Anda di halaman 1dari 19

Menurut KEPMENKES 1363, Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang

ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis),
pelatihan fungsi, komunikasi.
Fisioterapis secara khusus memandang tubuh dan kebutuhan potensi gerak merupakan
pusat penentuan diagnosis dan strategi intervensi dan konsiten dengan bentuk apapun dimana
praktek fisioterapi dilakukan.
Bentuk pelayanan Fisioterapi akan sangat bervariasi dalam hubungannya dengan dimana
Fisioterapi bekerja maupun berkenaan dengan promosi, pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan kesehatan

APAKAH YANG DIKERJAKAN FISIOTERAPI


Fisioterapi mengenali dan memaksimalkan potensi gerak yang berhubungan dengan
lingkup promosi, prevensi, penyembuhan dan pemulihan.
Fisioterapi ikut dalam interaksi antara Fisioterapis, pasien atau klien, keluarga dan
pemberi pelayanan kesehatan dalam proses pemeriksaan potensi gerak dalam upaya penegakan
goal dan tujuan pengobatan yang disepakati dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
Fisioterapi yang unik
Di sebutkan dalam KEPMENKES 1363 Pasal 12
Fisioterapis dalam melaksanakan praktik fisioterapi berwenang untuk melakukan ;
a. Asesmen fisioterapi yang meliputi pemeriksaan dan evaluasi
b. Diagnosa fisioterapi
c. Perencanaan fisioterapi
d. Intervensi fisioterapi
e. Evaluasi/re-evaluasi/re-asesmen.
Asesmen
Asesmen termasuk pemeriksaan dan evaluasi pada perorangan atau kelompok, nyata atau
yang berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi
kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history taking), skreening, test
khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam
sebuah proses pertimbangan klinis.
Pemeriksaan terhadap individu atau kelompok dengan mengambil, gangguan aktual atau
potensial, keterbatasan fungsional, cacat, atau kondisi lain kesehatan oleh :
History Taking
Screening (penyaringan)
Penggunaan Test Khusus
Tindakan
Evaluasi hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesis dalam proses penalaran klinis.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan menyatakan hasil dari proses
pertimbangan/pemikiran klinis, dapat berupa pernyataan keadaan disfungsi gerak, dapat
meliputi/mencakup kategori kelemahan, limitasi fungsi, kemampuan atau ketidakmampuan.
Menunjukkan / mengekpresikan adanya disfungsi gerak dan dapat mencangkup
Gangguan / kelemahan (impairment),
Limitasi Fungsi (functional limitations),
Ketidakmampuan (disabilities ),
Sindroma ( syndromes ).
Perencanaan
Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan biasanya menuntun
kepada pengembangan rencana intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang terukur
yang disetujui pasien/klien, famili atau pelayan kesehatan lainnya. Dapat menjadi pemikiran
perencanaan alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila dipandang kasusnya tidak tepat untuk
fisioterapi
Intervensi
Intervensi di-implementasikan dan dimodifikasikan untuk mencapai tujuan yang
disepakati dan dapat termasuk penanganan secara manual; peningkatan gerakan; peralatan fisis,
peralatan elektroterapuetis dan peralatan mekanis; pelatihan fungsional; penentuan bantuan dan
peralatan bantu; instruksi dan konseling; dokumentasi dan koordinasi, komunikasi.
Intervensi dapat juga ditujukan pada pencegahan ketidak-normalan (kelemahan),
keterbatasan fungsi, ketidakmampuan dan cidera, termasuk juga peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan , kualitas hidup, kebugaran segala umur dan segala lapisan masyarakat.
Perencanaan Prosedur dari intervensi harus mengacu kepada :
Hasil assesment ( pemeriksaan dan evaluasi ), serta diagnosa.
Prognosis yang berhubungan peningkatan kondisi
Rencana asuhan Fisioterapi, misalnya intensitas, frekwensi, durasi, urutan dll.
Selain itu dipertimbangkan komplesitas dan berat-ringannya kondisi klinis
mempertimbangkan kemampuan pasien/klien
Harapan pasien/klien, famili
Dalam melakukan intervensi sendiri, fisioterapi harus melakukan :
Koordinasi, Komunikasi, dan Dokumentasi
Pasien / clien harus melakukan yang diinstruksikan oleh fisioterapi
Prosedur Intervensi
Fisioterapi terlibat dalam program-program skreening dan pencegahan, pendidikan
kesehatan maupun penelitian. Fisioterapis dapat menjadi konsultan pada lembaga-lembaga
pendidikan, kesehatan dan sosial yang berkenaan dengan perawatan kesehatan.
Secara luas, tindakan fisioterapis adalah tanggung jawab fisioterapis secara individu,
yang disertai oleh keputusan profesi mereka yang tidak dapat dikontrol atau dikompromikan oleh
pegawai, orang dari profesi lain atau lainnya.
Sebagai pembatasan otonomi profesi yang benar, profesi fisioterapi mempunyai tanggung
jawab yang berkesinambungan untuk mengaturan diri (self regulating)
STANDAR PENDIDIKAN FISIOTERAPI
Pendidikan untuk menjadi fisioterapis dipusatkan pada universitas atau studi lain
setingkat universitas, minimum 4 tahun independen dan diakreditasi sebagai standar sarjana
penuh secara hukum dan diakui profesinya.

