Pribadi Muslim
Kondisi kesadaran
Komposmentis berarti kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari
panca indera (aware atau awas) dan bereaksi secara optimal terhadap
seluruh rangsangan baik dari luar maupun dari dalam (arousal atau
waspada), atau dalam keadaan awas dan waspada.
Somnolen atau drowsiness atau clouding of consiousness, berarti
mengantuk, mata tampak cenderung menutup, masih dapat dibangunkan
dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walaupun sedikit
bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitar menurun.
Stupor atau sopor lebih rendah daripada somnolen. Mata tertutup,
dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau
bersuara satu-dua kata. Motorik hanya berupa gerakan mengelak tehadap
rangsang nyeri.
Koma merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah. Dengan
rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka
mata, bicara, maupun reaksi motorik.
Definisi
Koma : Keadaan tidak sadar, di mana pasien
tidak bisa dibangunkan / kesadaran yang
paling rendah. Dengan rangsang apapun
tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal
membuka mata, bicara, maupun reaksi
motorik (unarousable unresponsiveness)
penyebab
Patofisiologi
Kesadaran interaksi kontinu antara fungsi korteks serebri
(Ingatan, berbahasa dan kepintaran (kualitas)), dengan
ascending reticular activating system (ARAS) (kuantitas)
ARAS terletak dipertengahan atas PONS.
ARAS menerima serabut-serabut saraf kolateral dari jarasjaras sensoris melalui thalamic relay nuclei dipancarkan
secara difus ke kedua korteks serebri.
ARAS bertindak sebagai suatu off-on switch, untuk menjaga
korteks serebri tetap sadar (awake). Maka apapun yang
dapat mengganggu interaksi ini, apakah lesi supratentorial,
subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan
menurunnya kesadaran
Koma supratentorial
1. Lesi struktural supratentorial (hemisfer).
Karena ada massa di dalam cranium diikuti
dengan edema sekitarnya misalnya tumor
otak, abses dan hematom mengakibatkan
penekanan dan sekitar:
2. Pada koma ini terjadi
1. Hemiasi girus singuli,
2. Hemiasi transtentorial sentral,
3. Herniasi unkus.
2.Herniasi
transtentorial/sentral
Hemiasi transtentorial atau
sentral adalah hasil akhir
dari proses desak ruang
retrokaudal dari kedua
hemisfer serebri dan
nukleus basalis; secara
berurutan mereka
menekan diensefalon,
mesensefalon, pons dan
medula oblongata melalui
celah tentorium.
Koma infratentorial
Ada dua macam lesi infratentorial yang menyebabkan koma.
1) Proses di dalam batang otak sendiri yang merusak ARAS atau/serta
merusak pembuluh darah yang mendarahinya dengan akibat iskemi,
perdarahan dan nekrosis. Misalnya pads stroke, tumor, cedera
kepala dan sebagainya.
2) Proses di luar batang otak yang menekan ARAS.
a. Langsung menekan pons.
b. Hemiasi ke atas dari serebelum dan mesensefalon melaluicelah
tentorium dan menekan tegmentum mesensefalon.
c. Herniasi ke bawah dari serebelum melalui foramen magnum dan
menekan medula oblongata. Dapat disebabkan oleh tumor
serebelum, perdarahan serebelum dan sebagainya.
Koma metabolik
Proses metabolik melibatkan batang otak dan kedua hemisfer
serebri. Koma disebabkan kegagalan difus dari metabolisme sel
saraf.
1) Ensefalopati metabolik primer.
Penyakitdegenerasi serebri yang menyebabkan terganggunya
metabolisme sel saraf dan glia. Misalnya penyakit Alzheimer.
2) Ensefalopati metabolik sekunder.
Koma terjadi bila penyakit ekstraserebral melibatkan metabolisme
otak, yang mengakibatkan kekurangan nutrisi, gangguan
keseimbangan elektrolit ataupun keracunan
*Pada koma metabolik ini biasanya ditandai gangguan sistim
motorik simetris dan tetap utuhnya refleks pupil (kecuali pasien
mempergunakan glutethimide atau atropin), juga utuhnya gerakangerakan ekstraokuler (kecuali pasien mempergunakan barbiturat).
