Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA FEBRUARI 2018

RADIAL TUNNEL SYNDROME

DISUSUN OLEH:
I MADE SANDI PRAWIRA
N 111 17 133

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DI BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
1. Pendahuluan ............................................................................................ 1
2. Definisi…… ........................................................................................... 2
3. Anatomi...... ............................................................................................ 2
4. Prevalensi…. ........................................................................................... 6
5. Etiologi....... ............................................................................................ 6
6. Patofisiologi….. ...................................................................................... 7
7. Manifestasi Klinis… ............................................................................... 7
8. Diagnosis…. ........................................................................................... 8
9. Diagnosis Banding…… .......................................................................... 9
10. Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 10
11. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 10
12. Penatalaksanaan ...................................................................................... 10
13. Komplikasi ............................................................................................. 12
14. Prognosis ............................................................................................. 12
15. Kesimpulan ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14
RADIAL TUNNEL SYNDROME

1. PENDAHULUAN
Radial tunnel syndrome (sindrom terowongan radial) adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul akibat tertekannya saraf radialis di terowongan
yang berada di tengan bawah dekat sendi siku.[1] Nervus radialis merupakan saraf
perifer yang paling sering mengalami cedera. Saraf ini dapat terkena pada lesi
medulla spinalis bagian servical dan plexus brachialis. Trauma perifer dapat
mengenai trunkus atau sebagian cabang nervus, seperti pada dislokasi bahu,
fraktur humerus, pembentukkan callus di sekitar fraktur, tekanan saraf selama
tidur, dalam keadaan mabuk atau anastesi umum, pukulan keras pada lengan,
tuberkulosa tulang, tumor atau fraktur collum radius.[2].
Saraf radialis adalah salah satu dari 3 saraf yang mempersarafi daerah
tangan. Saraf-saraf lainnya adalah saraf medianus dan saraf ulnaris. Ketiganya
berawal dari daerah leher (tulang belakang leher), tempat keluar semua saraf.
Saraf medianus dan ulnaris akan berjalan di bagian depan lengan dan tangan,
sementara saraf radialis awalnya berjalan pada bagian deçan tangan dan pada sisi
luar siku, saraf radialis akan berjalan dengan posisi menyilang melewati suatu
terowongan yang dibentuk oleh otot dan tulang dan disebut sebagai terowongan
radial menuju bagian punggung lengan bawah dan tangan. Terowongan radial
terletak di area sendi humeroradial, yaitu sendi yang menggabungkàn tulang
humerus (tulang lengan atas) dengan tulang radial (salah satu tulang lengan
bawah) dan melewati pangkal otot supinator.[1]
Radial Tunnel Syndrome melibatkan kompresi saraf radial di proksimal
lengan bawah. Hal ini juga kadang-kadang dikenal bahasa sehari-hari sebagai
“gigih tenis siku”. Dalam wilayah lengan bawah proksimal, saraf radial membagi
ke dalam, interoseus posterior cabang saraf (batang utama) dan cabang sensorik
dari saraf radial (minor trunk) di lengan bawah proksimal. Kompresi dapat terjadi
baik sebelum atau setelah perpecahan dari cabang sensorik dari saraf radial telah
terjadi. Beberapa situs potensi jebakan dan saraf radial meliputi: asal radialis
ekstensor karpi brevis asal, fibrosa yang melapisi kepala radial, radial fan
berulang arteri, dan arcade Frohse, di pintu masuk ke otot supinator. Kondisi ini
memiliki beberapa menyebabkan, termasuk: lesi menempati ruang, seperti tumor,
edema lokal atau peradangan, terlalu sering menggunakan tangan dan
pergelangan tangan melalui gerakan berulang, trauma tumpul ke lengan bawah
proksimal dengan perdarahan sekunder, dan onset idiopatik.[2,3]
Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya terlihat pada
orang yang lebih muda. Ini adalah kondisi yang langka, diperkirakan 30-100 kali
lipat lebih umum daripada carpal tunnel syndrome. Akibatnya, ia jarang ditemui
oleh sebagian praktisi. Dengan kegagalan untuk merespon pengobatan non
operatif; pasien harus dirujuk ke dokter bedah yang telah memiliki pengalaman
dalam pengobatan sindrom terowongan radial.[4]

2. DEFINISI
Yang dimaksudkan dengan sindrom radial tunnel adalah gangguan yang
diakibatkan dan tekanan pada cabang syaraf radial pada lengan bawah atau
belakang lengan. Gangguan ini juga sering terjadi pada bagian tubuh lain
penderita seperti pada siku ataupun pada pergelangan tangan penderita. Radial
Tunnel Syndrom (RTS) disebabkan oleh peningkatan tekanan pada saraf radial
yang berjalan diantara tulang dan otot-otot lengan bawah dan siku. Sakit seperti
terpotong dan tertusuk dibagian atas lengan bawah atau punggung tangan,
terutama ketika mencoba untuk meluruskan tangan dan jari. Berbeda dengan
Cubital Tunnel Syndrom dan Carpal Tunnel Syndrom, RTS jarang menyebabkan
mati rasa atau kesemutan, karena nervus radius terutama niempengaruhi otot.[2,3]

3. ANATOMI
Nervus radialis adalah cabang terbesar dan pleksus brakhialis. Mulai pada
tepi bawah muskulus pektorialis minor sebagai lanjutan dan trunkus posterior
pleksus brakhialis. Berasal dari radiks spinalis servikalis V sampal VIII. Sesudah
meninggalkan aksila, saraf ini melingkar pada lekukan spiral (musculospiral
groove) pada humerus dan menempel erat pada tulang bersama cabang profunda
dan arteri brakhialis . Setelah mencapai septum intermuskularis lateralis sedikit
dibawah insersio muskulus deltoideus, pada tempat ini dengan landasan tulang
humerus, saraf ini dapat diraba. Pada fossa antekubiti, pada bagian depan bawah
lengan atas setinggi kondilus lateralis humerus, saraf ini membagi diri dalam 2
cabang terminal yaltu:[5]
1) Cabang motoris profundus (nervus interosseus posterior)
2) Cabang kutaneus superfisialis
Percabangan ini biasanya terletak pada bagian proksimal lengan bawah,
tetapi dapat bervariasi dalam jarak 4 sampai 4,5 cm dibawah epikondilus
lateralis. Nervus interosseus posterior menembus muskulus supinator untuk
mencapai sisi posterior lengan bawah dan memberi persarafan motorik. Cabang
kutaneus mencapai superfisial kira-kira 10 cm diatas pergelangan tangan. Turun
sepanjang sisi lateral lengan bawah dan berakhir dengan memberi persarafan
sensorik ke kulit dorsum tangan, ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Nervus radialis
pada lengan atas, memberi persarafan motorik untuk:[5]
1) Muskulus triseps dan m.ankoneus; ekstensor lengan bawah
2) Muskulus brakhioradialis; fleksor lengan bawah pada posisi semipronasi
3) Muskulus ekstensor karpi radialis longus dan brevis; ekstensor radial tangan
Pada lengan bawah, melalui cabang motoris profunda memberi persarafan
motorik untuk:[5]
1) Muskulus supinator untuk supinator lengan bawah
2) Muskulus ekstensor digitorum untuk ekstensor ruas jari telunjuk, jari tengah,
jari manis dan kelingking
3) Muskulus ekstensor digiti minime; ekstensor ruas kelingking dan tangan
4) Muskulus ekstensor karpi ulnaris; ekstensor ulnar tangan
5) Muskulus abduktor pollicis longus; abduktor ibu jari dan ekstensor radial
tangan
6) Muskulus ekstensor pollicis brevis dan longus; ekstensor ibu jari dan
ekstensor radial tangan.
7) Muskulus ekstensor indicis; ekstensor telunjuk dan tangan
Fungsi utama dan nervus radialis ini adalah untuk ekstensi sendi siku,
pergelangan tangan dan jari. Cabang sensorik nervus radialis biasanya
mempersarafi sisi posterior lengan atas, lengan bawah, tangan dan jari-jari
kecuali kelingking dan sisi ulnar jari manis, tetapi karena ada anastomosis dan
persarafan yang tumpang tindih, maka distribusi sensoriknya ini sulit ditentukan.
Jika ada terdapat maksimal pada daerah dorsum ibu jari dan telunjuk.[5]

Gambar 1. Perjalanan saraf Radialis dan daerah yang dipersarafinya[1]


Gambar 2. Terowongan radial[1]

Saat melewati terowongan radial, saraf radialis berjalan di bawah otot


supinator, dan setelah keluar dari terowongan, cabang saraf tersebut menempel
pada otot supinator di bagian belakang lengan bawah. Otot supinator berperan
pada gerakan memutar tangan kanan searah jarum jam, seperti pada gerakan
menggunakan obeng untuk mengencangkan sekrup. Saraf radialis berperan
dalam memberikan sensasi pada kulit posterior (bagian punggung) lengan atas,
kulit bagian posterior dan sisi luar lengan bawah dan pergelangan tangan, sendi
siku dan pergelangan tangan dan tangan dan saraf radialis juga memiliki cabang
sensorik untuk tulang mulai dari sendi siku hingga ke tangan. Sementara cabang
motorik akan mempersarafi sebagian besar otot ekstensor lengan atas dan lengan
bawah.[1]

Tabel 1. Perkiraan level percabangan untuk masing-masing otot[5]

Level Untuk
Tepi bawah aksila M.triseps
Antara septum intermuskularis M.brakhioradialis
lateralis dan percabangannya M.ekstensor korpi radialis longus
menjadi profunda dan superfisial
Antara percabangan dan tempat M.ekstensor karpi radialis brevia
masuk pada M.supinator M.supinator
Distal dari M.supinator M.ekstensor digitorum communis
M.ekstensor digiti quinti
M.ekstensor karpi ulnaris
M.ekstensor pollicis longus
M.ekstensor pollicis brevis
M.ekstensor indicis
M.abduktor pollicis longus

4. PREVALENSI
Tingkat kejadian tahunan interoseus posterior saraf (PIN) kompresi
diperkirakan 0,03% sedangkan tingkat dangkal saraf radial kompresi (SRN)
adalah 0,003% (10, 11). Sebagal perbandingan, yang paling umum neuropati,
carpal tunnel syndrome, memiliki tahunan insiden antara 0,1% dan 0,35% di
populasi umum.[4]

5. ETIOLOGI
Radial tunnel syndrome terjadi karena ada penekanan pada saraf radialis.
Penekanan ini dapat terjadi di beberapa tempat sepanjang terowongan dan akan
menimbulkan rasa nyeri. Gerakan mendorong dan menarik dengan kuat dan
berulang, gerakan menegangkan pergelangan tangan, mencengkeram, gerakan
mencubit yang dilakukan secara berulang dengan kuat, dan gerakan memutar
lengan secara konstan dan berulang (dalam pekerjaan perakitan) juga dapat
menyebabkan penekanan dan mengiritasi saraf radialis. Pukulan langsung
(trauma) ke bagian luar siku juga dapat melukai saraf radialis. Penyebab
terjadinya tekanan pada syaraf radial atau sindrom radial tunnel pada siku dan
bagian tubuh lain adalah:[1]
1) Luka
2) Ganglia
3) Lipomas (tumor lemak yang tidak bersifat kanker)
4) Tumor tulang
5) Peradangan di sekitar bursa atau otot

6. PATOFISIOLOGI
Nyeri disebabkan oleh tekanan pada saraf radialis. Ada beberapa tempat di
sepanjang terowongan radial yang dapat menjepit saraf. Jika terowongan terlalu
kecil, dapat menekan saraf dan menimbulkan rasa sakit. Berulang-ulang, kuat
mendorong dan menarik, menekuk pergelangan tangan, mencengkeram, dan
mencubit juga dapat meregangkan dan mengiritasi saraf. Kadang-kadang pukulan
langsung ke bagian luar siku bisa melukai saraf radial. Konstan gerakan memutar
lengan, perakitan umum di tempat kerja, bisa juga mencubit radial syaraf dan
menyebabkan sindrom terowongan radial. Radial tunne1 syndrome juga bias
menyebabkan sakit yang lebih jenis sakit atau kelelahan pada otot-otot lengan
bawah. Saraf tekanan di dalam terowongan radial menyebabkan kelemahan pada
otot di bagian belakang lengan bawah dan pergelangan tangan, sehingga sulit
untuk menstabilkan pergelangan tangan ketika menangkap dan mengangkat.
Bahkan dapat menyebabkan penurunan pergelangan tangan, yang berarti
punggung tangan tidak dapat memiringkan ke atas. Sensasi kulit tidak berubah
karena bagian sensorik nervus radialis cabang dari atas siku dan tidak memasuki
terowongan radial.[3,4]

7. MANIFESTASI KLINIS
Penekanan saraf radialis dapat menyebabkan:[1]
1) Nyeri yang menusuk pada bagian atas lengan bawah, punggung tangan, dan
samping siku. Rasa nyeri muncul saat penderita mencoba untuk meluruskan
pergelangan tangan dan jari-jari tangan.
2) Rasa nyeri akan semakin memburuk ketika penderita menekuk pergelangan
tangan ke belakang, memutar telapak tangan ke atas atau memegang sesuatu
dengan pergelangan tangan kaku dan siku dalam posisi lurus.
3) Dapat terjadi kelemahan/kelelahan otot bagian belakang lengan bawah dan
pergelangan tangan sehingga sulit untuk menstabilkan pergelangan tangan
saat menggenggam dan mengangkat benda.
4) Tidak ditemukan adanya rasa baal atau kesemutan, karena bagian sensorik
dari cabang saraf radialis dari atas siku tidak memasuki terowongan radial
sehingga tidak akan terjadi penekanan dan iritasi bagian sensorik saraf
radialis ini.

Keluhan yang ditimbulkan karena penekanan saraf radialis pada radial


tunnel syndrome kadang sulit dibedakan dengan tennis elbow syndrome. Lokasi
timbulnya nyeri pada tennis elbow yaitu di tendon yang menempel pada
epikondilus lateral (tepat pada sendi siku), sementara lokasi tepat rasa nyeri pada
radial tunnel syndrome biasanya dirasakan sekitar 2 inci dari bagian atas lengan
bawah bagian luar.[1]

Gambar 3. Perbedaan lokasi nyerî RTS dengan Tennis Elbow Syndrom[1]

8. DIAGNOSIS
Radial tunnel syndrome mengacu pada rasa sakit pada aspek lateral lengan
bawah sebagai akibat dan kompresi saraf interoseus posterior dalam terowongan
dengan batas anatomi tertentu. Diagnosis dan kondisi sulit karena hubungan
dekatnya dengan epicondylitis lateral, yang menjamin berbeda metode
pengobatan. Berdasarkan studi kadaver, sebuah uji klinis baru, Aturan-of-Nine
tes, diusulkan untuk meningkatkan akurasi diagnostik di terowongan radial
sindroma.[6]
Mendiagnosa penderita sindrom radial tunnel harus didasarkan pada gejala
dan penyebab gangguan tersebut. Biasanya penderita melakukan pemeriksan
fisik secara rutin. Diagnosis berdasarkan pada:[1]
1) Gejala-gejala yang ada yaitu nycri yang menusuk pada bagian atas lengan
bawah, punggung tangan, dan samping siku.
2) Pemeríksaan fisik berupa kelemahan otot yang disebabkan oleh rasa sakit,
perabaan lunak pada area tulang radial bagian atas (2 inci dari bagian atas
lengan bawah), dan pemerîksaan “Uji jari tengah” dimana akan timbul rasa
nyeri apabila jari tengah ditahan dafam posisi ekstensi.
9. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosìs banding dan Radial Tunnel Syndrom (RTS) adalah sebagai
berikut:[2]
1) Kista ganglion dari radioulnar sendi proksimal
2) Intraarticular siku patologi: Biasanya pasien memiliki rîwayat trauma atau
kronis sindrom berlebihan. Mungkin perlu gambar radiografi atau MRI
untuk mendiagnosis.
3) Radiocapitellar articular pathology
4) Posterior interosseous nerve syndrome (primarily a motor deficiency)
5) Lateral antebrachial neuritis
6) Brachial plexopathy
7) Chronic extensor compartment syndrome
8) Chronic anconeous compartment syndrome
9) Lateral epicondalgia
10. PEMERIKSAAN FISIK
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis
RTS antara lain:[2]
1) Nyeri
VAS (Visual Analog Scale). Menentukan lokasi nyeri, kegiatan yang
meningkatkan rasa sakit dan / atau penurunan nyeri:
a. Pain—Place
b. Amount — Pain level (O-10)
c. Intensitas
d. Nullifiers
e. Effect — function
f. Description (sharp, dull, constant, throbbing)
2) Sensasi
Seorang pasien dengan RTS mungkin menunjukkan penurunan sensasi
atau parasthesias di distribusi saraf radial.

11. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis dan penyebab lain dan pemeriksaan
electromyografi dilakukan hanya untuk memastikan diagnosis, memastikan area
saraf yang mengalami penekanan dan tingkat keparahan kondisi.[2]

12. PENATALAKSANAAN
Penanganan konservatif dilakukan untuk mengurangi tekanan pada saraf,
dengan beberapa cara sebagai berikut:[1]
1) Obat-obatan untuk mengurangi inflamasi atau peradangan dengan obat
antiinflamasi non steroid (OAINS), ataupun pemberian kortikosleroid injeksi
untuk mengurangi peradangan, pembekakan dan penekanan pada saraf
radialis secara langsung.
2) Penggunaan penyangga (splint) untuk pergelangan tangan dan atau siku,
serta menghindari gerakan memutar pergelangan tangan dan menekuk
lengan pada sendi siku, karena gerakan ini dapat memperparah iritasi pada
saraf radialis yang sedang tertekan.
3) Terapi fisik (fisioterapi) dan latihan fisik. Terapi ini dilakukan oleh dokter
ahli, meliputi pemberian terapi pemanasan, pendinginan, atau ultrasound
untuk mengatasi nyeri dan penderita juga akan diajarkan berbagai latihan
untuk menjaga kesehatan otot tangan dan tengan, antara lain dengan latihan
peregangan untuk mengurangi penekanan pada saraf.

Gambar 4. Ultrasound therapy[1]


Terapi operatif dilakukan apabila pergelangan tangan menjadi lemah dan
cenderung untuk turun (wristdrop) atau jika gejala-gejala tidak membaik setelah
3 bulan dilakukan terapi, maka mungkin diperlukan panbedahan untuk
menghilangkan/membebaskan tekanan pada saraf.[1]
Gambar 5. Langkah-Iangkah pembedahan pada radial tunnel syndrome[1]

Setelah menjalani pembedahan, lengan bawah hams diisiirahatkan dan


aktivitas dengan penggunaan splint atau brace. Secepat mungkin lengan bawah
juga harus dilatih untuk meningjatkan kisaran gerakannya (range of motion) dan
setelahnya baru dilakukan latihan untuk meningkatkan kekuatan dan lengan
bawah dan tangan melalui pelatihan-pelatihan yang akan diajarkan oleh, dokter
Spesialis yang merawat.[1]

13. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada radial tunnel syndrome adalah.[3]
1) Distrofi reflex simpatis
2) Kelumpuhan nervus interoseus posterior
3) Infeksi post-operatif
4) Hiperaestesia pada nervus radial superfisial

14. PROGNOSIS
Praktek kiinis telah menunjukkan bahwa pasien akan memiliki hasil yang
berbeda dalarn hal nyeri dan kembali sensorik, kekuatan dan fungsi. Untuk
tujuan standar ini, klinjs yang relevan perbaikan didefinisikan sebagai bantuan
yang signifikan dari rasa sakit dan parestesia oleh setidaknya 50% dari tingkat
dasar, atau perbaikan kelemahan otot yang mengakibatkan peningkatan kualitas
hidup dan status fungsional. Sulit untuk membuat kesimpulan yang pasti tentang
hasil dari intervensi konservatif untuk RTS karena variasi dalani ukuran hasil,
tingkat keparajian RTS dan inkonsistensi dalam durasi, jenis intervensi, dan
tindak lanjut waktu untuk intervensi. Jika gejala tidak cukup membaik, atau jik.a
gejala memburuk seperti dicatat oleh pasien laporan subjektif, dan terapis
pengukurari objektif, maka terapis harus melaporkan ini Temuan kembali ke
dokter yang merujuk.[2]
Pasien dengan denervasi/kelemahan ditandai biasanya memiliki prognosis
dijaga dengan manajemen konservatif. Telah dilaporkan pengujian neurodynamic
mungkin prosedur pemeriksaan yang berguna dan mobilisasi mungkin berguna
untuk intervensi untuk pasien yang mengalami nyeri siku lateral.[2]

15. KESIMPULAN
Radial tunnel syndrome (sindrom terowongan radial) adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul akibat tertekannya saraf radialis di terowongan
yang berada di lengan bawah dekat sendi siku. Nervus radialis merupakan saraf
perifer yang paling sering mengalami cedera.
Radial Tunnel Syndrom (RTS) disebabkan oleh peningkatan tekanan pada
saraf radial yang beljalan diantara tulang dan otot-otot tengan bawah dan siku.
Sakit seperti terpotong dan tertusuk dibagian atas tengan bawah atau punggung
tangan, terutama ketika mencoba unruk meluruskan tangan dan jari. Berbeda
dengan Cubital Tunnel Syndrom dan Carpal Tunnel Syndrom, RTS jarang
menyebabkan mati rasa atau kesemutan, karena nervus radius terutama
mempengaruhi otot.
Radial tunnel syndrome terjadi karena ada penekanan pada saraf radialis.
Penekanan ini dapat terjadi di beberapa tempat sepanjang terowongan dan akan
menimbulkan rasa nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Flex Free. Radial Tunnel Syndrom. Muskuloskeletal Rehabilitation Clinic.


Jakarta.2015. hal. 1-5
2. Brigman and Women’s Hospital. Standard of Care: Radial Tunnel Syndrom,
Inc.Departement of Rehabilitation Service. Francis St. Boston. 2007. hal. 1, 5,9,
10
3. Lawrence T, P Mobbsy, Y Fortems, J K Satnley. Radial Tunnel Syndrom, A
Retrospective Review of 30 Decompressions of The Radial Nerve. Wigan
UK.1995. hal. 454,457
4. Moradi A, Mohammad HE, Jess B J. Radial Tunnel Syndrom, Diagnostic and
Treatment Dilemma. The Archives of Bone and Joint Surgery. Boston. 2015.
hal.156, 157, 159,
5. Japardi I. Neorupati Radial. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas
Sumatra Utara. Medan. 2002. hal 1-2
6. Loh YC, WL Lam, JK Stenley, RW Soames. A New Clinic Test For Radial
Tunnel Syndrom-the Rule of Nine Test: A Cadaveric Study. Journal of
Orthopaedic Surgery. Malaysia. 2004. hal 83

Anda mungkin juga menyukai