STANDAR PRAKTEK FISIOTERAPI

A. Pernyataan misi, maksud dan tujuan


B. Perencanaan pengorganisasian
C. Kebijakan prosedur
D. Administrasi
E. Pengelolaan Anggaran
F. Peningkatan kuantitas asuhan
G. Ketenagaan
H. Pengembangan Staf
I. Penataan sarana dan prasarana
J. Kolaborasi multidispilner

Standar Asesmen yaitu pemeriksaan pada perorangan atau kelompok, nyata atau yang
berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi
kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history taking), skreening, test
khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam
sebuah proses pertimbangan klinis. Dalam standar Asesmen ditetapkan pula 24 pengukuran yang
dilakukan untuk proses pengumpulan data.
Standar Diagnosa berupa label mengambarkan keadaan multi dimensi pasien yang
dihasilkan dari pemeriksan dan evaluasi dan merupakan hasil dari alasan-alasan klinis yang dapat
menunjukkan adanya disfungsi gerak dan dapat mencangkup gangguan/kelemahan
(impairment), Limitasi Fungsi (functional limitations), Ketidakmampuan (disabilities ),
Sindroma ( syndromes), Mulai dari sistem sel, dan biasanya pada level sistem gerak dan fungsi.
Standar Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan biasanya
menuntun kepada pengembangan rencana intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang
terukur yang disetujui pasien/klien, famili atau pelayan kesehatan lainnya. Dapat menjadi
pemikiran perencanaan alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila dipandang kasusnya tidak
tepat untuk fisioterapi.
Standar Intervensi yaitu Intervensi di-implementasikan dan dimodifikasikan untuk
mencapai tujuan yang disepakati dan dapat termasuk penanganan secara manual; peningkatan
gerakan; peralatan fisis, peralatan elektroterapuetis dan peralatan mekanis; pelatihan fungsional;
penentuan bantuan dan peralatan bantu; instruksi dan konseling; dokumentasi dan koordinasi,
komunikasi.
Standar evaluasi yaitu keharusan untuk evaluasi kembali meliputi hasil dan kriteri
penghentian tindakan.
Standar Dokumentasi, Kordinasi dan komunikasi yaitu sistem administrasi yang
menjamin pasien/klien menerima kualitas pelayanan yang tepat, komprehensif, efisien dan
efektif mulai dari kedatangan sampai selesai. Koordinasi adalah kerja sama semua bagian yang
tersangkut dengan pasien/klien Komunikasi adalah adanya pertukaran informasi baik dengan
pasien/klien maupun sesama pemberi pelayanan. Dokumentasi adalah pencatatan yang dibuat
selama pasien/klien mendapat asuhan Fisioterapi.
Pendidikan pasien adalah proses pemberian informasi, pendidikan, atau pelatihan kepada
pasien/klien/famili. Instruksi berkaitan dengan kondisi saat ini, rencana asuhan, pentingnya
asuhan, transisi perubahan, Faktor resiko, dll. Fisioterapis bertanggung jawab atas instruksi-
instruksi.

KODE ETIK FISIOTERAPI


Garis Besar Kode Etik Fisioterapi Indonesia adalah :

1. Menghargai hak dan martabat individu.


2. Tidak bersikap diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang
membutuhkan.
3. Memberikan pelayanan profesional secara jujur, berkompeten dan bertanggung jawab.
4. Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan dalam
lingkup profesi fisioterapi.
5. Menjaga rahasia pasien/klien yang dipercayakan kepadanya kecuali untuk kepentingan
hukum/pengadilan.
6. Selalu memelihara standar kompetensi profesi fisioterapi dan selalu meningkatkan
pengetahuan/ketrampilan.
7. Memberikan kontribusi dalam perencanan dan pengembangan pelayanan untuk
meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat.

MODALITAS FISIOTERAPI

1. SHORTWAVE DIATHERMY (SWD)

Pengertian SWD
Terapi panas penentrasi dalam dengan menggunakan gelombang elektromagnetik frekuensi
27,12 MHz, panjang gelombang 11 m.
Tujuan Pemberian SWD
Memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi spasme otot, membantu
meningkatkan kelenturan jaringan lunak, mempercepat penyembuhan radang.
Penempatan/susunan elektroda
Kontraplanar ; paling baik, penentrasi panas kejaringan lebih dalam, dipermukaan berlawanan
dengan bagian terapi.
Koplanar : elektroda berdampingan disisi sama dgn jarak elektroda adequat, pemanasan
superficial, jarak antara ke2 elektroda >> lebar drpd elektroda
Cross fire treatment ; terapi diberikan dgn elektroda 1 posisi, terapi diberikan elektroda
posisi lain, pemanasan jaringan dlm seperti untuk organ pelvis
Monoplanar : elektroda aktif diatas satu lesi, bila yang dituju local & dangkal

Indikasi SW
Kondisi peradangan dan kondisi sehabis trauma (trauma pd musculoskeletal), adanya keluhan
nyeri pd sistem musculoskeletal (kodisi ketegangan, pemendekan, perlengketan otot jaringan
lunak), persiapan suatu latihan/senam (untuk gangguan pada sistem peredarah darah)

Kontraindikasi SWD
Keganasan, kehamilan, kecendrungan terjadinya pendarahan, gangguan sensibilitas, adanya
logam di dalam tubuh, lokasi yang terserang penyakit pembuluh darah arteri.

Teknik aplikasi SWD


Pre pemanasan alat 5-10 menit, jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm/1 jengkal, durasi
15-30 menit, intensitas sesuai dengan aktualitas patologi, posisikan pasien senyaman mungkin,
terbebas dari pakaian dan logam, tes sensibilitas, pasang elektroda, pasien tidak boleh bergerak,
intensitas dipertahankan sesuai dgn toleransi pasien.
2. MICROWAVE DIATHERMY (MWD)

Pengertian MWD
Suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan gelombang mikro dlm bentuk radiasi
elektromagnetik yg akan dikonversi dalam bentuk dengan frekuansi 2456 MHz dan 915 MHz
dengan panjang gelombang 12,25 arus yang dipakai adalah arus rumah 50 HZ, penentrasi hanya
3 cm, efektif pada otot

Indikasi MWD
Selektif pemanasan otot (jaringan kolagen), spasme otot (efektif untuk sendi Inter Phalangeal,
Metacarpal Phalangeal dan pergelangan tangan, Rheumathoid Arthritis dan Osteoarthrosis),
kelainan saraf perifer (neuralgia neuritis)

Kontraindikasi MWD
Adanya logam, gangguan pembuluh darah, pakaian yang menyerap keringat, jaringan yang
banyak cairan, gangguan sensibilitas, neuropathi (timbul gangguan sensibilitas dan diabetes
melitus), infeksi akut, transqualizer (alat pada pasien dengan gangguan kesadaran), sesudah
rontgen (konsentrasi EM berkelebihan), kehamilan, saat menstruasi.
Efek fisiologis yang ditimbulkan dari pemberian MWD
Terjadinya perubahan panas ; yang sifatnya lokal jaringan yang meningkatkan metabolisme
jaringan lokal, meningkatkan vasomotion sehingga timbul homeostatik lokal yang akhirnya
menimbulkan vasodilatasi. Perubahan panas secara general yang menaikkan temperatur pada
daerah lokal.

