Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI SENDI PERGELANGAN KAKI


A.1. Persendian pada Pergelangan Kaki
Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio
talocruralis, articulatio subtalaris dan articulatio tibiofibularis distal.
Ketiga sendi ini berkerjasama untuk mengatur pergerakan bagian
belakang kaki sehingga mampu bergerak plantarfleksi-dorsofleksi,
inversio-eversio dan endorotasi-eksorotasi. Gabungan ketiga jenis
gerakan tadi selanjutnya dapat membentuk gerakan pronasi
(dorsofleksi-eversio-eksorotasi) dan supinasi (plantarfleksi - inversio -
endorotasi).6

Gambar 2.1 Sendi penyusun pergelangan


kaki tampak dari belakang7

a. Articulatio Talocruralis (Sendi Loncat Bagian Atas)


Articulatio talocruralis dibentuk oleh ujung distal tulang tibia dan
fibula serta bagian atas dari talus. Ligamentum pada articulatio
talocruralis terdiri dari:6
1. Ligamentum Mediale atau Deltoideum
Ligamentum ini merupakan ligamentum yang kuat dengan
puncaknya melekat pada ujung malleolus medialis. Sedangkan
serabut dalamnya melekat pada permukaan medial corpus tali

4
serta serabut superficial yang melekat pada bagian medial talus,
sustentaculum tali, ligamentum calcaneonaviculare plantare dan
tuberositas ossis naviculare.6

Gambar 2.2 Sendi pergelangan kaki (A) tampak medial (B) tampak lateral. 8

2. Ligamentum lateral
Ligamentum lateral memiliki kekuatan yang lebih lemah
dari ligamentum mediale dan tersusun dari tiga pita:
- Ligamentum talofibulare anterior, berjalan dari malleolus
lateralis ke permukaan lateral talus.
- Ligamentum calcaneofibulare, berjalan dari ujung malleolus
lateralis ke arah bawah dan belakang menuju permukaan
lateral calcaneus.
- Ligamentum talofibulare posterior, berjalan dari malleolus
lateralis ke tuberculum posterior ossis tali.6
b. Articulatio Subtalaris (Sendi Loncat Bagian Bawah)
Sendi ini dibentuk oleh talus dan calcaneus, sendi ini
memungkinkan tungkai bawah yang memiliki axis gerak berupa
axis longitudinal melakukan gerakan endorotasi dan eksorotasi,
gerakan pada tungkai bawah ini selanjutnya diteruskan pada kaki
yang memiliki axis gerak berupa axis transversal yang sedikit
miring sehingga memungkinkan terjadinya gerakan supinasi dan
pronasi pada kaki. Articulatio subtalaris terdiri dari dua buah sendi
yang dipisahkan oleh ligamentum talocalcaneare interosseum

5
menjadi articulatio subtalaris anterior dan subtalaris posterior.
Ligamentum talocalcaneare interosseum berfungsi menahan
pergeseran talus ke arah medial. Saat supinasi bagian depan
ligamentum akan tegang dan saat pronasi ligamentum menjadi
kendor.6,9
c. Articulatio Tibiofibularis Distal
Sendi ketiga yang membentuk pergelangan kaki ini merupakan
pertemuan tibia dan fibula yang merupakan syndesmosis sehingga
pergerakannya terbatas. Sendi ini distabilkan posisinya oleh
membran interosseus yang tebal serta ligamentum tibiofibularis
anterior et posterior. Syndesmosis articulatio tibiofibularis distal ini
diperlukan untuk kestabilan bagian atap dari articulatio talocruralis.
Cedera yang terjadi biasanya mengenai ligamentum tibiofibularis
anterior inferior saat gerakan eversio.6

A.2. Innervasi, Otot dan Pergerakan Sendi Pergelangan Kaki


Persarafan pergelangan kaki berasal dari plexus lumbalis dan plexus
sacralis. Persarafan otot yang berfungsi mengontrol pergerakan
pergelangan kaki berasal dari n. tibialis, n. fibularis profundus dan n.
fibularis superficialis. Sedangkan saraf sensorisnya berasal dari n. suralis
dan n. saphenus.6
Selain ligamentum, otot juga memiliki peranan dalam menjaga
stabilitas sendi. Pada pergelangan kaki, m. fibularis longus dan m.
fibularis brevis berfungsi mengontrol gerakan supinasi dan menjaga dari
timbulnya sprain pada pergelangan kaki. Selain kedua otot tersebut, otot
pada bagian anterior tungkai bawah seperti m. tibialis anterior, m.
extensor digitorum longus, m. extensor digitorum brevis dan m. fibularis
tertius juga berperan mencegah terjadinya sprain dengan berkontraksi
saat terjadi gerakan supinasi, sehingga otot dapat memperlambat gerakan
plantar-fleksi pada gerakan supinasi dan cedera dapat dihindari. Berikut
ini merupakan penjabaran otot yang fungsinya berkaitan dengan

