Anda di halaman 1dari 30

BAB I PENDAHULUAN Data USA Bureau of the Cencus, Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar

r di seluruh dunia antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414%. Umur Harapan Hidup orang Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun atau lebih pada tahun 2015-2020. Transisi epidemiologi terjadi karena pemerintah berhasil menekan angka penyakit infeksi, namun di sisi lain penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring dengan semakin banyaknya proporsi warga lansia di Indonesia. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaan sering disebut penyakit degeneratif, di antaranya Osteoartritis, yang selanjutnya akan disingkat OA1. Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat.2 Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama dan lain-lain. Gambaran patologi kedua kelompok OA tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami simtom OA. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat.
1

Secara keseluruhan, sekitar 10 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita OA. Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan2. Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan OA di Indonesia tercatat 8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% diantaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan sisanya atau 71% mengkonsumsi obat bebas pereda nyeri. Di Kabupaten Malang dan Kota Malang ditemukan prevalensi OA sebesar 10% dan 13,5%. Di Jawa Tengah, kejadian penyakit OA sebesar 5,1% dari semua penduduk. Osteoartritis umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada sendisendi penopang berat badan, terutama sendi lutut, panggul (koksa), lumbal dan servikal. Pada OA primer / generalisata yang pada umumnya bersifat familial, dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang distal (DIP) dan interfalang proksimal (PIP). Lutut merupakan sendi yang paling sering dijumpai terserang OA dari sekian banyak sendi yang dapat terserang OA. Osteoartritis lutut merupakan penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya.8 Di Thailand, prevalensi OA lutut pada para biksu berdasarkan hasil penelitian Tangtrakulwanich (2006) adalah sebesar 59,4%. Sedangkan berdasarkan data WHO, 40% penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun mengalami OA lutut.

BAB II ANATOMI Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang rawan6. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh Sendi lutut merupakan bagian dari extremitas inferior yang menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi lutut ini adalah untuk mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk menggerakkan kaki ini juga diperlukan antara lain6 : Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi supaya jangan lepas bila bergerak Adanya permukaan tulang yang dengan bentuk tertentu yang mengatur luasnya gerakan. Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi. Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang merupakan penghubung kedua buah tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh. Sendi lutut ini termasuk dalam jenis sendi engsel , yaitu pergerakan dua condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini yaitu gerakan fleksi , ekstensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi kapasitas sendi maka akan dapat menimbulkan cedera yang antara lain terjadi robekan pada capsul dan ligamentum di sekitar sendi6.

Gambar 1. anatomi sendi lutut3

Sendi lutut terdiri dari tiga tulang dan berbagai ligamen. Lutut dibentuk oleh os femur (tulang paha), tibia (tulang kering), dan patela (tempurung lutut). Beberapa otot-otot dan ligamen mengontrol gerakan lutut dan melindunginya dari kerusakan pada saat yang sama. Dua ligamen di kedua sisi lutut, yang disebut ligamen kolateral medial dan lateral, menstabilkan lutut dari sisi satu ke sisi lainnya3. Terdapat ligamentum pada sendi lutut yang terbagi menjadi ligamentum extracapsular dan ligamentum intracapsular6. a. ligamentum extracapsular 1. Ligamentum Patellae Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit6.

2. Ligamentum Collaterale Fibulare


4

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei. 3. Ligamentum Collaterale Tibiae Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu . 4. Ligamentum Popliteum Obliquum Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus. 5. Ligamentum Transversum Genu Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus , terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya , sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang. b. ligamentum intra capsular Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae. 1. Ligamentum Cruciata Anterior
5

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior. 2. Ligamentum Cruciatum Posterior Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke posterior. anterior cruciate ligament (ACL) adalah salah satu dari sepasang ligamen pada anatomi lutut dari tengah sendi lutut menyilang, dan ini adalah tempat "cruciatum" berasal. Terdapat juga anterior cruciate ligament (ACL) dan posterior cruciate ligament (PCL). Kedua ligamen berfungsi untuk menstabilkan lutut dari depan selama kegiatan normal dan atletis. Ligamen lutut memastikan bahwa berat badan yang ditularkan melalui sendi lutut ini berpusat di dalam sendi meminimalkan jumlah keausan pada tulang rawan di dalam lutut3.

