Anda di halaman 1dari 30

PROSES FT WELLNESS

PROSES FISIOTERAPI WELLNESS

 Mencakup asuhan
fisioterapi yang
merupakan terjemaahan
dari Physical Therapy
care, mempunyai
kedudukan yang sama
dengan nursing care,
medical care.
 Kemandirian sebuah
profesi, termasuk profesi
fisioterapi, adalah
kewenangan dalam
menjalankan asuhannya
termasuk menentukan
keputusan
PHYSICAL THERAPY
Physical therapy
is the service only
provided by, or
under the
direction and
supervision of a
physical therapist
and includes
assessment,
diagnosis,
planning,
intervention and
KEPMENKES 1363 PADA
PASAL 12
Fisioterapi dalam melaksanakan praktik
fisioterapi berwenang untuk melakukan :
Assessment fisioterapi yang meliputi
pemeriksaan dan evaluasi;
Diagnosis fisioterapi
Perencanaan fisioterapi
Intervensi fisioterapi
Evaluasi
Perubahan Mendasar
 Secara legal dan etik, Fisioterapi dalam
memberikan pelayanan Fisioterapi tidak lagi
berdasar atas permintaan dokter atas apa yang
harus dilakukan oleh Fisioterapis, tetapi
berdasarkan keputusan klinis Fisioterapi itu
sendiri.
 Fisioterapis harus membuat assessment,
diagnosa Fisioterapi, perencanaan terapi,
intervensi dan re-evaluasi secara mandiri
dalam membuat keputusan klinis.
 Fisioterapis harus bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas segala yang menjadi
keputusannya.
Sistem Asuhan Fisioterapi
INPUT PROSES OUT PUT OUT COME
Pasien Assessment Pasien sembuh Kepuasan pasien
Fisioterapis Diagnosis FTis Pandai Ftis
Peralatan Planning Modif. Peralatan Manajemen
Metode Intervensi Metode baru? Stake holder
Kode etik Evaluasi dll
SOP
dll

Standart Praktek Fisioterapi


Physical Therapy Process
Physical therapy is the service only
provided by, or under the direction and
supervision of a physical therapist and
includes assessment, diagnosis,
planning, intervension and evaluation.
Fisioterapi bentuk pelayanan yang
dilakukan oleh (provided by), atau
dibawah pengarahan (under the
direction), dan disupervisi oleh
fisioterapis termasuk assessment,
diagnosis, perencanaan, intervensi dan
evaluasi.
ASSESSMENT
DIAGNOSE

PLANNING

INTERVENTION

EVALUATION

COORDINATION, COMMUNICATION, DOCUMENTATION

STANDART PRAKTEK FISIOTERAPI

PROSES FISIOTERAPI
Assessment termasuk pemeriksaan dan
evaluasi pada perorangan atau
kelompok, nyata atau berpotensi untuk
terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi,
ketidakmampuan atau kondisi
kesehatan lain dengan cara
pengambilan perjalanan penyakit
(history taking), screening, test khusus,
pengukuran dan evaluasi dari hasil
pemeriksaan melalui analisis dan
sintesis dalam sebuah proses
pertimbangan klinis
A sssessm ent

E X A M IN A T IO N E V A L U A T IO N
(P E M E R IK S A A N ) (E V A L U A S I)
D a t a g a t h e r in g a n a lis is d a n s in t e s is
Pemeriksaan
Examination of individuals or groups with
actual or potential impairments, fuctional
limitation, disabilties, or other conditions of
health by : * history taking
* Screening
* the use of specific tests
* and measures
Evaluasi
Evaluation of the results of the examination
through analysis and synthesis within a process
of clinical reasoning