6
pergerakan sendi pergelangan kaki:
a. m. tibialis anterior
Terletak sepanjang permukaan anterior tibia dari condylus
lateralis hingga bagian medial dari bagian tarsometatarsal. Setelah
sampai duapertiganya otot ini merupakan tendo. Origonya berada
pada tibia dan membrana interossea, sedangkan insersionya berada
pada os. metatarsal I. Otot ini dipersarafi oleh n. fibularis
profundus dan berfungsi melakukan dorsofleksi dan supinasi
kaki.10,11
b. m. extensor digitorum longus
Terletak disebelah lateral m. tibialis anterior pada bagian
proximalnya dan m. extensor hallucis longus di bagian distal.
Origonya pada tibia dan membrana interossea, berinsersio pada
phalanx medial dan distal digitorum II-V, dipersarafi oleh n.
fibularis profundus. Fungsinya untuk dorsofleksi dan abduksi. 10,11
c. m. extensor hallucis longus
Bagian proximalnya terletak dibawah m. tibialis anterior dan
m. extensor digitorum longus, lalu pada bagian tengahnya berada
di antara kedua otot tersebut hingga akhirnya pada bagian distal
terletak di superfisial. Berorigo pada fibula dan membrana
interossea, berinsersio pada phalanx distalis digiti I. Dipersarafi
oleh n. fibularis posterior dan berfungsi untuk dorsofleksi.10,11
d. m. fibularis tertius
Merupakan otot kecil yang terletak di lateral m. extensor
digitorum longus. Berorigo pada fibula dan membrana interossea,
berinsersio pada os. metatarsal V. Dipersarafi oleh n. fibularis
posterior dan berfungsi untuk dorsofleksi dan pronasi.10,11
e. m. fibularis longus
Terletak dibagian lateral tungkai bawah, origonya pada fibula
dan berinsersio pada os. metatarsal I. Dipersarafi oleh n. fibularis
superficialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, eversio dan

7
abduksi.10,11
f. m. fibularis brevis
Letaknya dibagian posterior dari m. fibularis longus. Berorigo
pada fibula dan berinsersio pada tuberositas ossis metatarsal V.
Dipersarafi n. fibularis superficialis dan berfungsi untuk
plantarfleksi, abduksi dan eversio. 10,11
g. m. gastrocnemius
Merupakan otot paling luar pada bagian posterior tungkai
bawah. Berbentuk seperti tanduk dan bersama dengan m. soleus
membentuk triceps surae. Berorigo pada condylus femoralis dan
berinsersio pada tuber calcanei melalui tendo Achilles. m.
gastrocnemius adalah otot yang kuat dan fungsinya sebagai fleksi
tungkai bawah serta plantarfleksi.10,11
h. m. soleus
Berada di bagian dalam dari m. gastrocnemius. Otot ini
memiliki fungsi menghambat gerakan dorsofleksi sehingga
gerakan yang dapat dilakukan adalah plantarfleksi. Origonya pada
linea musculi solei tibiae et fibula, insersionya pada tuber calcanei
serta dipersarafi oleh n. tibialis.10,11
i. m. tibialis posterior
Merupakan otot yang letaknya paling dalam pada bagian
posterior tungkai bawah. Berorigo pada fibula dan membrana
interossea, berinsersio pada tuberositas ossis naviculare.
Dipersarafi oleh n. tibialis dan berfungsi untuk plantarfleksi,
supinasi dan mempertahankan arcus longitudinal.10,11
j. m. flexor digitorum longus
Otot ini berorigo pada facies posterior tibia, fascia cruris
lembar dalam dan berinsersio pada phalanx distal digitorum II-V.
Persarafannya berasal dari n. tibialis dan berfungsi untuk
plantarfleksi, inversio dan adduksi. 9,10

8
k. m. flexor hallucis longus
Origonya pada facies posterior fibula, fascia cruris lembar
dalam dan membrana interossea cruris, insersionya pada phalanx
distal digiti I. Dipersarafi oleh n. tibialis dan berfungsi untuk
plantarfleksi, inversio dan adduksi. 9,10