Teknik aplikasi MWD:


Persiapan alat, tes alat, pre pemanasan 5-10 menit, jarak <10cm dari kulit persiapan pasien :
bebaskan dari pakaian dan logam, posisikan pasien senyaman mungkin, tes sensibilitas, jarak 5-
10 cm, durasi 20-30 menit. alat 2456MHz, frekuensi terapi 3-5 x/minggu, intensitas 50-100 watt
(toleransi pasien), dosis intensitas ditentukan oleh aktualitas patologi (aktualitas rendah :
thermal, aktualitas sedang : subthermal, aktualitas tinggi : a thermal)
3. ULTRASOUND (US)

Pengertian US
Terapi dgn menggunakan gelombang suara tinggi dgn frek 1 atau 3 MHz (>20.000 Hz).

Tujuan pemberian US
Mengurangi ketegangan otot, mengurangi rasa nyeri, memacu proses penyembuhan collagen
jaringan (dipilih untuk jaringan kedalaman < dari 5 cm) Penentrasi terdalam dlm setiap media:
Tulang : penentrasi 7 mm pada frekuensi 1 MHz kulit : penentrasi 36 mm pada frekuensi 1
MHz, pd 3 MHz 12 mm tendon : penentrasi 21 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm
Otot : penentrasi 30 mm pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 7 mm Lemak : penentrasi 165 mm
pada frekuensi 1 MHz, pd 3 MHz 55 mm 3 MHz penentrasi : 1/3 dari frek 1 MHz intensitas
terapi : kontinu. intensitas rendah <0,3 W/cm, intensitas sedang 0,3-1,2 W/cm, intensitas kuat
1,2-3W/cm. untuk efek terapeutik 0,7-3 MHZ. Frekuensi : untuk kasus pada kondisi subakut
waktu 3 menit, pengulangan 1x1hari, sehari 10x. Untuk kasus pada kondisi kronik waktu 5-10
menit, pengulangan 1x1 hari atau 1x2 hari, sehari 12-18x. Metode US A. Kontak langsung :
paling banyak digunakan ; perlu adanya media coupling (Gel, water oil, pasta analgetik, water).
Syarat media coupling harus steril, tidak terlalu cair, tidak terlalu mudah diserap tubuh, tidak
menimbulkan flek/pekat. B. Kontak tidak langsung : sub aqual (dalam air) di dalam air, hal ini
dilakukan bila regio yang akan diterapi areanya kecil dan tidak rata permukaannya (trigger
finger, Rheumathoid Arthtritis jari-jari. water pillow kantong plastik/karet mengandung air,
kontak dipermukaan tubuh tidak rata; medium antara sisi kantong kulit, sisi kantong
tranduser. Teknik Aplikasi US Sebelum terapi : lakukan assesment, tes sensibilitas, lokalisasi
daerah terapi, tentukan metode (langsung/tidak langsung), beri penjelasan kepada pasien :
bapak/ibu saya akan memberikan terapi Ultrasound nanti rasanya seperti dipijat dan sedikit
hangat gunanya untuk memperbaiki jaringan yg rusak sehingga akan mengurangi nyeri
Persiapan alat Persiapan pasien Penatalaksanaan US Berikan gel pada daerah yang akan
diterapi Ratakan gel dgn tranduser, nyalakan alat Timer ditentukan dari = luas area dibagi
dengan luas ERA Intensitas ditentukan oleh aktifitas patologi : aktivitas tinggi : dosis rendah
(1-1,5 W/cm) aktivitas sedang : dosis sedang (1,5-2 W/cm) aktivitas rendah : dosis tinggi (2-
3 W/cm) Intensitas/durasi : pada kondisi akut intermiten ; pada kondisi kronik continous
Ultrasound dengan air (untuk kasus sendi kecil dan permukaan tidak rata), penerapannya : Tidak
langsung bersentuhan dengan air, jaraknya 1,5-2,5 cm Untuk tranduser 1 MHz : penentrasi
lebih dalam, tapi area konvergen 3x lebih kecil. Untuk tranduser 3 MHz : penentrasi lebih kecil
tapi area konvergen 3x lebih besar. Efek US > Mekanis : menimbulkan efek micromassage ->
dilatasi -> inflamasi
> Thermal : menimbulkan efek panas tranduser lebih kecil dimana panas ringan sampai 5 cm
(deep) dan lebih dominan pada continue.
> Piezoelectric : perubahan muatan membran sehingga terjadi proses kimiawi di jaringan di
sekitarnya
> Biologis : menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah meningkatkan sirkulasi darah ->
meningkatkan permeabilitas dan regenerasi jaringan menimbulkan rileksasi otot sehingga akan
mengurangi nyeri.