Gambar 2. Ligament sendi lutut 3

Penahan beban permukaan lutut ditutupi oleh lapisan tulang rawan ("kartilago artikular"). Ada juga peredam kejut kedua lutut di kedua sisi sendi antara permukaan tulang rawan femur dan tibia. Kedua struktur ini disebut meniskus medial dan meniskus lateral. Meniscus adalah peredam kejut berbentuk tapal kuda yang membantu untuk pusat kedua sendi lutut selama aktivitas dan untuk meminimalkan jumlah stres pada tulang rawan artikular. Kombinasi dari meniscus dan tulang rawan pada permukaan lutut menghasilkan permukaan yang mulus hampir tanpa gesekan3. Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris6. Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung. 1. Cartilago Semilunaris Medialis Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap6. 2. Cartilago Semilunaris Lateralis
7

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis6. CAPSULA ARTICULARIS Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum patellae dan dari bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan kebawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior . Selanjutnya capsula articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial, plica alares yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk suatu synovial villi6. Plica synovialis patellaris, membentang pada bagian belakang yang mengarah pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar pada synovial membran.

Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian , berhubungan dengan dua pasang condylus femoris dan tibiae. Lipatan capsul sendi pada bagian samping berjalan dekat pinggir tulang rawan. Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan cartilago , dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago. Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit bagian bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari masing-masing meniscus.

Gambar 3. Lutut fleksi, cruciate dan ligament collateral6

Pergerakan sendi lutut Otot-otot utama yang menggerakkan sendi lutut adalah quadricep dan otot hamstring. Paha depan menempel pada patela, dan tendon patela menghubungkan otot ini ke bagian depan tibia. Ketika otot quadricep kontraksi lutut meluas. Sebaliknya, ketika otot hamstring kontraksi, mereka menarik lutut ke fleksi.

Gambar 4. Sendi lutut ekstensi

Gambar 5. Sendi lutut fleksi3

10

BAB III DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan patogenesis yang belum jelas serta mengenai populasi luas. Pada umumnya penderita OA berusia di atas 40 tahun dan populasi bertambah berdasarkan peningkatan usia. Osteoartritis merupakan gangguan yang disebabkan oleh multifaktorial antara lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor kebudayaan. Osteoartritis merupakan suatu penyakit dengan perkembangan slow progressive, ditandai adanya perubahan metabolik, biokimia, struktur rawan sendi serta jaringan sekitarnya, sehingga menyebabkan gangguan fungsi sendi1. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi yang dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan pada sinovium, sehingga sendi yang bersangkutan membentuk efusi1. Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebut idiopatik, disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor risiko lainnya, seperti obesitas dan sebagainya5. Epidemiologi Osteoartritis Lutut Dari sekian banyak sendi yang dapat terserang OA, lutut merupakan sendi yang paling sering dijumpai terserang OA. Osteoartritis lutut merupakan penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya.8 Data Arthritis Research Campaign menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut yang parah dan 2 juta orang mengunjungi dokter praktek umum maupun rumah sakit karena OA lutut. Lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling8.
11

BAB IV PATOGENESA Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada didalam tubuh manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan. Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi1. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi1,7. Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik1. Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik1. Perubahan yg paling mencolok pd Osteoarthritis biasanya dijumpai didaerah tulang rawan yg mendpat beban pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada normal, tetapi seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi menipis, tulang rawan melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah vertical (Fibrilasi).
12

Dapat terbentuk ulkus kartilago dalam yang meluas ke tulang. Dapat timbul daerah perbaikan Fibrokartilaginosa, tetapi mutu jaringan perbaikan ini lebih rendah daripada kartilago sendi hialin asli, dalam kemampuannya menahan stres mekanis5. Pertumbuhan kartilago dan tulang di tepi sendi menyebabkan terbentuknya osteofit (spur), yang mengubah kontur sendi dan mungkin membatasi gerakan. Perubahan jaringan lunak terdiri dari sinovitis kronik dan penebalan kapsul sendi, yang membatasi gerakan lebih lanjut. Sering juga terjadi pengecilan otot periartikularis5. Makroskopis Kehilangan ruangan sendi mengakibatkan penipisan kartilago yang terlihat seperti kilauan dan gambaran seperti karpet akibat fibrilasi / fibrosis. Selanjutnya kartilago akan menghilang pada daerah2 ini, menimbulkan ulserasi dan memaparkan tulang subkondral dari bawahnya. Tulang menebal oleh karena efek penopang dan meluas dari luar permukaan artikula kartilago untuk membentuk tulang yg tumbuh keluar osteofit. Pada beberapa daerah tulang subkondral lebih menebal dan memungkinkan masuknya cairan kistik5. Hasil akhirnya adalah permukaan artikular yang kehilangan kartilago dan dibentuk oleh permukaan tulang leburnasi yang banyak tergesek dengan osteopid marginal, beberapa diantaranya dapat pecah membentuk badan longgar dalam sendi5.