A.3. Aspek Klinis Sendi Pergelangan Kaki


a. Strain
Strain merupakan cedera otot, termasuk cedera pada tendo dan
jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang. Salah satu
gerakan yang dapat menyebabkan strain adalah gerakan melompat.
Saat melompat sendi pinggul akan melakukan gerakan ekstensi
hingga hiperekstensi dipengaruhi oleh kontraksi m. gluteus maximus,
m. gluteus minimus, m. biceps femoris, m. semimembranosus, m.
semitendinosus, sendi lutut akan melakukan gerakan ekstensi karena
kontraksi dari m. rectus femoris, m. vastus medialis, m. vastus
lateralis, m. vastus intermedialis dan sendi pergelangan kaki akan
melakukan gerakan plantarfleksi karena kontraksi m. gastrocnemius.
Ketika mendarat setelah gerakan melompat, tendo pada pergelangan
kaki dan otot beresiko mengalami strain. Tahanan yang terjadi saat
mendarat dapat memaksa sendi pergelangan kaki bergerak diluar
batas normalnya. Hal ini menyebabkan tendo Achilles tertarik secara
tiba-tiba dan mengalami robek pada perlekatannya dengan tulang atau
otot. Cedera ini dapat menyebabkan kelemahan otot bila tidak
mendapat pengobatan secara intensif.
Tendo pada m. tibialis anterior dan m. tibialis posterior juga
merupakan bagian yang dapat mengalami strain. Cedera pada
masing-masing tendo ini dapat berefek cukup serius karena fungsinya
sebagai supinator kaki. Selain itu m. tibialis posterior juga memiliki
fungsi mempertahankan arcus longitudinal pada kaki yang
mengalami kelemahan atau saat mengalami tekanan yang

9
berlebihan.10
b. Sprain
Sprain merupakan akibat dari tarikan tiba-tiba atau terkilir pada
pergelangan kaki atau biasa disebut sebagai keseleo. Cedera ini sering
berhubungan dengan inversio berlebihan pada kaki sehingga
ligamentum lateral mengulur atau robek, bahkan dapat menyebabkan
terlepasnya ligamentum dari perlekatannya pada tulang. Cedera
ligamentum pergelangan kaki dapat mengenai ligamentum
calcaneofibularis, ligamentum talofibularis anterior dan ligamentum
talofibularis posterior bahkan dapat mengenai ligamentum
talocalcaneare interosseum.10
c. Fraktur
Fraktur atau patah tulang pada pergelangan kaki biasanya
disebabkan oleh tarikan atau terkilir seperti pada sprain. Namun pada
fraktur penyebabnya adalah eversio berlebihan sehingga sering
menyebabkan fraktur pada malleolus lateralis. Pada kasus yang berat
dapat pula terjadi pemisahan tibia dan fibula sehingga sendi
mengalami pelebaran. Pengobatan segera dan adekuat untuk
mengembalikan persendian pada posisi semula penting untuk
mencegah kerusakan permanen.10

A.4. Analisis Anatomi Sendi Pergelangan Kaki


Pergerakan sendi pergelangan kaki terbentuk dari gabungan
beberapa sendi yang memungkinkan terjadinya gerakan dorsofleksi,
plantarfleksi, inversio, eversio, abduksi, adduksi, supinasi dan pronasi.
Pada articulatio talocluraris dapat terjadi gerakan dorsofleksi, yaitu
gerakan dimana jari-jari menunjuk ke arah atas. Gerakan ini dilakukan
oleh m. tibialis anterior, m. extensor hallucis longus, m. extensor
digitorum longus, m. fibularis tertius dan dihambat oleh tegangnya
tendo Achilles, serabut posterior ligamentum mediale serta ligamentum
calcaneofibulare. Selama dorsofleksi articulatio talocruralis, bagian