Indikasi US
kondisi peradangan dan traumatik sub akut dan kronik, adanya jaringan parut (scar tissue) pada
kulit, kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon, ligament).
Kondisi inflamasi kronik ; oedema -> gangguan sirkulasi darah, contoh kasus yg termasuk
indikasi Ultrasound : Rheumathoid Arthrosis, Osteoarthrosis Genu, Hernia Nucleus Pulposus,
Low Back Pain, spasme cervical, tennis elbow, frozen shoulder.
Kontra indikasi US
jaringan yang lembut (mata, ovarium, testis, otak), jaringan yang baru sembuh,
jaringan/granulasi baru, kehamilan, pada daerah yang sirkulasi darahnya tidak adekuat, tanda-
tanda keganasan, infeksi bakteri spesifik.

4. Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS)

Pengertian TENS
> Transcutaneus Electrical nerve stimulation (TENS) merupakan suatu cara penggunaan energi
listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk
merangsang berbagai tipe nyeri
> Pada TENS mempunyai bentuk pulsa : Monophasic mempunyai bentuk gelombang
rectanguler, trianguler dan gelombang separuh sinus searah; biphasic bentuk pulsa rectanguler
biphasic simetris dan sinusoidal biphasic simetris; pola polyphasic ada rangkaian gelombang
sinus dan bentuk interferensi atau campuran.
> Pulsa monophasic selalu mengakibatkan pengumpulan muatan listrik pulsa dalam jaringan
sehingga akan terjadi reaksi elektrokimia dalam jaringan yang ditandai dengan rasa panas dan
nyeri apabila penggunaan intensitas dan durasi terlalu tinggi.

Tujuan pemberian TENS


Memeilhara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot, re-edukasi fungsi otot, modulasi nyeri
tingkat sensorik, spinal dan supraspinal, menambah Range Of Motion (ROM)/mengulur tendon,
memperlancar peredaran darah dan memperlancar resorbsi oedema

Frekuensi Pulsa
Frekuensi pulsa dapat berkisar 1 200 pulsa detik.
Frekuensi pulsa tinggi > 100 pulsa/detik menimbulkan respon kontraksi tetanik dan sensibilitas
getaran sehingga otot cepat lelah
Arus listrik frekuensi rendah cenderung bersifat iritatif terhadap jaringan kulit sehingga
dirasakan nyeri apabila intensitas tinggi. Arus listrik frekuensi menengah bersifat lebih konduktif
untuk stimulasi elektris karena tidak menimbulkan tahanan kulit atau tidak bersifat iritatif dan
mempunyai penetrasi yang lebih dalam.

Penempatan Elektroda
Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab metode ini
dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter dan letak yang
paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri
Dermatome :Penempatan pada area dermatome yang terlibat, Penempatan pada lokasi spesifik
dalam area dermatome, Penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di posterior dari suatu
area dermatome tertentu
Area trigger point dan motor point

Indikasi TENS
Kondisi LMNL(Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih disertai keluhan nyeri, kondisi
sehabis trauma/operasi urat saraf yang konduktifitasnya belum membaik, kondisi LMNL kronik
yg sdh terjadi partial/total dan enervated muscle, kondisi pasca operasi tendon transverse, kondisi
keluhan nyeri pada otot, sebagai irritation/awal dari suatu latihan, kondisi peradangan sendi
(Osteoarthrosis, Rheumathoid Arthritis dan Tennis elbow), kondisi pembengkakan setempat
yang belum 10 hari