13

BAB V FAKTOR RESIKO Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu faktor predisposisi dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi merupakan faktor yang memudahkan seseorang untuk terserang OA lutut. Sedangkan faktor biomekanik lebih cenderung kepada faktor mekanis / gerak tubuh yang memberikan beban atau tekanan pada sendi lutut sebagai alat gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko terhadinya OA lutut9. a. Faktor Predisposisi 1. Faktor Demografi Usia Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya mendukung terjadinya OA. Jenis kelamin Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan lakilaki. Perbedaan tersebut menjadi semakin berkurang setelah menginjak usia 80 tahun. Hal tersebut diperkirakan karena pada masa usia 50 80 tahun wanita mengalami pengurangan hormon estrogen yang signifikan10. Ras / Etnis Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika Amerika memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia9.
14

2. Faktor Genetik Faktor genetik diduga juga berperan pada kejadian OA lutut, hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas kode genetic untuk sintesis kolagen yang bersifat diturunkan9. 3. Faktor Gaya Hidup Kebiasaan Merokok Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan positif antara merokok dengan OA lutut. Merokok meningkatkan kandungan racun dalam darah dan mematikan jaringan akibat kekurangan oksigen, yang memungkinkan terjadinya kerusakan tulang rawan. Rokok juga dapat merusakkan sel tulang rawan sendi. Konsumsi Vitamin D Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut10. 4. Faktor Metabolik Obesitas Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat dimodifikasi. Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan. Osteoporosis Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat kerusakan tulang rawan sendi. Suatu studi menunjukkan bahwa terdapat kasus OA lutut tinggi pada penderita osteoporosis9. Penyakit Lain

15

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus, hipertensi dan hiperurikemi, dengan catatan pasien tidak mengalami obesitas9. Histerektomi Prevalensi OA lutut pada wanita yang mengalami pengangkatan rahim lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak mengalami pengangkatan rahim. Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan Menisektomi Osteoartritis lutut dapat terjadi pada 89% pasien yang telah menjalani menisektomi.4 Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA lutut. Hal tersebut dimungkinkan karena beberapa hal berikut ini : 1. Hilangnya jaringan meniskus akibat menisektomi membuat tekanan berlebih pada tulang rawan sendi sehingga memicu timbulnya OA lutut. 2. Bagi pasien yang mengalami menisektomi, degenerasi meniskal dan robekan mungkin menjadi lebih luas dan perubahan pada tulang rawan sendi akan lebih besar daripada mereka yang tidak melakukan menisektomi. b. Faktor Biomekanis 1. Riwayat Trauma Lutut Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut. 2. Kelainan Anatomis Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada sendi lutut seperti genu varum, genu valgus, Legg Calve Perthes disease dan displasia
16

produksi

hormon

estrogen

setelah

dilakukan

pengangkatan rahim9.

asetabulum. Kelemahan otot kuadrisep dan laksiti ligamentum pada sendi lutut termasuk kelainan lokal yang juga menjadi faktor risiko OA lutut9. 3. Pekerjaan Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut. Prevalensi lebih tinggi menderita OA lutut ditemukan pada kuli pelabuhan, petani dan penambang dibandingkan pada pekerja yang tidak banyak menggunakan kekuatan lutut seperti pekerja administrasi. 4. Aktivitas fisik Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan faktor risiko OA lutut. 5. Kebiasaan olah raga Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk menderita OA lutut. Kelemahan otot kuadrisep primer merupakan faktor risiko bagi terjadinya OA dengan proses menurunkan stabilitas sendi dan mengurangi shock yang menyerap materi otot9. Tetapi, di sisi lain seseorang yang memiliki aktivitas minim sehari-hari juga berisiko mengalami OA lutut. Ketika seseorang tidak melakukan gerakan, aliran cairan sendi akan berkurang dan berakibat aliran makanan yang masuk ke sendi juga berkurang. Hal tersebut akan mengakibatkan proses degeneratif menjadi berlebihan11.