10
anterior trochlea tali dipaksakan berada di antara malleolus medialis et
lateralis sehingga menyebabkan sedikit terpisah dan tegangnya
ligamentum tibiofibularis distal. Selain posisinya yang berada diantara
malleolus bentuk talus yang lebar dibagian depan membuatnya menjadi
tulang berbentuk baji. Bentuk dan posisi seperti ini membuat kestabilan
sendi maksimal ketika dorsofleksi dan minimal ketika plantarfleksi.
Gerakan plantarfleksi dilakukan oleh m.gastrocnemius, m.soleus, m.
plantaris, m. fibularis longus, m. fibularis brevis, m. tibialis posterior, m.
flexor digitorum longus dan m. flexor hallucis longus dan dihambat oleh
tegangnya otot-otot yang berlawanan, serabut anterior ligamentum
mediale serta ligamentum talofibularis anterior. Pada keadaan
plantarfleksi maksimal ligamentum articulatio tibiofibularis distal
kurang tegang sehingga memungkinkan gerakan rotasi, abduksi dan
adduksi. Gerakan lain yang juga mampu dilakukan adalah inversio dan
eversio, namun pergerakan ini dibatasi oleh ligamentum lateral dan
ligamentum mediale.
Pada sendi tarsal dapat terjadi gerakan dorsofleksi, plantarfleksi,
supinasi dan pronasi. Otot yang membantu dorsofleksi sendi tarsal
merupakan otot yang juga melakukan gerakan dorsofleksi pada
articulatio talocruralis. Sedangkan pada gerakan plantarfleksi, otot
yang berperan adalah m. tibialis posterior, m. flexor digitorum longus, m.
flexor hallucis longus, m. fibularis brevis dan m. fibularis longus.
Gerakan lainnya yaitu supinasi merupakan gabungan inversio dan
adduksi, otot yang berperan yaitu m. tibialis anterior (saat dorsofleksi),
m. tibialis posterior (saat plantarfleksi), m. flexor digitorum longus dan
m. flexor hallucis longus. Pada saat pronasi (eversio dan abduksi) otot
yang berkerja adalah m. fibularis longus, m. fibularis brevis, m. fibularis
tertius dan m. extensor digitorum longus.1,12

11
A.5. Analisis Mekanik Sendi Pergelangan Kaki
Trochlea tali terjepit diantara kedua malleoli, tetapi sendi ini
merupakan sendi yang fleksibel. Menurut bentuk facies articularis sendi
ini merupakan articulatio trochlearis. Axis gerak adalah axis transversal
yang melewati kedua malleoli. Gerakan yang terjadi adalah fleksi
(dorsofleksi) dan ekstensi (plantarfleksi). Trochlea tali pada bagian
distal (anterior) lebih lebar, sehingga pada waktu ekstensi malleolus
lateralis agak terpisah dari tibia, dan ligamentum antara kedua tulang
menjadi tegang. Capsula articularis pada sendi ini di sebelah depan dan
belakang longgar sehingga memungkinkan fleksi dan ekstensi. Capsula
articularis diperkuat oleh ligamentum yang berfungsi sebagai
ligamentum collaterale. Saat berjalan gaya berat menarik tungkai bawah
ke depan, untuk mencegahnya articulatio talocruralis mempunyai
susunan khusus. Penampang lintang trochlea tali lebih besar pada
bagian depan, kedua malleoli tidak terletak tepat disamping trochlea
tetapi sedikit dibelakang. Sehingga trochlea tali yang merupakan ossa
sesamoidea ini tidak bergeser ke belakang. Gerakan lain yaitu
bergesernya kaki terhadap tungkai bawah dihalangi oleh oleh susunan
ligamentum dari tibia atau fibula yang berjalan ke arah belakang
melekat pada talus atau calcaneus. Susunan lain yang juga menjaga
gerakan sendi ini adalah ujung distal tibia yang mempunyai perluasan
ke bawah pada bagian posteriornya serta ligamentum tibiofibularis
posterior yang terletak pada lekuk sendi di posterior trochlea tali kedua
susunan ini mencegah bergesernya tungkai bawah ke depan. 9

B. CEDERA OLAHRAGA
B.1. Definisi
Cedera olahraga adalah kelainan pada tubuh yang berupa nyeri,
panas, bengkak, maupun gangguan fungsi pada bagian tubuh meliputi
otot, tendo, ligamentum, sendi hingga tulang akibat aktivitas olahraga
yang kejadiannya disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk

12
menahan atau menyesuaikan diri dengan gaya yang berlangsung pada
tubuh baik dalam jangka waktu singkat maupun jangka panjang. 13-16

B.2. Penyebab Cedera Olahraga


Cedera olahraga berdasarkan penyebabnya, dapat dikategorikan
menjadi:17
a. Traksi: jaringan mengalami tarikan yang cukup kuat melebihi batas
kelenturan sehingga mengakibatkan kerobekan otot atau ligamentum.
Misalnya: traksi tendo Achilles saat melompat ataupun lari.
b. Kompresi: jaringan mengalami tekanan oleh beban yang berlebih,
misalnya sering melakukan gerakan loncat jongkok menekan sendi
lutut ataupun penekanan oleh berat badan yang berlebihan.
c. Torsi : jaringan mengalami putaran mendadak/tiba-tiba pada saat
jaringan mengalami pembebanan. Misalnya sewaktu melompat, lalu
mendarat disertai perputaran arah tubuh sehingga menimbulkan
kerusakan jaringan sekitar lutut.
d. Bending: jaringan mengalami penekukan yang berlebihan oleh
adanya gaya yang sangat kuat. Misalnya pada pemain voli ketika
melakukan smash dengan meloncat dan mendarat dengan posisi
pergelangan kaki menekuk, sehingga mengakibatkan robeknya
ligament talofibulare.
e. Stress geser: adanya gaya saling menggeser berlawanan arah,
sehingga dapat merusak permukaan sendi. Misalnya lari cepat
mengejar bola berhenti tiba-tiba, badan condong ke depan dan lutut
menekuk.
f. Pembebanan berulang-ulang walaupun kecil dapat mengakibatkan
cidera, misalnya pada lari jarak jauh, pemain tenis dan pemain
sepeda.

13
B.3. Macam Cedera Olahraga
Cedera olahraga dapat berupa cedera ringan hingga cedera berat
yang dapat mengganggu aktivitas penderitanya, berikut ini merupakan
beberapa cedera yang sering dialami ketika melakukan aktivitas
olahraga:

a. Memar

Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan yang


mengakibatkan perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada
kerusakan kulit. Luka memar yang disebabkan oleh cedera bukan
merupakan keadaan serius dan akan sembuh dengan sendirinya
tanpa pengobatan. Meskipun demikian luka memar di bagian kepala
mungkin dapat menutupi cedera yang lebih gawat dalam kepala
(tulang kepala retak dengan perdarahan di bagian otak). Bila luka
memar timbul dengan spontan, maka mungkin merupakan tanda
gangguan perdarahan.17,19

b. Sprain

Sprain adalah cedera yang terjadi pada sendi, dengan terjadinya


penguluran atau robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena
stress berlebihan yang mendadak, atau penggunaan yang berlebihan
pada sendi yang membungkus tulang-tulang yang berdampingan
seperti pada gerakan berotasi. Sprain dapat menyebabkan terjadinya
dislokasi yaitu keadaan bergesernya persendian sehingga terjadi
deviasi antara dua tulang pembentuk sendi. Sebagai akibatnya
stabilitas sendi dapat terganggu pada kerusakan ligamentum yang
berat. Sprain ringan biasanya disertai hematom dengan sebagian
serabut ligament putus, sedangkan pada sprain sedang terjadi efusi
cairan yang menyebabkan bengkak dan pada sprain berat seluruh
serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti
biasa dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan dan perdarahan

14
dalam sendi.17,19

c. Strain

Strain adalah kerusakan pada jaringan otot maupun tendo


karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading)
pada saat otot terulur dan berkontraksi secara mendadak. Gejala
pada strain otot akut dapat berupa nyeri, spasme otot, kehilangan
kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi, sedangkan strain
kronis pada umumnya disebabkan karena penggunaan berlebihan
atau tekanan berulang-ulang hingga akhirnya menghasilkan
tendonitis (peradangan pada tendo).17,18

d. Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah suatu keadaan terputusnya


kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan karena trauma
langsung seperti benturan dan dapat berupa trauma tidak
langsung seperti pada kasus jatuh dengan bertumpu pada satu
anggota tubuh. Trauma tajam yang dalam dapat menyebabkan
luka terbuka hingga jaringan tulang terlihat, sehingga disebut
fraktur terbuka. Sedangkan jika terjadi fraktur namun jaringan
tulang tidak tampak dari luar maka disebut fraktur tertutup. Pada
kasus dengan patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dan
menyebabkan pergeseran antara tulang pembentuk sendi maka
disebut fraktur dislokasi.19

e. Perdarahan

Perdarahan adalah pecahnya pembuluh darah sebagai akibat


dari trauma yang menyebabkan kerusakan dinding pembuluh
darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah keluar dari
tubuh.17

15
C. CEDERA OLAHRAGA BOLA VOLI
Cedera pada pemain bola voli dapat dibedakan berdasarkan lokasi dan jenis
cederanya3
1. Berdasarkan lokasi cedera dari urutan yang paling sering mengalami
cedera yaitu:
a. Pergelangan kaki
b. Lutut
c. Bahu
d. Punggung
e. Hamstring
f. Selangkangan
g. Jari, tangan dan bagian tubuh lainnya
2. Berdasarkan jenis cederanya meliputi:
a. Cedera otot
b. Cedera ligamentum
c. Cedera tendo
d. Patah tulang
e. Memar dan lain-lain

16
D. SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA PEMAIN BOLA VOLI
D.1. Mekanisme Sprain Pergelangan Kaki (Ankle-Sprain Injury)
Mekanisme ankle-sprain injury diawali dengan gerakan melompat
lalu mendarat dengan posisi kaki inversio, plantar fleksi, endorotasi dan
supinasi. Pada posisi ini articulatio talocruralis berada pada posisi yang
tidak stabil. Gerakan inversio dan supinasi kaki disertai eksorotasi tibia
akan menyebabkan cedera pada ligamentum lateral. Cedera pada
ligamentum ini juga dapat terjadi pada gerakan plantarfleksi. Cedera
articulatio talocruralis pada awalnya mengenai ligamentum
talofibularis anterior kemudian bila terjadi cedera berulang maka akan
mengenai ligamentum calcaneofibularis hingga akhirnya mengenai
ligamentum talofibularis posterior.20

robek
robek

robek

Gambar 2.3 Mekanisme Sprain Pergelangan Kaki21

17
D.2. Manifestasi Klinis
Pada diagnosis cedera ligamentum atau sprain pergelangan kaki
dapat ditemukan adanya nyeri saat melakukan gerakan inversio,
pembengkakan pada sisi lateral persendian, dan memar. Cedera sprain
pada pergelangan kaki dapat dikategorikan menjadi 3 derajat yaitu

Gambar 2.4 Derajat Sprain Pergelangan Kaki21

Tabel 2.1 Derajat Sprain Pergelangan Kaki4


Derajat Cedera Gejala dan Tanda
Derajat I/ Ringan - Tidak ada instabilitas postural
- Kekakuan karena proses inflamasi minimal
- Gangguan fungsi minimal
- Cedera ligamentum hanya terlihat pada pemeriksaan
mikroskopik
Derajat II/ Sedang - Ketidakmampuan menyelesaikan test stabilitas postural
- Pembengkakan dan kekakuan sedang
- Gangguan sedang pada pergerakan sendi
- Cedera dapat terlihat secara makroskopik namun
ligamentum masih menyatu
Derajat III/ Berat - Ketidakstabilan postural sejak awal tes
- Pembengkakan hebat, kekakuan serta perdarahan
- Terputusnya ligamentum

18
D.3. Faktor Risiko Sprain Pergelangan Kaki:22
Faktor intrinsik:
a. Riwayat sprain pergelangan kaki sebelumnya.
b. Bentuk anatomi kaki.
c. Keseimbangan yang buruk.
Faktor ekstrinsik:
a. Posisi permainan.
b. Penggunaan brace dan tape.
c. Lama berlatih.
d. Kurangnya kegiatan pemanasan dan peregangan sebelum
olahraga.

E. HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN SPRAIN PERGELANGAN


KAKI
E.1. Lama Berlatih
Olahragawan yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dari
pada yang berpengalaman karena perbedaan penguasaan teknik
permainan serta kesadaran akan cedera.

E.2. Posisi Permainan


Pada permainan bola voli dilaporkan bahwa cedera yang terjadi
disebabkan oleh gerakan spiking (33,70%), blocking (24,15%), diving
(17,41%), setting (11,23%) and others (14,04%). Dari data tersebut maka
spiking dan blocking merupakan penyebab yang terbesar. Mekanisme
cedera karena gerakan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: penyerang
pada umumnya memulai lompatan untuk menyerang jauh dari net dan
menuju ke arah depan untuk menyentuh bola sehingga posisi penyerang
mudah bersentuhan dengan garis tengah dan berkontak fisik dengan
blocker lawan. Selanjutnya penyerang akan mendarat lebih awal dari
blocker dengan posisi mendarat pada daerah garis tengah, hal ini
memungkinkan blocker mendarat di atas kaki penyerang sehingga

19
mengakibatkan cedera pada penyerang. Selain aktivitas di garis tengah
antar lawan main, gerakan multiple blocking merupakan gerakan lain
yang dapat menyebabkan cedera. Blocker dapat mengalami bodycontact
antar pemain atau mendarat pada kaki teman satu timnya. 3,23

Gambar 2.5 Gerakan smash yang beresiko menyebabkan cedera .Cedera berawal
dari penyerang yang melompat dengan cepat dan lebih rendah untuk mendekati
arah net sehingga menyebabkan penyerang mendarat pada atau melewati garis
tengah, hal ini menyebabkan blocker lawan beresiko mendarat pada kakinya (b),
Situasi ini dapat dicegah dengan cara penyerang mengambil langkah panjang ke
depan untuk meraih bola (a).23

E.3. Riwayat Sprain Pergelangan Kaki Sebelumnya


Pada cedera berupa sprain, ligamentum akan mengalami peregangan
sehingga kekuatannya untuk menstabilkan sendi akan melemah. Risiko
kejadian cedera berulang diketahui meningkat pada 6 hingga 12 bulan
setelah cedera akut.22,24,25

20
E.4. Bentuk Anatomi Kaki
Penelitian yang dilakukan dengan pengambilan foto rontgen kaki
menyebutkan bahwa semakin lebarnya jari-jari talus dan semakin
kecilnya bagian tibia yang menutupi bagian talus menyebabkan susunan
sendi yang lebih tidak stabil sehingga meningkatkan resiko terjadinya
sprain pergelangan kaki.26

E.5. Keseimbangan yang Buruk


Keseimbangan yang buruk diketahui berhubungan dengan risiko
sprain pergelangan kaki berulang setelah cedera akut. Ada tidaknya
keseimbangan yang buruk dapat diketahui dengan melakukan tes
keseimbangan berdiri dengan satu kaki dan tidak diperkenankan bergerak
atau menyentuh organ tubuh lainnya. Seseorang yang mampu bertahan
paling tidak 15 detik dikatakan berstabilitas postural normal (memiliki
keseimbangan yang baik), sedangkan seseorang yang tidak dapat
mempertahankan posisi awalnya berarti memiliki stabilitas postural
abnormal (memiliki keseimbangan yang buruk). Sprain pergelangan kaki
mengenai lebih banyak orang dengan stabilitas postural abnormal.23,27,28

E.6. Penggunaan Brace, Ankle Disk dan Tape.


Brace diperkirakan memberikan dukungan mekanis pada articulatio
talocruralis. Sedangkan latihan dengan menggunakan ankle-disk dapat
membantu menurunkan instabilitas pada sendi pergelangan kaki.
Penggunaan alat bantu lainnya yaitu tape diketahui menurunkan risiko
cedera berulang pada pemain dengan riwayat cedera ligamentum
sebelumnya.22

E.7. Pemanasan
Pemanasan sebelum aktivitas olahraga pada dasarnya merupakan
salah satu bentuk kegiatan untuk memproduksi energi. Proses
memproduksi energi ini berkaitan erat dengan otot sebagai transducer

21
(mesin) utama untuk mengubah energi kimiawi menjadi energi mekanis.
Di dalam otot terdapat ATP (Adenosine Triphosphate) sebagai
sumber cadangan energi kimia utama yang bersifat konstan, serta
cadangan energi lain yaitu phospocreatin, glycogen, trigliserid dan
enzim. Ketika terjadi proses produksi energi, ATP akan dipecah untuk
menghasilkan energi dan ADP (Adenosine Diphosphate), selanjutnya
apabila energi yang dibutuhkan telah tercukupi maka ADP dapat
menerima fosfat untuk kembali membentuk ATP sehingga siklus ini
menyebabkan ATP bersifat konstan.
Namun apabila energi masih terus dibutuhkan dan cadangan ATP
telah habis maka proses produksi energi akan melibatkan phospocreatin
lalu diikuti oleh pemecahan glycogen dan trigliserid. Bila kebutuhan
energi masih belum juga terpenuhi sistem asam laktat akan mulai
bekerja memecah glycogen menjadi energi, asam piruvat dan asam
laktat. Asam laktat yang tertimbun dalam darah dan otot kemudian akan
menyebabkan kelelahan otot, sehingga energi yang dihasilkan hanya
bertahan 2-3 menit.
Sistem lain yang juga berperan dalam produksi energi adalah sistem
energi aerobik yang terdiri dari glikolisis aerobik, siklus Krebs dan
sistem transport elektron. Sistem ini memiliki keunggulan berupa
resintesis ATP secara besar tanpa terbentuknya hasil samping yang dapat
menyebabkan kelelahan otot.9
Selain berfungsi untuk menghasilkan energi pemanasan juga
berfungsi menghasilkan panas. Panas yang diproduksi berperan penting
dalam aktivitas olahraga karena panas dapat mengurangi viskositas
jaringan (capsula, ligamentum) sehingga dapat mengurangi resistensi
terhadap gerakan. Panas juga dapat meningkatkan ekstensibilitas fibra
otot dan ligamentum sehingga fleksibilitasnya akan meningkat.
Pemanasan pada akhirnya mampu mengurangi kejadian cedera olahraga
bila dilakukan secara bertahap menyesuaikan kondisi tubuh, pemanasan
dianjurkan dilakukan selama 15-30 menit.9,29

22
F. OLAHRAGA BOLA VOLI
F.1. Sejarah Permainan Bola voli
Permainan bola voli diciptakan oleh William G Morgan pada tahun
1895 di Holyoke (Amerika bagian timur). Permainan ini terdiri dari 2
tim yang saling berlawanan dengan masing-masing tim terdiri dari 6
pemain. Pada tahun 1974 bola voli dipertandingkan di Polandia dengan
peserta yang cukup banyak. Tahun 1984 didirikan The Fédération
Internationale de Volleyball (FIVB) yang waktu itu beranggotakan 15
negara dan berkedudukan di Paris. Permainan bola voli masuk ke
Indonesia pada waktu penjajahan Belanda (sesudah tahun 1928). Sejak
Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-2 tahun 1952 di Jakarta sampai
sekarang permainan bola voli termasuk salah satu cabang olahraga
yang resmi dipertandingkan. 22 Januari 1955 didirikan Persatuan Bola
Voli Seluruh Indonesia (PBVSI).30,31

