis suatu penyakit pada pasien
secara tepat untuk menentukan terapi yang akan diberikan kepada pasien. Namun pada faktanya
penegakkan diagnosis sering dilakukan tanpa adanya anamnesis dan pemeriksaan yang menyeluruh,
sehingga penanganan medis yang dilakukan kepada pasien cenderung tidak seutuhnya diberikan. Pada
beberapa kasus kecelakaan lalu lintas atau yang terlibat dalam perkelahian, korban yang diantarkan ke
intalasi gawat darurat RSUD Dr. M. Haulussy Ambon umumnya akan segera dilakukan penanganan luka.
Namun karena adanya aroma sopi (minuman alkohol tradisional) yang tercium pada area mulut atau
pakaian korban, dokter cenderung mengambil kesimpulan kecelakaan lalu lintas disebabkan karna korban
dalam keadaan mabuk tanpa dilakukan pemeriksaan lanjut pada korban. Hal ini tentu memberikan
kerugian pada korban karna keadaan korban dapat menjadi lebih buruk. Akibat kelalaian dokter dalam
memeriksa korban maka korban dan keluarga korban berhak menuntut dokter tersebut.
Kata Kunci: Aspek medikolegal. pelayanan kesehatan, sopi.

Abstract

Diagnosis is the determination of the type of disease based on signs and symptoms. The diagnosis be
established from interviews with patients or families of patients, physical examinations and
investigations. In conducting health services, a doctor must be able to diagnose a disease in the patient
correctly to determine the therapy to be given to the patient. But in fact the diagnosis is often carried
out without a thorough history and examination, so that medical treatment done to patients tends not to
be fully given. In some cases of traffic accidents or those involved in fights, patients who were delivered
to the emergency room at Dr. M. Haulussy Ambon generally will immediately handle the wound. But
because of the scent of sopi (traditional alcoholic drink) which is smelled in the area of the mouth or
clothes of the patient, doctors tend to draw conclusions about traffic accidents due to the victim being
drunk without further examination of the victim. This would give a loss to the victim because the victim
state may become worse. Due to negligence of doctors in examining victims, victims and families are
entitled to sue the doctor.
Keywords: medicolegal aspects. health services, sopi.

1
PENDAHULUAN syarat tersebut telah terlaksana dengan baik
Pada kesehatan terdapat beberapa oleh kedua belah pihak maka terjadi sebuah
aspek bahasan, yaitu pelayanan kesehatan, kesepakatan. Setelah melakukan anamnesis,
sarana kesehatan (rumah sakit, tempat maka dokter merencanakan dan
praktik dokter, puskesmas) dan tenaga menganalisis diagnosis serta merencanakan
kesehatan (dokter, perawat, apoteker, bidan). pengobatan, perawatan dan tindakan medis
Di Indonesia landasan hukum kesehatan yang harus diberikan kepada pasien dan
adalah Undang-undang Nomor 36 Tahun memberikan persetujuan tindakan
2009. Saat undang-undang tersebut kedokteran (informed consent). Persetujuan
digunakan, hak atas perawatan dan tindakan medis ini dilakukan setelah pasien
pemeliharaan kesehatan memperoleh dasar mendapat informasi dari dokter mengenai
hukum dalam hukum nasional Indonesia. Di upaya medis yang dapat dilakukan untuk
dalam prakteknya kesehatan memiliki tiga menolong dirinya, termasuk memperoleh
subyek yang berperan secara informasi mengenai segala risiko yang
berkesinambungan, yaitu Rumah Sakit, mungkin terjadi. Hal tersebut telah diatur
Dokter dan Pasien. Ketiga subyek tersebut dalam undang-undang sehingga ada
memiliki masing-masing hak dan kewajiban kekuatan bagi kedua belah pihak untuk
yang sudah diatur dalam undang-undang. melakukan tindakan secara hukum.
Dokter sebagai tenaga kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.
yang menjalankan kewajiban dalam Haulussy Ambon adalah salah satu rumah
memberikan pelayanan kesehatan perlu sakit yang ada di Kota Ambon. Pelayanan di
mendapatkan perlindungan hukum, agar ia RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tidaklah
dapat berkerja sesuai dengan standar sepenuhnya maksimal. Terbukti dalam
profesinya dengan tenang tanpa diganggu pemenuhan hak-hak pasien, pihak rumah
perasaan khawatir adanya gugatan dari sakit belum sepenuhnya paham dalam
pasiennya. Secara yuridis keabsahan suatu penerapannya. Hubungan kerja di dalam
perjanjian haruslah diukur berdasarkan rumah sakit adalah hubungan antar subyek
kriteria yang diberikan oleh undang-undang. hukum yang diatur oleh kaidah hukum
Syarat terjadinya transaksi terapeutik perdata dan memenuhi hubungan hak dan
ditentukan oleh pasal 1338 ayat 1 dan pasal kewajiban antar subyek. Beberapa macam
1320 ayat 1 KUH Perdata. Apabila syarat- pola yang berkembang dalam kaitannya