PEMERIKSAAN EVALUASI

ANALISIS
DATA-DATA

SINTESIS

CLINICALREASONING
CLINICALREASONING

ASSESSMENT DIAGNOSE
asesmen FISIOTERAPI

EXAMINATION EVALUATION
(PEMERIKSAAN) (EVALUASI)
Data gathering Analisis dan sintesis
DIAGNOSE
Diagnose ditegakkan dari pemeriksaan dan
evaluasi serta menyatakan hasil dari proses
pertimbangan/pemikiran klinis, dapat
berupa pernyataan keadaan disfungsi
gerak, dapat meliputi/mencakup kategori
kelemahan, limitasi fungsi,
kemampuan/ketidak mampuan, atau
sindrom
Diagnosa Fisioterapi
Menunjukkan/mengekspresikan adanya
disfungsi gerak dan dapat mencakup :
Gangguan/kelemahan (impairment)
Limitasi Fungsi (Functional limitation)
Ketidakmampuan (disabilities)
Sindroma (syndromes)
Isi Diagnosa Fisioterapi
Paling tidak berisikan :
Pernyataan masalah pasien
Misalnya : Gangguan mobilitas sendi, motor
function, kinerja otot, LGS, gait, locomotion,
balance, sensory integration, ventilasi,
respirasi/gas exchange, aerobic capacity,
endurance.
 Hubungan dengan sistem terkait
misalnya : connective tissue, inflamasi lokal,
kerusakan spinal, fraktur, Arthroplasti sendi
 Contoh :
Gangguan mobilitas sendi, LGS, gait akibat
adanya Fraktur Collum Femoris
Diagnosis (APTA)
Merupakan pernyataan, label
Menggambarkan multi dimensi pasien/klien
Dari tingkat basis (sel)  tertinggi (fungsi)
Biasanya : “impact of condition on
functional at level of system, especially the
movement system and at the whole
person”
PLANNING
Perencanaan dimulai dengan
pertimbangan kebutuhan intervensi dan
biasanya menuntun kepada
pengembangan rencana intervensi,
termasuk hasil sesuai dengan tujuan
yang terukur yang disetujui pasien/klien,
famili atau pelayanan kesehatan lainnya
Dapat menjadi pemikiran, perencanaan
alternatif untuk dirujuk kepada pihak
lain bila dipandang kasusnya tidak tepat
untuk fisioterapi.
Intervensi Fisioterapi
 Intervensi adalah implementasi dan modifikasi
untuk mencapai tujuan yang disepakati dan
dapat termasuk penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan fisis, peralatan
elektroterapeutis dan peralatan mekanis,
pelatihan fungsional, penentuan bantuan dan
peralatan bantu, intruksi dan konseling,
dokumentasi dan koordinasi, komunikasi
 Intervensi dapat juga ditujukan pada
pencegahan ketidak-normalan (kelemahan),
keterbatasan fungsi, ketidak mampuan dan
cidera, termasuk juga peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan, kualitas hidup,
kebugaran, segala umur dan segala lapisan
masyarakat.
Prosedur Perencanaan Untuk
Intervensi
Berdasarkan hasil assesment
(pemeriksaan dan evaluasi), serta
diagnosa
Prognosis yang berhubungan
peningkatan kondisi
Rencana asuhan fisioterapi, misalnya :
intensitas, frekwensi, durasi, urutan dll.
Selain itu dipertimbangkan kompleksitas
dan berat ringannya kondisi klinis
Mempertimbangkan kemampuan
pasien/klien
Harapan pasien/klien, famili
INTERVENSI

Therapeutic exercise,
Functional training,
Manual therapy,
Coordination Patient/client Device and equipment,
Procedure Airways Clearance,
Communication Related
intervention Integument repair,
Documentation instruction
Electro therapeutics
Modalities,
Physical agent,
Mechanical modalities
Coordination, Communication,
Documentation
 Koordinasi, komunikasi dan dokumentasi
adalah sistem manajemen yang menjamin
pasien/klien menerima kualitas pelayanan
yang tepat, komprehensif, efisien dan efektif
mulai dari kedatangan sampai selesai.
 Koordinasi adalah kerjasama semua bagian
yang berkaitan dengan pasien/klien.
 Komunikasi adalah adanya pertukaran
informasi baik dengan pasien/klien maupun
sesama pemberi pelayanan .
 Dokumentasi adalah pencatatan yang dibuat
selama pasien/klien mendapat asuhan
fisioterapi
Patient/ client related
instruction
Proses pemberian informasi, pendidikan
atau pelatihan kepada pasien/klien/famili.
Intruksi berkaitan dengan : kondisi saat ini,
rencana asuhan, pentingnya asuhan,
transisi perubahan, faktor resiko, dll.
Fisioterapis bertanggung jawab atas
instruksi-instruksi.

Criteria of termination
Discharge (pemberhentian)
Proses pengakhiran pelayanan FT yang telah
diberikan selama satu episode, bila tujuan
telah tercapai.
Berdasarkan analisis FT tujuan telah tercapai.
Discontinuation
(Penghentian/pemutusan)
- Proses pengakhiran pelayanan FT yang
telah diberikan dalam suatu episode, oleh
kehendak pasien/klien
- Pasien/klien tak dapat melanjutkan karena
komplikasi, keuangan dll
- Fisioterapis berpendapat bahwa pemberian
pelayanan Fisioterapi sudah tak berguna lagi
Langkah-langkah utk FT Wellness

Assessment  analisis situasi (lingkungan,


cuaca, iklim kerja), analisis kebutuhan
(aktivitas fisik/pengeluaran energi, asupan,
dll), pemeriksaan fisik, laboratorium, tes
fisik (biomotor, skill).
Diagnosis
Perencanaan fisioterapi
Intervensi fisioterapi  modalitas ft,
latihanprogram latihan, dosis
Evaluasi

Pengukuran FT Wellness

Life Assessment Questionnaire (LAQ)


(National Wellness Institute, 1983).
TestWell (Owen, 1999)
Perceived Wellness Survey (PWS) (Adams
et al., 1997)
Optimal Living Profile (OLP) (Renger et al.,
2000)
Wellness Inventory (WI), developed by
Travis (1981),
Spiritual Well-Being Scale (SWBS) by Paloutzian and
Ellison (1982);
the Spiritual Involvement and Beliefs Scale (SIBS)
(Hatch et al., 1998);
the Duke Religion Index (DUREL) (Koenig, Parkerson,
and Meador, 1997);
the Intrinsic Religious Motivation Scale (Hoge, 1972);
the Spiritual Well-Being Questionnaire (SWBQ)
(Moberg,
1984);
and the Expressions of Spirituality Inventory (ESI)
(MacDonald, 2000).

Anda mungkin juga menyukai