F.2. Teknik Dasar Permainan Bola Voli


a. Passing
Passing terdiri dari passing atas dan passing bawah. Passing
bawah adalah gerakan yang dilakukan para pemain jika bola
datangnya rendah, baik untuk dioperkan kepada teman seregunya
maupun untuk dikembalikan ke lapangan lawan melewati atas jaring
atau net. Passing atas adalah cara pengambilan bola atau mengoper
dari atas kepala dengan jari-jari tangan. Bola yang datang dari atas
diambil dengan jari-jari tangan di atas, agak di depan kepala.30,31

Gambar 2.6. Tahapan teknik Gambar 2.7. Tahapan teknik passing


passing atas32 bawah32

23
b. Servis
Servis adalah cara melakukan pukulan permukaan dari petak
serviis dengan memukul bola dengan tangan dari bawah sebagai
usaha menghidupkan bola dalam permainan. Pada servis bawah
gerakan dilakukan dengan tangan bawah, siku diluruskan dan ayunan
tangan dari belakang ke depan melalui samping badan, salah satunya
tangan memegang bola dan bola tersebut dilambungkan baru dipukul.
Sedangkan pada servis samping gerakan dilakukan dengan
melakukan pukulan permulaan dari daerah servis dengan sikap berdiri
menyamping dan berat badan berada di kaki kanan (bagi yang tidak
kidal), telapak tangan menghadap ke atas. 30,31

Gambar 2.8 Tahapan teknik servis bawah32 Gambar 2.9 Tahapan teknik jump
service33

c. Smash (Spiking)
Smash atau spiking adalah gerakan memukul bola yang dilakukan
dengan kuat dan keras serta jalannya bola cepat, tajam dan menukik
serta sulit diterima lawan apabila pukulan itu dilakukan dengan cepat
dan tepat.31

Gambar 2.10 Tahapan teknik


smash34

24
d. Membendung (Blocking)
Membendung (Blocking) adalah bentuk gerakan seseorang atau
beberapa orang pemain yang berada didekat net/ pemain depan
bertujuan untuk menutupi atau membendung datangnya bola dari
lapangan lawan, caranya dengan menjulurkan kedua tangan ke atas
dengan ketinggian tangan lebih tinggi dari tepian atau bibir net. 31

Gambar 2.11 Tahapan teknik blocking35

25
G. KERANGKA TEORI

Faktor intrinsik:
Macam Cedera:
1. Kesehatan (riwayat sprain
1. Sprain
sebelumnya)
2. Strain
3. Fraktur
2. Bentuk anatomi kaki 4. Perdarahan
3. Keseimbangan yang buruk

Cedera Lokasi cedera:


Olahraga 1. Pergelangan
Faktor ekstrinsik: kaki
1 Penggunaan brace dan 2. Lutut
tape 3. Bahu
4. Punggung
2 Lama berlatih 5. Hamstring
3 Kurangnya kegiatan 6. Selangkangan
7. Jari
pemanasan dan
peregangan sebelum
olahraga. Keterangan:
Variabel yang diteliti
4. Posisi permainan Variabel yang tidak diteliti

H. KERANGKA KONSEP

Cedera olahraga berupa


Olahraga Bola Voli
Sprain pergelangan kaki

Faktor risiko:
1. Lama berlatih
2. Riwayat sprain pergelangan
kaki sebelumnya
3. Penggunaan non-rigid
brace
4. Penggunaan tape
5. Kurang pemanasan

26
I. HIPOTESIS
a. Ada hubungan antara lama berlatih dengan kejadian sprain pergelangan
kaki pada pemain bola voli.
b. Ada hubungan antara riwayat sprain pergelangan kaki sebelumnya
dengan kejadian sprain pergelangan kaki pada pemain bola voli.
c. Ada hubungan antara kurangnya pemanasan dengan kejadian sprain
pergelangan kaki pada pemain bola voli.
d. Ada hubungan antara penggunaan non-rigid brace dengan kejadian
sprain pergelangan kaki pada pemain bola voli.
e. Ada hubungan antara penggunaan tape dengan kejadian sprain
pergelangan kaki pada pemain bola voli.

27

Anda mungkin juga menyukai