Anda di halaman 1dari 37

AKNE, ERUPSI AKNEIFORMIS,

ROSASEA, RINOFIMA
Nur Anisah Syafitri Setiawan
20090310151

Pengertian
Akne adalah peradangan kronis dari unit

pilosebasea yang disertai dengan


penimbunan dan pemadatan bahan keratin
ditandai adanya komedo, papul, pustul,
nodul, dan kista dengan predileksi wajah,
dada, leher, punggung pada usia pubertas
(17-25 tahun).

Klasifikasi
A. AKNE VULGARIS DAN VARIETASNYA

Akne tropikalis
Akne fulminan
Pioderma fasiale
Akne mekanika
B. AKNE VENETATA AKIBAT KONTAKTAN EKSTERNAL
Akne kosmetika
Pomade acne
Akne klor
Akne akibat kerja
Akne deterjen

C. AKNE KOMEDONAL AKIBAT AGEN FISIK

Solar comedones
Akne radiasi (sinar x, kobalt)

Akne Vulgaris
Akne vulgaris adalah peradangan kronis

dari unit pilosebasea yang disertai


penimbunan dan pemadatan bahan keratin
ditandai adanya komedo, pustul, papul,
nodul, kista, dengan predileksi wajah, dada,
leher, punggung, pada usia pubertas (1725 tahun).

Etiologi
1. Sebum : merupakan faktor utama

penyebab timbulnya akne. Akne yang


keras selalu disertai pengeluaran sebore
yang banyak.
2. Bakteria : mikrobakteria yang terlibat
adalah Corynebacterium acnes,
Staphylococcus epidermidis, dan
Pityrosporum ovale.
3. Herediter : sangat berpengaruh pada
besar dan aktivitas kelenjar palit.
4. Hormon : hormon androgen, memiliki
peran penting karena kelenjar palit sangat
sensitif dengan hormon ini.

5. Diet : diet sedikit atau banyak tidak terlalu


6.

7.

8.

9.

memegang peranan penting terjadinya akne.


Iklim : di daerah yang memiliki 4 musim, biasanya
akne akan bertambah hebat pada musim dingin,
sebaliknya kebanyakan membaik pada musim
panas.
Psikis : pada beberapa penderita stress dan
gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi
akne. Mekanisme pasti belum diketahui.
Kosmetika : pemakaian bahan-bahan kosmetika
tertentu secara terus menerus dalam waktu lama,
dapat menyebabkan akne ringan terutama terdiri
dari komedo tertutup dengan beberapa lesi
papulopustular pada pipi dan dagu.
Bahan-bahan kimia : yodida, kortikosteroid, INH,
obat anti konvulsi dapat menyebabkan erupsi
yang mirip dengan akne.

Patogenesis
1. Peningkatan produksi sebum dikarenakan

peningkatan hormon androgen.


2. Kolonisasi kuman corinae bacterium acne
3. Terjadi perubahan biokimia, perubahan
susunan lemak permukaan kulit
(trigliserid dirubah menjadi asam lemak
bebas) oleh enzim yang dihasilkan
corinae bacterium acne (hidrolisis).
4. Penyempitan karena hipertrofi dan
pemadatan bahan keratin yang akhirnya
menyebabkan penyumbatan.

Gejala klinis
Predileksi : muka, bahu, dada bagian atas, dan

punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misal leher,


lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena.
Erupsi kulit polimorfi dengan gejala predominan
salah satunya komedo, papul yang tidak meradang
dan pustul, nodul dan kista yang meradang. Dapat
disertai rasa gatal namun umumnya keluhan
penderita adalah kosmetik.
Komedo adalah gejala patognomonis bagi akne
berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung
sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat
mengandung unsur melanin disebut komedo hitam
atau komedo terbuka (black comedo/open comedo).

Bila berwarna putih karena letaknya lebih

dalam sehingga tidak mengandung unsur


melanin disebut sebagai komedo putih atau
komedo tertutup (white comedo/ close
comedo).

