Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI :

Poliomielitis disebut juga acute anterior poliomyelitis, infantile paralysis, acute flaccid paralysis ,
penyakit heine dan medin.
Poliomyelitis adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan
mengakibatkan kerusakan pada sel motorik di kornu anterior medula spinalis, batang otak ( dapat
pula mengenai mesensefalon, serebelum, ganglia basal ) dan area motorik kortex cerebri.
Di indonesia, pemerintah mencanangkan tujuan akhir program imunisasi menjelang tahun 2
adalah eradikasi polio, eliminasi tetanus neonatorum, dan reduksi campak.
ETIOLOGI :
!irus polio adalah virus "#$ yang termasuk kelompok anterior virus dan famili fikorna virus.
!irus ini juga termasuk dalam virus yang terkecil, jadi ia termasuk virus yang fitrabel, tipe %%%
( leon ). &etahanan virus di tanah dan air tergantung pada kelembaban dan suhu. !irus ini dapat
bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilometer dari
sumber penularan, sedangkan dalam tinja tahan sampai berbulan'bulan. (aktor yang
mempengaruhi keganasan virus polio antara lain ) jenis virus, usia, genetic, aktifitas fisik,
trauma, tonsilektomi.
PATOGENESA :
!irus masuk kedalam tubuh melalui saluran nasofaring setelah ditularkan melalui fekal-oral.
*imbulnya penyakit polio dapat dicetuskan dengan adanya tindakan operasi pada daerah
tenggorokan dan mulut seperti misalnya tonsilektomi dan ekstraksi gigi atau tindakan
penyuntikan suattu vaksinasi DP*, kehamilan, kerja fisik yang berat+kelelahan.
,etelah masuk kedalam tubuh, virus akan berkembang biak ( -ultiplikasi ) di jaringa limfoid
tonsil atau pada plak peyeri dinding usus dan melaui darah akan tersebar keseluruh tubuh
( viremia ).
!iremia ini tidak akan menimbulkan ( asimtompatik ) atau hanya sakit ringan saja. Diduga pada
kasus'kasus yang menimbulkan paralisis, virus dapat mencapai sistim saraf secara langsung
melalui darah atau secara retrogard melalui saraf tepi atau saraf simpatetik atau ganglion
sensorik pada tempat ia bermultiplikasi atau jaringan ekstra neoral yang lain.
GAMBARAN KLINIS :
-asa inkubasi yang tidak diketahui dengan pasti diperkirakan .'/0 hari. 1ejala klinik
bermacam'macam dan digolongkan sebagai berikut )
/. 2enis asimptomatis
3ila tidak ada gejala aa-aa, diduga jenis ini banyak terdaat !akt" eide#i.
2. 2enis abortive
3ila hanya di dapat gejala'gejala prodormal, sering kali gejala i$te%ti$al %eerti
A$orek%ia& #"al& ko$%tia%i& $'eri a(do#e$& di%ertai $'eri te$ggoroka$& de#a#
ri$ga$ da$ %akit keala.
4. 2enis non paralitk
3ila terdaat ta$da-ta$da ra$g%a$ga$ #e$i$geal ta$a ada$'a kel"#")a$. ,uhu
naik sampai 45'46
o
7 disertai sakit kepala dan nyeri otot'otot. &esadaran tetap baik, tetapi
mungkin penderita mengantuk dan gelisah. Pada pemeriksaan didapati) kekakuan pada
kuduk dan punggung disertai tanda kernig, 3rud8ensky dan lase9ue yang positif, refleks
tendon biasanya tidak berubah. 3ila penderita di tegakkan kepala akan terjatuh kebelakang
*+)ead dro%,-. 3ila anak berusaha duduk dari sikap tidur maka kedua lututnya ditekuk
dengan menunjang kebelakang dan terlihat kekakuan otot spinal *triod %ig$-.
0. 2enis paralitik
gejala seperti diatas, kemudian di%ertai kel"#")a$ yang biasanya timbul 4 hari setelah
stadium preparalitik. -ula'mula otot yang terkena terasa nyeri dan spastik, kemudian
paralitik.
,esuai tinggi lesi pada susunan syaraf pusat yang terkena, dapat digolongkan sebagai berikut )
/. 3entuk spinal
3ila mengenai %el #otorik kor$" a$terior #ed"la %i$ali% terjadi kelumpuhan otot
le)er& t"(")& diafrag#a& t)orak& da$ ek%tre#ita% (a!a). :ang paling sering adalah
otot (e%ar ada t"$gkai (a!a) ter"ta#a #. /"adri%e fe#ori%. ;mumnya
penyebaran otot yang lumpuh tidak %i#etri% dan tidak didaati ga$gg"a$ %e$%orik&
reflek te$do$ #e$"r"$ ata" #e$g)ila$g.
2. 3entuk bulber
3ila mengenai i$ti #otorik di(ata$g otak, timbul gangguan / atau lebih syaraf otak
dengan atau tanpa gangguan pusat vital yaitu sistem pernafasan dan sirkulasi.
4. 3entuk bulbospinal
yaitu campuran bentuk bulber dan spinal.
0. 3entuk encephalitik atau polio encephalitik.
3ila mengenai cerebrum, ditandai e$"r"$a$ ke%adara$ sampai dengan delirium,
tremor, dan kadang'kadang kejang.
<. 3entuk cereberal
Ditandai adanya atak%ia de$ga$ ata" ta$a kel"#")a$. &elumpuhan otot akan
berkurang sampai beberapa bulan dalam masa konvalensi setelah = bulan sampai beberapa
tahun. >tot'otot yang lumpuh tidak dapat sembuh lagi. &etidakseimbangan otot'otot
antagonis menyebabkan deformitas.
LABORATORI0M :
!irus polio dapat diisolasi dan dibiakkan dalam jaringan dari a"%a$ te$ggoroka$& dara)&
li1"or& da$ fe%e%. Pemeriksaan li9uor cerebrospinalis menunjukan adanya leo%ito%i%, kadar
rotei$ %edikit #e$i$ggi dan kadar gl"ko%a %erta elektrolit $or#al, jumlah sel berkisar
antara /'4+mm
4
sedangkan teka$a$ tidak #e$i$gkat. Pada stadium preparalitik atau
paralitik dini lebih banyak ditemukan le"ko%it PMN tetai %etela) 23 ja# le(i) (a$'ak
dite#"ka$ li#fo%it.
Peningkatan jumlah sel mencapai puncaknya pada minggu pertama kemudian akan kembali
normal setelah 2 sampai 4 minggu. &adar protein ?7, berkisar antara 4'/2 mg+/ml pada
minggu pertama tapi jarang melampaui /< mg+/ml. &adar protein yang meninggi akan
bertahan selama 4 sampai 0 minggu.
DIFFERENSIAL DIAGNOSA :
/. -eningitis *37 (karena gejalanya mirip dengan gejala poliomielitis nonparalitik).
2. ,indroma 1uillain'3arre (,13 tidak akut, bilateral, simetris, lebih berat, pleositosis
sedang, ,13 kadar protein lebih dulu meningkat)
4. -ielitis tranversa
0. @ncephalitis
TERAPI :
Tira) (ari$g total harus segera dilakukan pada penderita yang mengidap poliomielitis. Pada
penderita poliomielitis paralitik bentuk spinal selain tirah baring total dan pengobatan
simptomatis maka posisi ekstremitas harus pula diperhatikan "$t"k #e$g)i$dari terjadi$'a
ko$trakt"r. ?engan dan tangan dapat di beri splint sedang untuk menghindari kulai kaki (drop
foot) dapat diberikan papan penyangga pada telapak kaki agar selalu dalam posisi dorsoflexi.
Fi%ioterai sebaiknya dilakukan setelah 2 hari hilang demam. 3ila terjadi kegagalan pernafasan
maka diperlukan respiratoar untuk membantu pernafasan dan apabila terjadi paralisis bulbaris
maka harus diperhatikan adalah ke("t")a$ 4aira$. ,ekresi faring dapat menyebabkan aspirasi,
bila ada disfagia akan membutuhkan sonde lambung.
(/,2)
.
IM0NITAS :

%munisasi polio memberikan keke(ala$ aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan atau tungkai.
Polio juga bisa menyebabkan kel"#")a$ otot-otot er$afa%a$ da$ otot "$t"k #e$ela$.
Polio bisa menyebabkan kematian.
*erdapat 2 macam vaksin polio )
/. %P! (%naktivated Polio !accine, vaksin salk) mengandung virus polio yang %"da)
di#atika$ dan diberikan melalui suntikan.
2. >P! (>ral Polio !accine, !aksin ,abin) mengandung 5ak%i$ )id" 'a$g tela)
dile#a)ka$ dan di(erika$ dala# (e$t"k il ata" 4aira$. 3entuk trivalen (*>P!)
efektif melaAan %e#"a bentuk polio, dan bentuk monovalen (->P!) efektif
melaAan 6 je$i% polio.
%munisasi dasar polio diberikan 7 kali (polio %, polio %%, polio %%%, polio %!) dengan interval 0'=
minggu. %munisasi polio ulangan diberikan 6 ta)"$ %etela) i#"$i%a%i olio I8, kemudian pada
%aat #a%"k SD dan pada %aat #e$i$ggalka$ SD.
Di %ndonesia umumnya diberikan 5ak%i$ %a(i$. !aksin ini diberikan sebanyak 3 tete% *9&6 #l-
langsung kemulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Ko$trai$dika%i e#(eria$ 5ak%i$ olio )
' Diare berat
' 1angguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid).
' &ehamilan.
' @fek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang'kejang.
Do%i% erta#a da$ ked"a diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangakn
do%i% ketiga da$ kee#at diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada
tingkat yang tertinggi. ,etelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, keada ora$g de!a%a
tidak perlu dilakukan pemberia booster secara rutin kecuali jika dia hendak (eergia$ kedaera)
e$de#ik olio. Pada deAasa yang (el"# er$a) #e$daatka$ i#"$i%a%i olio dan perlu
menjalani imunisasi sebaiknya diberikan IP8.
&epada orang yang pernah mengalami reak%i alergi )e(at *a$afilaktik- setelah pemberian %P!,
streptomicin, polimicin 3 atau neomicin, tidak boleh diberikan %P!, sebaiknya diberikan OP8.
Keada e$derita de$ga$ ga$gg"a$ %i%te# keke(ala$ (misalnya penderita $%D,, infeksi
B%!, leukimia, kanker, limfoma) dianjurkan untuk diberikan IP8. %P! juga diberikan kepada
orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat
imunosupresan lainnya.
%P! bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. :ika a$ak %eda$g #e$derita e$'akit
ri$ga$ ata" (erat %e(aik$'a elak%a$aa$ i#"$i%a%i dit"$da %a#ai (e$ar-(e$ar "li). %P!
bisa menyebabkna nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan yang biasanya berlangsung
hanya beberapa hari. &ekebalan aktif didapatkan sesudah mendapatkan infeksi asimptomatis
atau pemberian vaksin polio. !aksin anti polio ini ada 2 jenis yaitu salk dan sabin. Keke(ala$
a%if dierole) dari i(" %e4ara tra$%la%e$ta atau dengan pemberian gamma globulin.
ERADIKASI POLIO :
>bjektif dari @rapo (eradikasi polio) adalah pemberantasan virus liar didunia.
,trategi @rapo terdiri atas 0 kegiatan utama )
Pertama, cakupan imunisasi yang tinggi. 7akupan imunisasi harus mencapai lebih dari 6
C untuk kelompok anak dibaAah / tahun. DB> menganjurkan diberikan vaksin polio
oral sebanyak 0 kali pada usia ,2,4,0 bulan sedangkan menurut PP% diberikan pada usia
'// bulan dengan interval 0'= minggu. 7akupan yang tinggi ini akan menekan angka
kesakitan polio pada tingkat yang rendah dan menyiapkan negara tersebut untuk fase
@radikasi. 7akupan tinggi juga harus dipertahankan oleh negara yang telah bebas polio
sampai seluruh dunia bebas polio.
Kedua, hari+pekan imunisasi nasional (P%#). %munisasi masal dilakuakn secara serentak
pada semua anak dibaAah < tahun dengan 2 putaran imunisasi dengan selang Aaktu 0
minggu. 1erakan ini dilakukan pada saat transmisi polio paling rendah dan kekebalan
populasi ternyata lebih tinggi dari kekebalan populasi imunisasi rutin, mungkin akibat
disseminasi virus vaksin ke lingkungan dan ke anggota populasi lain.
Ketiga, surveilans $(P ($cute (lacid Paralysis) atau lumpuh layu akut. @radikasi
membutuhkan metode surveilans yang sensitif dan mampu mendeteksi adanya kasus
polio dimanapun didunia. ,urveilans $(P bertujuan mendeteksi virus polio liar dan
meningkatkan sistem pelacakan dan pelaporan nasional suatu negara. &asus polio tidak
dapat dideteksi secara klinis saja, maka DB> menyarankan laboratory based $(P baAah
usia /< tahun dan kasus harus diteliti secara klinik dan epidemiologi dengan cepat.
,ampel tinja dikumpulkan secukupnya dengan selang Aaktu 20 jam dan dikirim dalam
keadaan dingin ke laboratorium. !irus yang ditemukan harus dibedakan apakah virus liar
atau virus vaksin. -inimal harus dilakukan pelacakan pada satu kasus $(P tiap tahun
untuk setiap /. anak dibaAah /< tahun.
Keempat, -opping'up. %munisasi rutin dan P%# akan menurunkan transmisi virus pada
tingkat terendah yang hanya terjadi pada beberapa kantong saja. $pabila dapat dibuktikan
adanya transmisi virus dilingkungan maka dilakukan mopping'up didaerah tersebut yaitu
pemberian vaksin polio oral 2 putaran pada semua anak dibaAah < tahun tanpa
memperdulikan status imunisasi dan dilakukan secara lengkap dari rumah ke rumah.
"angkaian mata rantai yang panjang dari strategi @rapo bukanlah masalah sederhana
untuk dilaksanan, tenaga kesehatan yang kurang merata, kesadaran sebagian masyarakat
terhadap imunisasi belum memadai serta Alayah yang secara geografis sulit dijangkau
menyebabkan cakupan imunisasi belum memenuhi target. -asalah ekonomi dan sosail
politik dapat ikut berperan dalam ketidak pedulian masyarakat terhadap kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai