Anda di halaman 1dari 8

Sabtu, 27 December 2015

LAPORAN INDIVIDU
MODUL KULIT
BINTIL DI WAJAH

Nama

: Gamar Abd.K Bajammal

No. Stambuk
Kelompok

: 13 777 023
: VI (ENAM)

Pembimbing : dr. Syahriani Syahrir, M.Kes. , Sp.KK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2015

ACNE VULGARIS
Definisi :
Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun
folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja
dan dapat sembuh sendiri. Defenisi lain akne vulgaris atau
disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun
dari apparatus pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada
wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat
membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang
kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian
tengahnya, atau membentuk pustul atau kista; penyebab tak
diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk
stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya
Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia
furfur, berperan dalam etiologi.

Klasifikasi Acne :
1. Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne
fulminan, pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya.
2. Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya
yaitu akne kosmetika, akne pomade, akne klor, akne
akibat kerja, dan akne diterjen.
3. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu
solar comedones dan akne radias

Epidemiologi :
Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit
ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul
secara fisiologis. Baru pada masa remajalah akne vulgaris
menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi pada
umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan

masa itu lesi yang pradominan adalah komedo dan papul dan
jarang terlihat lesi beradang.

Etiologi :
Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan
multifaktor, menurut Pindha (dalam Tumbuh Kembang Remaja
dan Permasalahannya 2004) faktorfaktor yang mempengaruhi
terjadinya akne adalah:
1. Faktor genetik. Faktor genetik memegang peranan penting
terhadap kemungkinan seseorang menderita akne.
Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat
pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang
tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang
tuanya tidak menderita akne.
2. Faktor ras. Warga Amerika berkulit putih lebih banyak
menderita akne dibandingkan dengan yang berkulit hitam
dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan
orang Jepang.
3. Hormonal. Hormonal dan kelebihan keringat semua
pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari jerawat
(Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis
seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada
wanita, 60- 70% akne yang diderita menjadi lebih parah
beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai
seminggu setelah menstruasi.
4. Diet. Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne
dengan asupan total kalori dan jenis makanan, walapun
beberapa penderita menyatakan akne bertambah parah
setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu
seperti coklat dan makanan berlemak.
5. Iklim. Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne.
Hidrasi pada stratum koreneum epidermis dapat
merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang
berlebihan dapat memperburuk akne.
6. Lingkungan. Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya
lebih berat di daerah industri dan pertambangan
dibandingkan dengan di pedesaan.

7. Stres. Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada


penderita stres emosional akibat peningkatan hormon.

Patogenesis :
Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak
sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan oleh sebum
berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan
peradangan. Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic
juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat. Perubahan
patogenik pertama dalam akne adalah
Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel
Mengakibatkan pengaruh pada sel berkeratin di dalam
lumen
Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea
Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel
Radang

Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar


dan multilobus yang mengeluarkan produknya ke dalam
saluran folikel. Lesi permukaan akne adalah komedo, yang
merupakan kantong folikel yang berdilatasi berisi materi
keratinosa berlapis, lipid dan bakteri. Komedo sendiri terdiri
atas dua jenis yaitu:
1. Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki
orifisium pilosebasea patulosa yang member gambaran

sumbatan. Komedo terbuka lebih jarang mengalami


radang.
2. Komedo tertutup atau kepala putih. Papula radang atau
nodula tumbuh dari komedo yang telah rupture dan
mengeluarkan isi folikel ke dermis bawahnya, menginduksi
radang neutrofilik. Jika reaksi radang mendekati
permukaan, timbul papula dan pustule, jika infiltrat radang
terjadi pada dermis lebih dalam, terbentuk nodula.
Supurasi dan reaksi sel raksasa yang kadang-kadang
terjadi pada keratin dan rambut di sebabkan oleh lesi
nodulokistik. Nodulokistik bukan merupakan kista yang
sesungguhnya tetapi massa puing-puing radang yang
mencair.

Gejala Klinis :
Akne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi :
komedo terbuka dan tertutup, papula, pustula dan lesi
nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi;
bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal
usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah
wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah
deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo
tertutup sering disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak
rambut (akne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada
laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan
hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik berlubang,
atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung
keparahan, kedalaman dan kronisitas proses. Akne dapat
disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah
keluhan estetika.
Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa
papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum,
bila berawarna hitam mengandung unsure melanin disebut
komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open
comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih

dalam sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut


komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close
comedo). Gradasi yang menunjukkan berat ringannya akne
diperlukan untuk pengobatan. Ada berbagai pola pembagian
gradasi akne yang dikemukakan, yaitu :
1. Ringan, bila beberapa lesi tak beradang pada satu
predileksi, sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat
predileksi, sedikit lesi beradang pada satu predileksi.
2. Sedang, bila banyak lesi tak beradang pada satu
predileksi, beberapa lesi tak beradang lebih dari satu
predileksi, beberapa lesi beradang pada satu predileksi,
sedikit lesi beradang pada lebih dari satu predileksi.
3. Berat, bila banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu
predileksi, banyak lebih beradang pada satu atau lebih
predileksi.

Penatalaksanaan :
Pengobatan Akne Vulgaris dapat dilakukan dengan cara
memberikan obat-obatan topikal, obat sistemik, bedah kulit
atau kombinasi cara-cara tersebut.
1. Pengobatan topikal. Pengobatan topikal dilakukan untuk
mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan,
dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri
atas:
a) bahan iritan yang dapat mengelupas kulit :
(peeling), misalnya sulfur (4 8%),
resorsinol (1 5%),
asam salisilat (2 5%),
peroksida benzoil (2,5 10%),
asam vitamin A (0,025 0,1%),
asam azeleat (15 20%)
asam alfa hidroksi [AHA] (asam glikolat 3 8%).
b) antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah
mikroba dalam folikel akne vulgaris :
oksitetrasiklin (1%),

c) anti

eritromisisn (1%),
klindamisin fosfat (1%)
peradangan topical :
Hidrokortison 1 2,5%, s
untikan intralesi triamsinolon asetonid 10 mg/cc
untuk lesi nodulo-kistik
d) dan lainnya seperti atil laktat 10% yang untuk
menghambat pertumbuhan jasad renik.
2. Pengobatan sistemik. Pengobatan sistemik ditujukan
terutama untuk menekan pertumbuhan jasad renik di
samping juga mengurangi reaksi radang, menekan
produksi sebum, dan mempengaruhi perkembangan
hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas:
a) anti bakteri sistemik :
Tetrasiklin
250 mg 1,0 mg/hari
Eritromisin 4 x 250 mg/hari
Doksisiklin 50 mg/hari
b) obat hormonal untuk menekan produksi androgen
dan secara kompetitif menduduki reseptor organ
target di kelenjar sebasea :
estrogen (50 mg/hari selama 21 hari dalam
sebulan) atau antiandrogen siproteron
c) vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi :
(50.000 ui 150.000 ui/hari).
d) anti inflamasi non steroid.
3. Bedah kulit. Tindakan bedah kulit kadang-kadang
diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan parut
akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering
menimbulkan jaringan parut.

Pencegahan :
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
jerawat adalah sebagai berikut:

1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum


dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat serta
melakukan perawatan kulit untuk membersihkan
permukaan kulit dari kotoran.
2. Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup
teratur dan sehat, cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh,
hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya;
menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman
keras, pedas, rokok, dan sebagainya.
3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita
mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan cara
maupun lama pengobatannya serta prognosisnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.aad.org%2Ffile%2520library
%2Fglobal%2520navigation%2Feducation
%2520and%2520quality%2520care
%2Fguidelines-acnevulgaris.pdf&usg=AFQjCNH2kbTY1ZYbmybbF1
ILwEYl4nWqaA&sig2=3sFZj1LX_LP9V4FXxaO_6
Q
2. https://www. kalbemed.com%2FPortals
%2F6%2F203_CME-Acne
%2520Vulgaris.pdf&usg=AFQjCNETYcDocl9cj6
SqvxM1nqhXN2DKtg&sig2=RmU2KGeskwO1hT
KslACNGQ

Anda mungkin juga menyukai