Gradasi
Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit

diperlukan bagi pemilihan pengobatan.


1. Ringan, bila : beberapa lesi tidak meradang pada 1
predileksi, sedikit lesi tidak meradang pada beberapa
tempat predileksi, sedikit lesi beradang pada 1
predileksi.
2. Sedang, bila : banyak lesi tidak meradang pada 1
predileksi, beberapa lesi tidak meradang pada lebih
dari 1 predileksi, beberapa lesi meradang pada 1
predileksi, sedikit lesi meradang pada lebih dari 1
predileksi.
3. Berat, bila : banyak lesi tidak meradang pada lebih dari
1 predileksi, banyak lesi meradang pada 1 atau lebih
predileksi.

Catatan :
Sedikit <5
Beberapa 5-10
Banyak >10
Tidak meradang : komedo putih, komedo
hitam, papul
Meradang : papul, nodul, kista

Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan berdasarkan dasar

klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu


pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo
ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat
folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau
massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang
berwarna hitam.
Histopatologis : gambaran tidak spesifik berupa
serbukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea
dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista
radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat
pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan
darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.

Diagnosa banding
1. Erupsi akneiformis yang disebabkan

induksi obat misal kortikosteroid, INH,


barbiturat, bromida, yodida, difenil
hidantoin, trimetadion, ACTH, dll. Klinis
berupa erupsi papulo pustulosa
mendadak tanpa adanya komedo di
hampir seluruh bagian tubuh. Dapat
disertai demam dan dapat terjadi pada
semua usia.
2. Akne venetata dan akne akibat
rangsangan fisik. Umumnya lesi
monomorfik, tidak gatal, bisa berupa
komedo atau papul, dengan tempat

3. Rosasea, merupakan penyakit

peradangan kronik di daerah muka


dengan gejala eritema, pustul,
telangektasia, dan kadang-kadang
disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak
terdapat komedo kecuali bila kombinasi
dengan akne.
4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama
pada wanita dengan gejalan klinis
polimorfi eritema, papul, pustul, di sekitar
mulut yang terasa gatal.

Penatalaksanaan
Comedonal : menggunakan bahan-bahan

eksfolian/peeling (lotio kumerfeldi/ asam vitamin A).


Papulo pustulosa
ringan sedang : anti acne (benzoil piroksida) +
antibiotik topikal (oksi tetrasiklin, eritromisin,
klindamisin fosfat).
berat : anti acne + antibiotik topikal + antibiotik
sistemik (tetrasiklin 250mg-1g/hari, doksisiklin
50mg/hari, eritromisin 4x250 mg/hari, azitromisin
250-500 mg seminggu 3x).
Nodul kistik : anti acne + antibiotika topikal +
antibiotika sistemik + anti inflamasi

Bedah kulit
Tindakan bedah kulit kadang-kadang

diperlukan untuk memperbaiki jaringan


parut akibat akne vulgaris meradang yang
berat yang sering menimbulkan jaringan
parut, baik yang hipertrofik maupun
hipotrofik. Jenis bedan kulit yang dipilih
disesuaikan dengan macam dan kondisi
jaringan parut yang terjadi. Tindakan
dilakukan setelah akne vulgaris sembuh.

Erupsi akneiformis
Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit

yang menyerupai akne, berupa reaksi


peradangan folikular dengan manifestasi
klinis papulopustular.
Etiologi belum jelas. Induksi obat secara
sistemik dipercaya sebagai faktor
penyebab yang paling utama, misalnya
kortikosteroid, ACTH, INH, yodida, dan
bromida.
Erupsi akneiformis adalah reaksi kulit
berupa peradangan folikular akibat adanya
iritasi epitel duktus pilosebaseus yang
terjadi karena ekskresi substansi penyebab

Gejala klinis
Berbeda dengan akne, erupsi akneiformis

timbul secara akut atau subakut dan


tempat terjadinya tidak di tempat
predileksi akne saja, namun di seluruh
bagian tubuh yang mempunyai folikel
pilosebasea.
Manifestasi klinis berupa papul dan pustul,
monomorfik, atau oligomorfik, pada
mulanya tanpa komedo. Komedo dapat
terjadi sekunder kemudian setelah sistem
sebum ikut terganggu. Dapat disertai
demam, malaise, dan umumnya tidak
terasa gatal. Umur penderita dari remaja

Diagnosis banding
1. Akne venetata : erupsi setempat pada lokasi kontak

dengan zat kimia yang digunakan, terjadi subkronis,


umumnya monomorf berupa komedo dan papul,
tidak gatal.
2. Akne vulgaris : umumnya terjadi pada remaja,
berlangsung kronis, predileksi di seboroik, polimorfik,
terdiri atas komedo, papul, pustul, nodul, dan kista,
serta jaringan parut hipotrofi dan hipertrofi. Umumnya
tidak gatal.
3. Dermatitis akibat obat, erupsi polimorfik akut setelah
mendapat obat sistemik, disertai rasa gatal.
4. Folikulitis. Pioderma pada folikel rambut, setempat,
berupa pustul folikular, terasa agak nyeri dan dapat
disertai gejala infeksi kokus, dapat disertai demam
dan malaise.

Penatalaksanaan
Penghentian komsumsi obat yang dipakai

dapat menghentikan bertambahnya erupsi


dan secara perlahan akan menghilangkan
erupsi yang ada.
Pengobatan topikal dengan obat yang
bersifat iritan, misal sulfur, resorsinol atau
asam vitamin A mempercepat
menghilangkan erupsi kulit.
Pemberian obat anti akne sistemik sesuai
dengan beratnya penyakit memberikan
hasil yang cukup baik.

Rosasea
Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada

daerah sentral wajah (yang


menonjol/cembung) yang ditandai dengan
kemerahan pada kulit dan telangektasi
disertai episode peradangan yang
memunculkan erupsi papul, pustul, dan
edema.
Etiologi rosasea tidak diketahui. Ada
berbagai hipotesis faktor penyebab
(makanan, psikis, obat-obatan, infeksi,
musim, imunologi, dll).
Rosasea sering diderita pada umur 30-40an
dapat pula pada remaja maupun orang tua.

Gejala klinis
Predileksi adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi,

dagu, kening, dan alis. Kadang-kadang meluas ke leher


bahkan pergelangan tangan atau kaki. Lesi umumnya
simetris.
Gejala utama : eritema, telangektasia, papul, edema,
dan pustul. Komedo tidak ditemukan dan bila ada
mungkin kombinasi dengan akne (komedo solaris, akne
kosmetika). Adanya eritema dan telangiektasia adalah
persisten pada setiap episode dan merupakan gejala
khas rosasea. Papul kemerahan pada rosasea tidak
nyeri, berbeda dengan akne vulgaris dan hemisferikal.
Pustul hanya ditemukan pada 20% penderita, sedang
edema dapat menghilang atau menetap antara episode
rosasea.

Stadium I : dimulai dengan timbulnya

eritema tanpa sebab atau akibat sengatan


matahari. Eritema ini menetap lalu diikuti
timbulnya beberapa telangektasia.
Stadium II : diselingi episode akut yang
menyebabkan timbulnya papul, pustul dan
edema, terjadilan eritema persisten dan
banyak telangektasia, papul dan pustul.
Stadium III : terlihat eritema persisten yang
dalam, banyak telangektasia, papul, pustul,
nodus, dan edema. Komplikasi rinofima
atau peradangan okuler merupakan hal
yang terjadi kemudian.

Diagnosis banding
1. Akne vulgaris : terjadi pada umur remaja, kulit

seboroik, klinis komedo, papul, pustul, nodus, kista.


Tempat predileksi muka, leher, bahu, dada, dan
punggung bagian atas, tidak ada telangektasia.
2. Dermatitis seboroik : terdapat sebore, skuama
berminyak, dan agak gatal. Tempat predileksi
retroaurikular, alis mata, sulkus nasolabial.
3. Dermatitis perioral : terjadi pada wanita muda,
tempat predileksi sekitar mulut dan dagu, polimorfi
tanpa telangektasia dan keluhan gatal.
4. Lupus eritematosus : meskipun SLE dapat
menstimulasi terjadinya rosasea, namun klinis
terlihat eritema dan atrofi pada pipi dan hidung
dengan batas tegas dan berbentuk kupu-kupu.

Penatalakasanaan
Topikal
a. Tetrasiklin, klindamisin, eritromisin dalam
salep 0,5-2,0%. Eritromisin lebih baik
hasilnya dibanding lainnya.
b. Metronidazol 0,75% gel atau krim 2%
efektif untuk lesi papul dan pustul.
c. Imidasol sendiri atau dengan ketokonazol
atau sulfur 2-5% dapat dicoba.
d. Isotretinoin krim 0,2% juga bermanfaat.

Sistemik :
a. Tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin,
minosiklin dengan dosis sama dengan
dosis akne vulgaris beradang memberikan
hasil yang baik karena efek antimikroba
dan anti inflamasinya. Dosis kemudian
diturunkan bila lesi membaik.
b. Isotretinoin (13 cis retinoat) 0,5-1,0/kgBB
sehari dapat digunakan kecuali bila ada
rosasea pada mata. Penggunaannya
harus diamati secara ketat.
c. Metronidazol 2x500 mg/hari efektif baik
stadium awal maupun lanjut.

Lainnya :
a. Sunblock dengan SPF 15 atau lebih
dianjurkan dipakai penderita untuk
menahan sinar UVA dan UVB.
b. Masase fasial dahulu dianjurkan
dilakukan, hanya hasilnya tidak jelas.
c. Diet rokok, alkohol, kopi, pedas dapat
dilakukan untuk mengurangi rangsangan
eritem.
d. Bedah kulit; skalpel atau dermabrasi
untuk rinofima dan bedah listrik untuk
telangektasia.

Rinofima
Rinofima adalah pembesaran hidung tak

teratur yang terjadi bertahun-tahun


sebagai akibat pengingkatan progresif
jaringan ikat, hiperplasi kelenjar sebasea,
ektasia vena, dan inflamasi kronik yang
dalam.
Etiologi : rinofima dapat menyertai rosasea
stadium III, sehingga dianggap sebagai
komplikasi rosasea.

Gejala klinis
Rinofima lebih sering terjadi pada pria usia

40-50 tahun dengan kulit yang sebore.


Predileksi : pertama di ujung hidung yang
kemudian melebar ke sekitarnya, ala nasi,
dan kolumela. Daerah para nasal, ujung
dagu, dan cuping telinga juga dapat
terkena.
Warna kulit yang terkena bervariasi dari
normal sampai merah gelap. Kadangkadang tercium bau tak enak akibat
keluarnya massa debris keratin dari lubang
folikel yang membesar.

Ada 4 tipe penyakit :


Bentuk glandular yang terjadi akibat
hiperplasi kelenjar sebasea lebih dominan
Bentuk fibrosa akibat hiperplasi jaringan
konektif
Bentuk fibroangioma akibat hiperplasi
jaringan ikat dan pelebaran pembuluh
darah
Bentuk aktinik akibat massa nodular
jaringan elastik
Akibat hiperplasi yang hebat ini hidung
terlihat besar seperti bola lampu,
berbenjol-benjol dan kadang-kadang
membentuk tungkai.

Histopatologis
Hiperplasia epitel epidermal. Folikel

sebasea, dan jaringan ikat disertai


pelebaran pembuluh darah kulit yang
masif. Serbukan sel radang menahun
tersebar di sekitar folikel dan kelenjar
sebasea.
Diagnosis banding :
1. Karsinoma sel basal
2. Adenoma sebasea

Penatalaksanaan
Pilihan pengobatana adalah bedah kulit,

baik bedah skalpel, bedah listrik, atau


dermabrasi.

Anda mungkin juga menyukai