2
dengan hubungan kerja antara dokter dan pemeriksaan luar ataupun pemeriksaan
Rumah Sakit, antara lain: Dokter sebagai dalam. Kejadian tersebut telah terjadi
employee, Dokter sebagai attending berulang kali pada kasus kecelakaan lalu
physician (mitra), Dokter sebagai lintas dimana tercium aroma sopi dari tubuh
independent contractor. Masing-masing korban, dokter cenderung menjadikan
dari pola hubungan kerja tersebut akan mabuk sebagai opsi penutup dan
sangat menentukan apakah rumah sakit memulangkan korban pada keluarga. Pihak
harus bertanggung jawab, atau tidak keluarga yang masih awam perihal keilmuan
terhadap kerugian yang disebabkan oleh medis menganggap semua hal yang
kesalahan dokter. dilakukan dokter merupakan hal biasa dan
Salah satu kasus yang merugikan mempercayai setiap perkataan dokter.
pasien yang terjadi di RSUD Dr. M. Pada kasus serupa, Tn. AK menjadi
Haulussy Ambon akibat kesalahan dokter korban perkelahian setelah mengikuti pesta
adalah terkait kesalahan dokter yang di sebuah acara, korban dan kawan-kawan
bertugas jaga di ruang Instalasi Gawat sempat meminum sopi sebelum akhirnya
Darurat dalam memberikan diagnosis. terlibat dalam perkelahian. Karena tidak
Seorang korban berinisial Tn. K berusia 30 sadarkan diri korban diantarkan ke RSUD
tahun mengalami kecelakaan lalu lintas dan Dr. M. Haulussy untuk diberikan
dilarikan ke IGD RSUD Dr. M. Haulussy pertolongan medis. Namun dokter hanya
untuk mendapatkan pertolongan medis memberikan pengobatan luka pada korban
setelah menabrak pembatas jalan dan dan setelah korban sadar korban
terlempar kearah trotoar. Korban tidak dipulangkan, keterangan yang diberikan
sadarkan diri setelah kepala korban terbentur kepada keluarga bahwa keadaan korban
tembok pembatas jalan, sampai di RS disebabkan karena mabuk yang
korban tidak dapat diselamatkan dan menyebabkan korban terlibat perkelahian
dinyatakan meninggal. Dokter yang dalam pesta tersebut. Setibanya dirumah
memeriksa menyimpulkan korban mabuk tiba-tiba korban kembali tak sadarkan diri
hingga mengalami kecelakaan tersebut, dan keluarga langsung membawa korban ke
karena dokter mencium aroma sopi RS namun dalam perjalanan ternyata korban
(minuman alkohol tradisional). Jenazah sudah menghembuskan napas terakhirnya.
segera dipulangkan tanpa dilakukan Hal ini tentu membuat pihak keluarga

3
kecewa setelah mengetahui bahwa dalam mendiagnosis korban yang berkaitan
pelayanan yang diberikan sebelumnya dengan kasus sopi, berdasarkan perjanjian
tidaklah sesuai dengan kewajiban dokter yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
sebagai pelayan kesehatan. Keluarga tidak sebelum terjadinya tindakan medik yang
menerima informasi yang lengkap serta dilakukan oleh dokter di RSUD Dr. M.
korban tidak sepenuhnya diperiksa, dalam Haulussy baik dari kesalahan maupun
artian tidak seharusnya dokter kelalaian yang terjadi dalam konteks
menyimpulkan penyebab kejadian tersebut pelayanan medik.
adalah efek dari mabuk dengan hanya TINJAUAN PUSTAKA
mencium bau sopi saja tanpa melakukan Pengertian Diagnosis
pemeriksaan lainnya. Keluarga menganggap Diagnosis adalah penentuan jenis
bahwa dokter seharusnya dapat memastikan penyakit berdasarkan tanda dan gejala
kondisi korban terlebih dahulu dengan dengan menggunakan cara dan alat seperti
melakukan beberapa pemeriksaan lebih laboratorium, foto, dan klinik. Sebelum
lanjut sebelum memulangkan korban. mendiagnosis suatu penyakit, seorang dokter
Kelalaian dokter dalam mendiagnosis dan harus melakukan anamnesis terlebih dahulu.
menangani korban sangat merugikan. Anamnesis merupakan keterangan tentang
Keluarga tidak menerima apa yang pasien yang diperoleh melalui wawancara
dilakukan oleh dokter sehingga keluarga dan sebagainya. Hasil anamnesis akan
menuntut dokter ke peradilan. Pada pasal 58 mengarahkan pemeriksaan apa yang akan
ayat 1 Undang-undang Nomor 36 Tahun dilakukan selanjutnya, baik pemeriksaan
2009 tentang Kesehatan sudah jelas bahwa fisik maupun penunjang lainnya. Setelah
tenaga kesehatan yaitu dokter dapat digugat prosedur itu dilakukan, diagnosis suatu
dan dimintai ganti rugi. Penanganan yang penyakit dapat ditegakan dan akan ditulis
dilakukan oleh dokter dapat digugat dan dalam rekam medis. Diagnosa dan tindakan
dimintai ganti rugi karna tidak sesuai dengan ditulis dalam rekam medis harus diberi kode
standar operasional prosedur yang dan selanjutnya di indeks agar memudahkan
seharusnya dilakukan. pelayanan pada penyajian informasi untuk
Gambaran kasus inilah yang menunjang fungsi perencanaan, manajemen
mendorong kami untuk mengkaji lebih dan riset bidang kesehatan.
dalam tentang tindakan dokter yang salah

4
WHO (World Health Organization) kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
menyebutkan pembuatan kode klasifikasi dilakukan terhadap pasien”.
bertujuan untuk menyeragamkan nama dan Landasan Hukum Pelayanan Kesehatan
golongan penyakit, cidera, gejala dan faktor Dan Penegakan Diagnosis
yang mempengaruhi kesehatan. Dalam pasal 45 ayat 3 UU No.
Penyeragaman kode penyakit ini terdapat 29/2004 penjelasan atau pemberian
dalam buku ICD-10. ICD (International informasi kepada pasien sekurang-
Statistical Classification of Diseases and kurangnya mencakup:
Related Health Problems) dimana memuat 1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
klasifikasi diagnostik penyakit dengan 2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
standar internasional yang disusun 3. Alternatif tindakan lain dan risikonya
berdasarkan sistem kategori dan 4. Risiko dan komplikasi yang mungkin
dikelompokkan dalam satuan penyakit terjadi
menurut kriteria yang telah disepakati pakar 5. Prognosis terhadap tindakan yang
internasional. Setelah memberikan dilakukan.
diagnosis, dokter dapat memberikan Suatu informasi kepada pasien
tindakan medis yang sesuai dengan hasil diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang
pemeriksaan sebagai upaya pengobatan merawat pasien, dan apabila berhalangan
terhadap pasien yang disertai dengan hanya boleh didelegasikan pada dokter atau
persetujuan tindakan kedokteran (informed dokter gigi lain yang kompeten.
consent). Istilah Persetujuan Tindakan Kewajiban Dokter Terhadap Pasien
Kedokteran (PTK) resmi dipakai setelah Berdasarkan Kode Etik Kedokteran
diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia
Republik Indonesia Nomor 290 Pasal 10
MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Setiap dokter wajib bersikap tulus
Tindakan Kedokteran, yang mendefinisikan ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
bahwa “Persetujuan tindakan kedokteran ketrampilannya untuk kepentingan pasien.
adalah persetujuan yang diberikan pasien Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
atau keluarga terdekat setelah mendapat suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka
penjelasan lengkap mengenai tindakan atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk

5
pasien kepada dokter yang mempunyai pelayanan kesehatan dan teknologi yang
keahlian dalam penyakit tersebut. dimanfaatkan untuk menyelenggarakan
Pasal 11 upaya kesehatan yang dilakukan oleh
Setiap dokter harus memberikan Pemerintah, pemerintah daerah,
kesempatan kepada pasien agar senantiasa dan/atau masyarakat.
dapat berhubungan dengan keluarga dan 3. Perbekalan kesehatan adalah semua
penasehatnya dalam beribadat dan atau bahan dan peralatan yang diperlukan
dalam masalah lainnya. untuk menyelenggarakan upaya
Pasal 12 kesehatan.
Setiap dokter wajib merahasiakan 4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan
segala sesuatu yang diketahuinya tentang obat, obat tradisional, dan kosmetika.
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien 5. Alat kesehatan adalah instrumen,
itu meninggal dunia. aparatus, mesin dan/atau implan yang
Pasal 13 tidak mengandung obat yang digunakan
Setiap dokter wajib melakukan untuk mencegah, mendiagnosis,
pertolongan darurat sebagai suatu tugas menyembuhkan dan meringankan
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada penyakit, merawat orang sakit,
orang lain bersedia dan mampu memulihkan kesehatan pada manusia,
memberikannya. dan/atau membentuk struktur dan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 memperbaiki fungsi tubuh.
Tentang Kesehatan 6. Tenaga kesehatan adalah setiap orang
Pasal 1 yang mengabdikan diri dalam bidang
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik kesehatan serta memiliki pengetahuan
secara fisik, mental, spritual maupun dan/atau keterampilan melalui
sosial yang memungkinkan setiap orang pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk hidup produktif secara sosial dan untuk jenis tertentu memerlukan
ekonomis. kewenangan untuk melakukan upaya
2. Sumber daya di bidang kesehatan kesehatan.
adalah segala bentuk dana, tenaga, 7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah
perbekalan kesehatan, sediaan suatu alat dan/atau tempat yang
farmasidan alat kesehatan serta fasilitas digunakan untuk menyelenggarakan

6
upaya pelayanan kesehatan, baik dan berkesinambungan untuk
promotif, preventif, kuratif maupun memelihara dan meningkatkan derajat
rehabilitatif yang dilakukan oleh kesehatan masyarakat dalam bentuk
Pemerintah, pemerintah daerah, pencegahan penyakit, peningkatan
dan/atau masyarakat. kesehatan, pengobatan penyakit, dan
8. Obat adalah bahan atau paduan bahan, pemulihan kesehatan oleh pemerintah
termasuk produk biologi yang dan/atau masyarakat.
digunakan untuk mempengaruhi atau 12. Pelayanan kesehatan promotif adalah
menyelidiki sistem fisiologi atau suatu kegiatan dan/atau serangkaian
keadaan patologi dalam rangka kegiatan pelayanan kesehatan yang
penetapan diagnosis, pencegahan, lebih mengutamakan kegiatan yang
penyembuhan, pemulihan, peningkatan bersifat promosi kesehatan.
kesehatan dan kontrasepsi, untuk 13. Pelayanan kesehatan preventif adalah
manusia. suatu kegiatan pencegahan terhadap
9. Obat tradisional adalah bahan atau suatu masalah kesehatan/penyakit.
ramuan bahan yang berupa bahan 14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, suatu kegiatan dan/atau serangkaian
sediaan sarian (galenik), atau campuran kegiatan pengobatan yang ditujukan
dari bahan tersebut yang secara turun untuk penyembuhan penyakit,
temurun telah digunakan untuk pengurangan penderitaan akibat
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai penyakit, pengendalian penyakit, atau
dengan norma yang berlaku di pengendalian kecacatan agar kualitas
masyarakat. penderita dapat terjaga seoptimal
10. Teknologi kesehatan adalah segala mungkin.
bentuk alat dan/atau metode yang 15. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah
ditujukan untuk membantu menegakkan kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
diagnosa, pencegahan, dan penanganan untuk mengembalikan bekas penderita
permasalahan kesehatan manusia. ke dalam masyarakat sehingga dapat
11. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan berfungsi lagi sebagai anggota
dan/atau serangkaian kegiatan yang masyarakat yang berguna untuk dirinya
dilakukan secara terpadu,terintregasi

7
dan masyarakat semaksimal mungkin Tuntutan ganti rugi sebagaimana
sesuai dengan kemampuannya. dimaksud pada ayat tidak berlaku bagi
16. Pelayanan kesehatan tradisional adalah tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
pengobatan dan/atau perawatan dengan penyelamatan nyawa atau pencegahan
cara dan obat yang mengacu pada kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
pengalaman dan keterampilan turun Ketentuan mengenai tata cara pengajuan
temurun secara empiris yang dapat tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dipertanggungjawabkan dan diterapkan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
sesuai dengan norma yang berlaku di perundang-undangan.
masyarakat. DISKUSI
17. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Dalam kasus yang dialami korban
pemerintah adalah Presiden Republik tersebut, perbuatan dokter dianggap
Indonesia yang memegang kekuasaan malanggar hukum karena tanpa melakukan
Pemerintah Negara Republik Indonesia pemeriksaan laboratorium dokter langsung
sebagaimana dimaksud dalam Undang- menyimpulkan bahwa penyebab korban
Undang Dasar Negara Republik mengalami kecelakaan ataupun terlibat
Indonesia Tahun 1945. perkelahian akibat pengaruh sopi.
18. Pemerintah daerah adalah gubernur, Korban dan keluarganya berhak
bupati, atau walikota dan perangkat menuntut perbuatan dokter tersebut, seperti
daerah sebagai unsur penyelenggara yang tertera pada UU RI NO. 36 Tahun
pemerintahan daerah. 2009 Pasal 58 Ayat 1, bahwa setiap orang
19. Menteri adalah menteri yang lingkup berhak menuntut ganti rugi terhadap
tugas dan tanggung jawabnya di bidang seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
kesehatan. penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
Pasal 58 kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
Setiap orang berhak menuntut ganti dalam pelayanan kesehatan yang
rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, diterimanya. Karena berdasarkan kejadian
dan/atau penyelenggara kesehatan yang yang dialami oleh korban, kesalahan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan dilakukan oleh dokter merupakan unsur
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan kesalahan pokok dan mutlak. Sebaiknya
yang diterimanya. sebelum menyimpulkan suatu diagnosis,

8
dokter harus melakukan pemeriksaan lebih melakukan pemeriksaan sesuai dengan
lanjut dan mengevaluasi keadaan korban prosedur yang ada..
sebelum dipulangkan, sehingga pihak Ucapan Terimakasih
keluarga mendapatkan keterangan yang jelas Penulisan studi pustaka tidak terlepas dari
mengenai kondisi korban dan memahami batuan berbagai pihak, sehingga penulis
prognosis korban kedepannya. Sehingga mengucapkan terimakasih kepada:
keputusan yang diambil untuk penanganan 1. dr. Bendrong Moediarso, Sp.F, SH
korban ialah hasil diskusi yang jelas dan selaku pembimbing penulisan studi
mendetail oleh pihak keluarga dan dokter pustaka ini.
yang menanangani korban. 2. Koordinator Pendidikan Forensik
KESIMPULAN DAN SARAN Fakultas Kedokteran Universitas
Dalam menegakan suatu diagnosis, Pattimura.
diperlukan anamnesis terlebih dahulu, 3. Kepala Departemen Forensik Fakultas
kemudian melihat tanda dan gejala dengan Kedokteran Universitas Airlangga.
menggunakan cara dan alat seperti 4. Kepala Instalasi Forensik RSUD dr.
laboratorium, foto, dan klinik. Tidak Soetomo Surabaya.
dibenarkan seorang pelayan kesehatan
menyimpulkan suatu penyebab kecelakaan
lalu lintas dan lainnya karena pengaruh
konsumsi alkohol hanya dengan mencium
bau alkohol dari tubuh korban, tanpa
melakukan pemeriksaan laboratorium dan
tambahan lainnya. Karena hal itu tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undang
yang ada dan apabila sampai menyebabkan
kerugian korban maupun keluarga korban
berhak mengajukan tuntutan atas hal
tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum
menyimpulkan penyebab atau menegakan
suatu diagnosis pelayan kesehatan harus

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Alfiansyah. 2013. Tanggung Gugat Dokter Atas Kesalahan Diagnosis Pada Pelayanan Medis
di Rumah Sakit. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. 10(2), 3-9.
2. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. 2018. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan
Pedoman Pelaksanaan Kedokteran Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Hlm. 31.
3. Thahif. 2014. Aspek Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan. Universitas Sumatera Umatera.
12(3), 6-8.
4. Afandi D. 2018. Aspek Medikolegal dan Tata Laksana Persetujuan Kedokteran. Jurnal
Kesehatan Melayu. 1(2), 101-104.
5. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta
6. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 29 Pasal 45. Tentang Praktik Kedokteran.
Jakarta.
7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 290 Tahun 2008. Tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
8. Efendi M. 2014. Pasal 1338 dan Pasal 1320 KUH Perdata dalam Hukum Perjanjian.
Available at: http://butonlondon.blogspot.com/2012/04/hubungan-antara-pasal-1338-dan-
pasal.html
9. Budiyanto. 2015. Hukum dan Etik Kedokteran, Standar Profesi Medis dan Audit Medis.
Available at: https://budi399.wordpress.com/2010/11/22/hukum-etik-kedokteran-standar-
profesi-medis-audit-medis/
10. Asmana. 2018. Pasal 1338 Ayat 3 KUH Perdata. Available at:
http://legalstudies71.blogspot.com/2018/01/itikad-baik-dalam-pasal-1338-ayat-3-kuh.html

10

Anda mungkin juga menyukai