KELOMPOK DISKUSI 4
1. Morich Kristoper
2. Sujono
3. Adinda Hari Utary
4. Antony Halim
5. Melvy Purwanti
6. Gusti Ahmad Faiz Nugraha
7. Aisyah
8. Jefry Alfarizy
9. Lisa Florencia
10. Nunung Agustia Rini
11. Indri Vebrilia
I11111049
I11112061
I11112072
I1011131029
I1011131038
I1011131040
I1011131042
I1011131060
I1011131072
I1011131080
I1011131083
1.1 Pemicu
Dokter Anton adalah seorang yang taat beragama, ia menjadi dokter
keluarga Budi sejak mereka menikah. Budi dan istrinya telah menikah
selama 20 tahun dan mereka telah dikaruniai 2 orang anak, anak pertama
berumur 5 tahun dan yang kedua berumur 2 tahun. Ibu Budi sedang
mengandung anak ketiga dan ia rutin memeriksakan diri kepada dokter
Anton. Pada waktu kehamilan 15 minggu, kedua anaknya terkena penyakit
rubella. Dokter menganjurkan agar kedua anaknya dirawat di rumah
neneknya dan tidak tinggal bersama Ibu Budi. Ketika Pak Budi menanyakan
aPakah ada hubungannya dengan kehamilan istrinya, dokter Anton hanya
menerangkan hal itu dianjurkan supaya Ibu Budi tidak disibukkan mengurus
kedua anaknya yang sakit. Namun dokter Anton sama sekali tidak
menyinggung tentang resiko penularan terhadap istrinya yang dapat
berakibat kecacatan pada janin yang sedang dikandungnya. Dokter Anton
tidak menjawab dengan jelas. Sesudah beberapa hari Ibu Budi menunjukkan
gejala rubella. Ketika hal ini diketahui dokter Anton dia langsung
memikirkan kemungkinan janin yang sedang dikandung Ibu Budi akan
terlahir cacat. Namun hal ini tidak ia beritahukan karena ia khawatir
pasangan tersebut akan melakukan aborsi, sedangkan hal tersebut sangat
Pasangan
suami
istri
Kedua anak
menderita
rubella
bertentangan
dengan
kepercayaan
yang dianut
dokter Anton.
Kemungkinan aborsi
Sumpah Dokter
1.6 Hipotesis
Sikap dan perilaku dokter Anton tidak sesuai dengan KODEKI.
BAB II
PEMBAHASAN
ini,
pandangan
politik,
agama,
kebangsaan,
perbedaan
pada
praktik
kedokteran,
mempunyai
hak
untuk
pengakuan
terhadap
oleh
pejabat
kesehatan
yang
berwenang
di
kesehatan,
pencegahan
penyakit,
peningkatan
Tentang
Izin
Praktik
Dan
dokter-pasien,
tatacara
penanganan
kasus
dugaan
3. Pasal 348
b. Pasal 15
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar
senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya
dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.
c. Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia
d. Pasal 17
Setiap dokter wajib mmelakukan pertolongan darurat sebagai
suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
bersedia dan mampu memberikannya.
2.6 Kaidah Dasar Bioetik yang dilanggar dokter Anton pada Kasus
a. Beneficence
rubella.
Non-maleficence
Non-maleficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter
tidak melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang dapat
memperburuk pasien. Dokter haruslah memilih tindakan yang paling
kecil resikonya. Do no harm merupakan poin penting dalam prinsip
non-maleficence. Prinsip ini dapat diterapkan pada kasus-kasus yang
bersifat gawat atau darurat.11
Berdasarkan penjelasan diatas, dokter Anton juga melanggar
prinsip non-maleficence. Karena, dokter Anton tidak melakukan
pemeriksaan terhadap ibu Budi setelah ibu Budi menunjukkan tandatanda rubella dan juga tidak menjawab dengan jelas yang dapat
disertai
rasa
kasih
sayang
(compassion)
dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiradharma D, Hartati DS. Penuntun kuliah hukum kedokteran. Edisi 2.
Jakarta. CV Sagung Seto. 2010.
2. Hanafiah M. Jusuf dan Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan. Edisi 4. Jakarta : Buku kedokteran EGC, 2008
3. Williams JR. Medical Ethics Manual. USA: Ethics Unit of the World
Medical Association; 2005.
4. UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
5. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor