Insiden penyakit ini pada anak di negara berkembang hampir 30% pada
anak dibawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi (3).
Patomekanisme
1
cranial melalui mukosiliar, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar, dan
sistem pertahanan tubuh yang lebih spesifik lainnya. Pada saat antigen
menginfeksi dan sampai ke alveolar, akan terjadi proses peradangan yang
meliputi 4 stadium (1,2)
1. Stadium kongesti atau hiperremis (4-12 jam pertama)
Respon inflamasi awal pada daerah yang baru terinfeksi, sehingga
terjadi peningkatann aliran darah dan permeabilitas kapiler ditempat
infeksi. Hal ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan
dari sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cidera jaringan. Terjadi
perpindahan eksudat plasma kedalam ruang interstisium sehingga
terjadi pembengkakkan dan edema antar kapiler dan alveolus (2,3).
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dann
fibrin yang dihasilkan oleh host sebagai bagian dari reaksi peradangan.
Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan
pada perabaan seperti hepar, pada saat ini udara di alveoli tidak ada
atau sangat minim sehingga akan muncul penampakan sesak, stadium
ini berlangsung hanya 48 jam (2,3).
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Terjadi sewaktu sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang
terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi diseluruh daerah
yang cidera dan terjadi fagositois sisa sisa sel. Saat ini eritrosit di
alveoli mulai direabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin
dan leukosit, warna merah menjadi kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti (2,3).
4. Stadium resolusi (7-11 hari)
Terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa
fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke struktur semula (2,3).
2
Pada pneumonia lobaris memiliki gejala penyakit datang mendadak, tetapi
kadang-kadang didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Suhu naik
cepat sampai 39-40oc dan suhu ini biasanya menunjukkan tipe febris kontinu.
Napas menjadi sesak, disertai napas cuping hidung dan sianosis sekitar hidung
dan mulut dan nyeri pada dada. Anak lebih suka tiduran pada sebelah dada yang
terkena. Batuk mula-mula kering, kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan
fisik, gejala khas tampak 1-2 hari. Pada permulaan suara pernapasan melemah
sedangkan pada perkusi tidak jelas ada kelainan. Setelah terjadi kongesti, ronkhi
basah nyaring akan terdengar yang segera menghilang setelah terjadi konsolidasi.
Kemudian pada perkusi jelas terdengar redupa dengan suara pernapasan sub-
bronkhial sampai bronchial. Pada stadium resolusi ronkhi terdengar lebih jelas (4).
3
Tatalaksana umum
2. Pada pneumonia berat atau asupan oral kurang, diberikan cairan intravena
dan lakukan balance cairan ketat
3. Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk
4. Nebulizer dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance
Amoksilin merupakan pilihan antibiotik pertama untuk oral pada anak < 5
tahun, dan juga jika Streptokokus pneumoni sangat mungkin sebagai penyebab.
Antibiotik intravena diberi jika tidak dapat diberi obat per oral (karena muntah)
atau pneumonia berat. Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah ampisilin dan
kloramfenikol. Pada neonatus – 2 bulan diberikan ampisilin dan gentamisin. Lebih
4
dari 2 bulan lini pertama adalah ampisilin, jika dalam 3 hari tidak ada perbaikan
ditambahkan kloramfenikol. Lini kedua ceftriaxone (2,5).
5
LAPORAN KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 3 bulan, berat badan 4,5 kg, tinggi badan 52
cm, kebangsaan Indonesia, suku Kaili, tinggal di jl.Maleo, masuk rumah sakit
tanggal 21 Mei 2014.
pasien bayi laki-laki 3 bulan, masuk dengan keluhan batuk yang dialami
sejak 7 hari terakhir, batuk ini barub pertama kali dialami, batuk juga
mengeluarkan dahak berwarna putih, pasien juga ada demam sejak 2 hari yang
lalu, pasien juga mengalami sesak sejak 2 hari yang lalu, Buang air besar baik,
buang air kecil baik, nafsu makan menurun.
Tidak Ada
Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga lainnya.
Riwayat lahir Saat persalinan bayi lahir normal, cukup bulan dan
langsung menangis.
Riwayat imunisasi
Lengkap yaitu : BCG usia 2 bulan, Polio usia 0, 2 bulan, DPT pada usia 2
bulan, Hepatitis B pada usia 0, 1 bulan.
6
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung : iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba. Bunyi jantung
1 dan Bunyi jantung 2 murni regular, tidak dijumpai adanya
bising dan gallop.
Anggota gerak : atas dan bawah akral hangat, dalam batas normal.
7
Terapi :
· O2 1-2 lpm
· Dex 5 % 20 tpm
· Dexametasone 2,5 mg iv/8 jam
· GG 1/6
· Salbutamol 0.5
· Gentamicin 25 mg/12jam/iv
· IVFD Dex 5% 16 tetes/menit
· Inj. Ceftriaxon 200 mg/ 12 tetes/menit intravena
skin test
FOLLOW UP
1. Perawatan hari ke 2
Keluhan : demam ada, batuk ada, sesak ada dan tetapi sudah berkurang, rhonki
ada , wheezing tidak ada, retraksi dinding dada ada, muntah tidak ada, BAB dan
BAK biasa, suhu 36,7, nadi 100.
Terapi :
· O2 0,5-2 lpm
· IVFD Dex 5 % 20 tpm
· Dexametasone 2,5 mg iv/8 jam
· GG 1/6
· Salbutamol 0.5 mg
· Gentamicin 25 mg/12jam/iv
· Inj. Ceftriaxon 200 mg/ 12 tetes/menit intravena skin test
8
2. Perawatan hari ke 3
Demam tidak ada, batuk berlendir ada, sesak masih ada, rhonki ada , wheezing
tidak ada, retraksi dinding dada ada, muntah tidak ada, BAB dan BAK biasa
suhu 36,4 nadi 100
Terapi :
· O2 0,5-2 lpm
· Dexametasone 2,5 mg iv/8 jam
· GG 1/6
· Salbutamol 0.5 mg
· Gentamicin 25 mg/12jam/iv
· IVFD Dex 5% 16 tetes/menit
· Inj. Ceftriaxon 200 mg/ 12 tetes/menit intravena
9
PEMBAHASAN
Pada kasus ini seorang anak laki-laki berusia 3 bulan masuk dengan keluhan
sesak sejak 2 hari yang lalu, sesak dirasakana terus menerus, sesak muncul
perlahan-lahan dan memburuk sejak 2 hari sebelum masuk RS, sesak makin lama
makin meningkat. Ada demam yang kontinu sejak 7 hari sebelum masuk rumah
sakit, ada batuk sebelum anak sesak, lama-kelamaan batuk menjadi berlendir .
berdasarkan gejala klinik semua yang dialami anak sesuai dengan gejala yang ada
pada penyakit bronkopneumonia berdasarkan teori, yaitu didahului oleh infeksi
napas bagian atas, demam yang kontinu, sesak, dan batuk yang mula-mula kering
dan lama kelamaan menjadi produktif. Dan dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan adanya ronkhi basah di kedua lapangan paru, hal ini sesuai
berdasarkan patofisiologi terjadinya bronkopneumonia dimana fagositosis kuman
oleh makrofag alveolar, dan sistem pertahanan tubuh yang lebih spesifik lainnya.
Pada saat antigen menginfeksi dan sampai ke alveolar, akan terjadi proses
peradangan yang meliputi 4 stadium, dari 4 stadium tersebut akan menyebabkan
akumulasi infiltrat di alveolus yang akhirnya terdengar sebagai ronkhi (2,3,4).
10
Pada anak saat dirawat dibatasi pemberian minum karena ditakutkan akan
terjadi aspirasi kesaluran pernapasan yang nantinya akan membuat naka semakin
sesak. Menurut teori pada anak dengan distress pernapasan berat, pemberian
makanan per oral harus dihindari. Makanan dapat diberikan melalui NGT (naso
gastric tube) atau intravena, dan perlu dilakukan pemantauan cairan ketat agar
anak tidak overhidrasi, karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekrei
hormone antidiuretik (3,4).
11
DAFTAR PUSTAKA
12