17

BAB VI DIAGNOSIS 6.1. Anamnesa Penderita biasanya berusia lebih dari 50 tahun. Keluhan yang dirasakan adalah nyeri dan kaku pada sendi yang terkena, terutama apabila melakukan aktivitas dan mereda apabila istirahat. Kekakuan dipagi hari sering dirasakan. Biasanya hilang dalam waktu 30 menit. Gejalan lain adalah krepitus atau kretek-kretek dan bengkak. Krepitus ada apabila digunakan untuk bergerak. Bengkak disebabkan oleh deformitas tulang, misalnya pembentukan osteofit, atau karena efusi yang disebabkan oleh akumulasi cairan synovial7. Nyeri merupakan gejala yang paling sering dirasakan pada pasien osteoarthritis lutut. Pada awalnya nyeri terlokalisir pada bagian tertentu, tetapi apabila berlanjut nyeri dirasakan pada seluruh lutut. Bengkak, penurunan ruang gerak sendi dan abnormalitas mekanis sering menyertai nyeri7. Pada tahap awal keluhan hilang timbul, selanjutnya durasi dan keparahannya meningkat sejalan dengan bertambah beratnya penyakit. Olahraga, aktivitas fisik yang meningkat, duduk terlalu lama, naik tangga, jongkok atau perubahan cuaca sering menyebabkan kambuhnya penyakit7. Adanya gejala demam, hilangnya berat badan, anoreksia atau hasil uji darah tidak normal harus dicurigai bahwa ada penyekit lain, misalnya infeksi atau keganasan7. 6.2 Pemeriksaan fisik Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada keluhan nyeri pada sendi yang terkena, dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik yang memperlihatkan pembesaran

18

tulang pada persendian, akumulasi cairan, timbul krepitasi selama bergerak, kelemahan otot dan instabilitas sendi.

Gambar 6. Range of Motion sendi lutut12

Gambar 7. Fluctuation Test Detecting Cardinal Signs of Inflammation of Knee


13

19 Gambar 8. Palpation of Lateral Joint Line In Patients With Osteoarthrit


13

Gambar 9 patella apprehension (instability)23

Gambar 10 patella grinding test 23

6.3. Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut Secara radiologik didapatkan penyempitan celah sendi, pembentukan osteofit, sklerosis subkondral dan pada keadaan yang berat akan tampak kista subkondral. Bila dicurigai terdapat robekan meniskus atau ligamen, dapat dilakukan pemeriksaan MRI yang akan menunjukkan gambaran tersebut lebih jelas. Walaupun demikian, MRI bukan alat diagnostik yang rutin, karena mahal dan seringkali tidak merubah rancangan terapi. Gambaran laboratorium umumnya normal1.

Gambar 11. Foto X-Ray lutut, terdapat gambaran osteofit dan penyempitan celah sendi14

20

Bila dilakukan analisis cairan sendi juga didapatkan gambaran cairan sendi yang normal. Bila didapatkan peninggian jumlah leukosit, perlu dipikirkan kemungkinan artropati kristal atau artritis inflamasi atau artritis septik1. Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini

Klasifikasi osteoarthritis berdasarkan gambaran radiologis Grade 0 1 2 3 4 Classification Normal Doubtfull Mild Moderate Severe Description No features of OA Mungkin ada osteopit, Penyempitan diragukan. Osteopit nyata. Normal joint space, tapi mulai ada penyempitan Osteopit terbentuk moderate, multiple, penyempitan nyata, Subchondral sclerosis, kemungkinan ada deformitas. Deformitas nyata, Subchondral sclerosis berat.
21

The epidemiology of chronic rheumatism, Kellgren ,vol. 2. Atlas of standard radiographs. Oxford: Blackwell Scientific; 1963.

BAB VII DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding yang utama untuk pasien osteoarthritis adalah rheumatoid arthritis, yang merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian besar pasien menunjukan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini15. Faktor genetik, hormon seks, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini, walaupun etiologi rheumatoid arthritis yang sebenarnya belum diketahui secara pasti16. Kelainan artritis lutut di luar asteoartritis yang umumnya banyak dijadikan diagnosa banding dengan osteoartritis adalah rheumatoid arthritis dan Gout Arthritis18. Pada Rheumatoid Arthtitis, pembengkakan jaringan lunak dan gejala inflamasi setempat jelas, prediksi sendi yang terkena adalah sendi-sendi kecil, bersifat poliartikuler, simetris dan disertai gejala sistematik18. Kriteria diagnostik untuk rheumatoid arthritis (Price & Wilson, 2006)

Kekakuan pada pagi hari (lamanya >1 jam) Artritis pada tiga atau lebih sendi Artritis sendi-sendi jari-jari tangan Usia pasien masa subur 30-40 tahun Nodul reumatoid Faktor reumatoid dalam serum Perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)
22

Gout Arthritis adalah sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus yaitu Arthritis akut. Gejala Arthritis akut disebabkan oleh inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat akibat adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh. Sering terjadi pada sendi metatarsophalangeal dan pada sendi lutut. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah serta diketahui adanya jumlah leukosit dan laju endap darah yang meningkat18.

23

BAB VIII PENATALAKSANAAN Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang mengalami OA adalah untuk edukasi pasien, pengendalian rasa sakit, memperbaiki fungsi sendi yang terserang dan menghambat penyakit supaya tidak menjadi lebih parah. Penatalaksanaan OA terdiri dari terapi non obat (edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja), terapi obat, terapi lokal dan tindakan bedah19. 1. Terapi Non Obat Terapi non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan, terapi fisik dan terapi kerja. Pada edukasi, yang penting adalah meyakinkan pasien untuk dapat mandiri, tidak selalu tergantung pada orang lain. Walaupun OA tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan20. Penurunan berat badan merupakan tindakan yang penting, terutama pada pasien-pasien obesitas, untuk mengurangi beban pada sendi yang terserang OA dan meningkatkan kelincahan pasien waktu bergerak. Suatu studi mengikuti 21 penderita OA yang mengalami obesitas, kemudian mereka melakukan penurunan berat badan dengan cara diet dan olah raga. Setelah diikuti selama 6 bulan, dilaporkan bahwa pasien-pasien tersebut mengalami perbaikan fungsi sendi serta pengurangan derajat dan frekuensi rasa sakit21. Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan aktivitas optimal dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari pendinginan, pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dan terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas lingkup gerak sendi dan latihan aerobik. Latihan tidak hanya dilakukan pada pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien yang akan dan sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri setelah pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan9.
24

Fisioterapi Fisioterapi menggunakan modalitas, seperti panas, dingin, ultrasound dan listrik dapat dipakai sebagai terapi tambahan, digunakan bersama latihan fisik, dan obat-obatan. Efek yang diharapkan adalah relaksasi otot dan berkurangnya nyeri7. Latihan fisik Pada tahap awal, program diarahkan pada latihan untuk mengatasi keluhan yang menimbulkan masalah fungsional seperti nyeri, keterbatasan ruang gerak sendi atau kelemahan otot. Segera setelah keluhan mulai membaik, program kebugaran untuk memperbaiki kesehatan dan kapasitas fungsional dapat segera dimulai7. Jenis latihan fisik a. terapi manual terapi manual adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapis dengan tujuan meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi kekakuan sendi. Teknik yang dipakai adalah melatih ROM secara pasif, melatih jaringan-jaringan sekitar sendi secara pasif, meregangkan otot atau mobilisasi jaringan lunak, dan massage7. b. latihan fleksibilitas (ROM) latihan fleksibilitas dapat dimulai dari latihan peregangan tiap kelompok otot, setidaknya tiga kali seminggu. Apabila sudah terbiasa, latihan ditingkatkan repetisinya per kelompok otot secara bertahap. Latihan harus melibatkan kelompok otot dan tendon utama pada ekstremitas atas dan bawah7. c. latihan kekuatan Latihan kekuatan mempunyai efek sama dengan latihan aerobic dalam memperbaiki disabilitas, nyeri dan kinerja. Latihan kekuatan ada 3 macam, yaitu : latihan isometric, latihan isotonic dan isokinetik7. Latihan kekuatan otot secara isometric, isotonic maupun isokinetik dapat mengurangi nyeri dan disabilitas serta memperbaiki kecepatan berjalan pada pasien osteoarthritis. Latihan isotonic memberikan perbaikan lebih besar dalam
25

menghilangkan nyeri. Latihan ini dianjurkan untuk latihan kekuatan awal pada pasien osteoarthritis dengan nyeri lutut saat latihan. Latihan isokinetik menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan paling besar dan pengurangan disabilitas sesudah terapi dan saat evaluasi, sehingga latihan ini disarankan untuk memperbaiki stabilitas sendi atau ketahanan berjalan7.

Gambar 12. Quadriceps strengthening: isometrics22

Latihan isometric diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut atau sendi tidak stabil. Kontraksi isometric memberikan tekanan ringan pada sendi dan ditoleransi baik oleh penderita osteoarthritis dengan pembengkakan dan nyeri sendi7. Kontraksi isotonic digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Latihan kekuatan isotonic memperlihatkan efek positif pada metabolism energy, kerja insulin, kepadatan tulang dan status fungsional pada orang sehat. Jika tidak terdapat peradangan akut meupun instabilitas sendi, bentuk latihan ini ditoleransi baik oleh pasien osteoarthritis7. d. latihan aerobic latihan aerobic (berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobic dan latihan aerobic di kolam renang) dapat meningkatkan kapasitas aerobic, memperkuat otot, meningkatkan ketahanan, mengurangi berat badan dan mengurangi konsumsi obat pada pasien osteoarthritis7. 2. Terapi Obat Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan pada penderita OA dengan dosis 1 gram 4 kali sehari, karena cenderung aman dan dapat ditoleransi dengan baik, terutama pada pasien usia tua. Kombinasi parasetamol / opiat seperti

26

coproxamol bisa digunakan jika parasetamol saja tidak membantu. Tetapi jika dimungkinkan, penggunaan opiat yang lebih kuat hendaknya dihindari19. Kelompok obat yang banyak digunakan untuk menghilangkan nyeri penderita OA adalah obat anti inflamasi non steroid (OAINS). OAINS bekerja dengan cara menghambat jalur siklooksigenase (COX) pada kaskade inflamasi. Terdapat 2 macam enzim COX, yaitu COX-1 (bersifat fisiologik, terdapat pada lambung, ginjal dan trombosit) dan COX-2 (berperan pada proses inflamasi). OAINS tradisional bekerja dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan lambung, gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan hiperkalemia. OAINS yang bersifat inhibitor COX-2 selektif akan memberikan efek gastrointestinal yang lebih kecil dibandingkan penggunaan OAINS yang tradisional19,20,21. 3. Terapi Lokal Terapi lokal meliputi pemberian injeksi intra artikular steroid atau hialuronan (merupakan molekul glikosaminoglikan besar dan berfungsi sebagai viskosuplemen) dan pemberian terapi topikal, seperti krem OAINS, krem salisilat atau krem capsaicin. Injeksi steroid intra artikular diberikan bila didapatkan infeksi lokal atau efusi sendi9. 4. Operasi Bagi penderita dengan OA yang sudah parah, maka operasi merupakan tindakan yang efektif.43 Operasi yang dapat dilakukan antara lain arthroscopic debridement, joint debridement, dekompresi tulang, osteotomi dan artroplasti. Walaupun tindakan operatif dapat menghilangkan nyeri pada sendi OA, tetapi kadang-kadang fungsi sendi tersebut tidak dapat diperbaiki secara adekuat, sehingga terapi fisik pre dan pasca operatif harus dipersiapkan dengan baik9. 5. Tindakan Alternatif Lain Perkembangan penatalaksanaan OA yang terbaru adalah penggunaan glukosamin dan kondroitin untuk pengobatan OA, yang digolongkan dalam makanan suplemen, namun hasilnya masih kontroversial. Terapi lain yang masih dalam tahap eksperimen adalah cartilage repair dan transplantasi rawan sendi. Kedua model

27

penatalaksanaan tersebut belum dapat digunakan untuk pengobatan OA secara umum20. BAB IX KESIMPULAN Dari pemaparan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan

patogenesis yang belum jelas serta mengenai populasi luas


2. gejala yang muncul terjadi akibat adanya gesekan antar tulang karena

penyempitan celah sendi dan pembentukan osteofit.


3. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu melalui anamnesa, pemeriksaan fisik serta

pemeriksaan penunjang foto X-Ray lutut.


4. Penatalaksanaan OA terdiri dari terapi non obat (edukasi, penurunan berat

badan, terapi fisik dan terapi kerja), terapi obat, terapi lokal dan tindakan bedah).

28

DAFTAR PUSTAKA 1. maharani, eka. 2007. Factor-faktor resiko osteoarthritis lutut (studi kasus di rumah sakit dokter kariadi semarang). Unuversitas diponegoro; Semarang. 2. Reginster J.Y. The Prevalence and Burden of Osteoarthritis. Rheumatology, 2002; 41 (suppl 1) : 3 6. 3. Anonym. 2010. Anatomi of the knee. Available at http://www.aclsolutions.com/anatomy.php. diunduh tanggal 8 april 2012 4. Anonym. 2009. Knee anatomy. Available at http://www.bigkneepain.com/knee_anatomy.html. diunduh tanggal 8 april 2012 5. tim penyusun. 2009. Patologi anatomi_slide_osteoarthritis. 6. lumongga, fitriani. 2008. Sendi lutut. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available at Fakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara. Diunduh tanggal 8 april 2012. 7. Ambardini, RL. 2008. Peran latihan fisik dalam manajemen terpadu osteoarthritis. Available at http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132256204/Latihan%20FisikManajemen%20Osteoartritis.pdf. 8. Arthritis Research Campaign 2000. Available at : http:///www.arc.org.uk/about_arth/astats.htm, 9. Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. Osteoarthritis. In : Rheumatology. United Kingdom : Mosby Year Book Europe Limited, 1994 : 2.1 10.6. 10. Felson D.T., Zhang Y. An Update on the Epidemiology of Knee and Hip Osteoarthritis with a View to Prevention. Arthritis Rheumatology, 1998; 41 : 1343 1355 11. Oliveria S.A., Felson D.T., Reed J.L., et al. Incidence of Symptomatic Hand, Hip and Knee Osteoarthritis among Patients in a Health Maintenance Organization. Arthritis Rheum, 1995; 38 : 1134 1141. 12. anonym. 2007. Joint range of motion. Available at http://users.rowan.edu/~stahld07/rom_lab.html. diunduh tanggal 9 april 2012. Orthopaedic Clinical Examination. An Evidence-Based Approach for Physical Therapists. Available at http://www.netterimages.com/product/9781929007875/8-290.htm.
29

anonim. 2009. Osteoarthritis a certain Joint Disease .available at http://healthmediainfo.blogspot.com/2009/06/osteoarthritis-certain-jointdisease.html 13. anonym. 20010. Osteoarthritis. http://www.scribd.com/doc/54114528/osteoartritis 14. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 15. Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Pathophysiology. Clinical Concecpt of Disease Processes). EGC, Jakarta. 16. Azizah. 2008 .penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi osteoarthritis genu bilateral dengan modalitas microwave diathermi dan terapi latihan di rsud sragen. fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah; Surakarta 17. Haq I., Murphy E., Dacre J. OsteoarthritisReview. Postgrad Med J, 2003; 79 : 377 383. 18. Setiyohadi Bambang. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta, 2003 : 27 31. 19. Messier S.P., Loeser R.F., Mitchell M.N., et al. Exercise and Weight Loss in Obese Older Adults with Knee Osteoarthritis : A Preliminary Study. Journal of American Geriatric Society, 2000; 48 : 1062 1072 20. anonym. 2011. Latihan untuk nyeri lutut. Available at http://pmrehab.wordpress.com/2011/04/20/cara-cerdas-untuk-sembuh-dancegah-nyeri-lutut/ diunduh tanggal 9 april 2012. 21. Tim penyusun. 2011. The knee. Available at http://sinoemedicalassociation.org/orthopedicsurgery/theknee/. Diunduh tanggal 11 april 2012

30

Anda mungkin juga menyukai