Kontra Indikasi TENS


Sehabis operasi tendon transverse sebelum 3 minggu, adanya ruptur tendon/otot sebelum terjadi
penyambungan, kondisi peradangan akut/penderita dlm keadaan panas

Prosedur TENS
Tingkat analgesia-sensoris : frekuensi 50-150 Hz, durasi pulsa <200 (60-100) mikrodetik
Tingkat analgesia untuk rasa nyeri : frekuensi 150 Hz, durasi pulsa >150 mikrodetik
Persipan pasien (kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion, krim dll), periksa sensasi kulit,
lepaskan semua metal di area terapi, jangan menstimulasi pada area dekat/langsung di atas
fraktur yg baru/non-union, diatas jaringan parut baru, kulit baru.
5. PARAFIN BATH

Pengertian
Pengobatan panas superficial dgn modalitas rendaman hangat parafin.

Tujuan
Preliminary terhadap metoda intervensi lain (mobilisasi sendi, massage), memperlancar
peredaran darah, mengurangi rasa sakit, menambah kelenturan jaringan perifer, lingkup gerak
sendi, dipilih untuk tangan dan kaki.

Metode Aplikasi
> Metode Deep : mencelupkan kaki/tangan kedalam cairan parafin bath -> terbentuk permukaan
parafin padat dan tipis yang meliputi kulit -> tarik kembali -> ulang 8-10x -> sampai terbentuk
sarung tengan tebal (mengisolasi bagian tubuh terhadap kehilangan panas) -> bungkus dengan
handuk kering untuk mempertahankan panas -> lama 15-20 menit -> setelah itu sarung tangan
parafin dilepas
> Metode immersion : mencelupkan tangan/kaki secara terus-menerus kedalam cairan parafin ->
terbentuk sarung tangan pada sekitar kulit -> lama 20-30 menit -> lebih efektif meningkatkan
temperatur jaringan tapi resiko luka bakar
> Metoda breshing : dengan menggunakan kuas -> untuk area yang tidak dijangkau (pinggang,
hip, pada regio yang besar)
Prosedur Fisioterapi Dada

Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi,
vibrasi, postural drainage. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efesiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas.

a. Perkusi (clapping)

pukulan kuat pada dinding dada dan punggung dengan tangan di bentuk seperti mangkuk. Tujuan
secara mekanik dapat melepaskan secret yang melekat pada dinding bronkus.
prosedur :

tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
Anjurkan klien tarik nafas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
Tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah terjadi cedera. Seperti :
mammae, sternum dan ginjal.

b. Vibrasi

getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang di letakkan datar pada
dinding dada klien. Tujuan digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara
ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental, sering dilakukan bergantian dengan perkusi.
Prosedur :

Letakan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di
drainage.Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan
ekstensi. Cara yang lain bisa di letakan secara bersebelahan.
Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam melalui hidung dan menghembuskan nafas
secara lambat lewat mulut.
Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir
semua tumit tangan. Getarkan(kejutkan) tangan, gerakan kea rah bawah. Hentikan
getaran jika klien melakukan inspirasi.
Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan secret.

c. Postural drainage

salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan
menggunakan pengaruh gaya grafitasi. Waktu yang terbaik untuk melakukannya yaitu sekitar
1jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1jam sebelum tidur pada malam hari. Padahal drainage
harus lebih sering dilakukan apabila lender kien berubah warnanya menjadi kehijauan dan kental
atau ketika klien menderita demam.
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan postural drainage antara lain :

Batuk 2 atau 3 kali setelah setiap kali berganti posisi


Minum air hangat setiiap hari 2 liter
Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15menit sebelum melakukan postural
drainage
Lakukan latiha n nafas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lender.

Peralatan :

Bantal 2 atau 3
Papan pengatur posisi
Tisu wajah
Segelas air
Sputum pot

Prosedur :

Cuci tangan
Pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengakajian semua area
paru, dan data klinis.
Baringkan klien dalam posisi duduk untuk mendrainage area yang tersumbat
Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15menit
Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada di
atas area yang di drainage.
Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk, bila tidak bisa batuk,
lakikan suction. Tampung sputum di pot.
Ulangi pengkajian dada pada bidang paru
Cuci tangan
Dokumentasikan

Anda mungkin juga menyukai