Pemeriksaan fisik
dengan atau tana anamnesis, koma bisa ditegakkan melalui
emeriksaan fisik:
a. Tanda vital : hipertensi berat dapat disebabkan oleh lesi
intrakranial dengan peningkatan TIK atau ensefalopati karena
hipertensi.
b. Kulit : Tanda trauma, neddle track, rash, cherry redness (
keracunan CO), atau kuning
c. Nafas : bau alkohol, aseton, atau fetor hepaticus dapat menjadi
petunjuk
d. Kepala : tanda fraktur, hematoma, dan laserasi
e. THT : otorea atau rhinorea CSF, hemotimpanum terjadi karena
robeknya duramater pada fraktur tengkorak, tanda gigitan pada
lidah menandakan serangan kejang.
f. Leher (jangan manipulasi bila ada kecurigaan fraktur dari
cervival spine) : kekakuan disebabkan oleh meningitis atau
perdarahan subarakhnoid.
g. Pemeriksaan neurologis : untuk menentukan dalamnya koma dan
lokalisasi dari penyebab koma.
Pemeriksaan neurologis
1. Observasi, posisi tidur : alamiah atau posisi
tertentu.
Menguap, menelan, berarti batang otak masih
utuh.
Mata terbuka dan rahang tergantung (mulut
terbuka) berarti gangguan kesadaran berat.
3. Pola pemafasan.
a. Cheyne-Stokes dan central hyperventilation
dapat dilihat pada gangguan metabolik dan
lesi struktural di beraneka ragam tempat di
otak dan tidak dapat menunjukkan tingkat
anatomi lesi yang menyebabkan koma
5. Funduskopi.
Papil edema menandakan peninggian tekanan
intrakranial. Perdarahan subhyaloid, biasanya
menandakan rupture aneurisma atau
malformasi arteriovena
6. Pupil.
Perhatikan Besar, Bentuk dan refleks cahaya direk dan indirek.
a) Midposition (3--5 mm) dan refleks cahaya negatif -kerusakan mesensefalon (pusat refleks pupil di mesensefalon).
b) Refleks pupil normal, refleks kornea dan gerakan bola mata
tidak ada -- koma metabolik dan obat-obatan seperti
barbiturat.
c) Dilatasi pupil unilateral dan refleks cahaya negatif
menandakan penekanan n.I1I oleh hernia unkus lobus
temporalis serebri. Kedua pupil dilatasi dan refleks cahaya
negatif bisa juga oleh anoksi, keracunan atropin dan
glutethimide.
d) Pupil kecil dan refleks cahaya positif disebabkan kerusakan
pons seperti infark atau perdarahan. Opiat dan pilokarpin. Bila
dengan rangsang nyeri pada kuduk pupil berdilatasi, berarti
bagian bawah batang otak masih utuh.
Cont.
Deviasi mata kearah bawah menandakan suatu lesi di tectum dari
midbrain, disertai dengan gangguan reaktifitas pupil dan nistagmus
refrakter dikenal sebagai sindroma parinoud
Slow roving eye movement yang dapat konjugasi atau diskonjugae
tidak menunjukkan lokalisasi lesi yang berarti, berhubungan dengan
disfungsi hemisfer bilateral dan aktifnya refleks okulosefalik
Occular bobbing, yaitu terdapat reaksi cepat dari pergerakan bola
mata ke arah bawah yang kembali ke posisi semula dengan lambat
menunjukkan kerusakan bilateral dari pusat gaze horisontal pada
pons.
Saccadic eye movement tidak terlihat pada pasien koma dan
menunjukkan suatu psikogenik unresponsive.
KEADAAN-KEADAAN PSEUDOCOMA
1. Psychogenic unresponsiveness.
Pasien kelihatannya tidak ada reaksi, tapi pada pemeriksaan saraf
tidak dijumpai kelainan.
2. The locked-in syndrome.
Lesi di basis pons akibat infark batang otak yang memutus jaras
kortikobulbar dan kortikospinal, tapi jaras yang mengatur kedip
mata dan gerakan bola mata vertikal, juga ARAS tetap utuh. Pasien
sanggup berkomunikasi dengan kedipan mata(awake dan alert).
3. Persistent vegetative state.
Koma akibat hipoksifiskemi/lesi struktural, setelah 24 minggu
kembali wakeful tapi tidak aware. Membuka mata spontan. EEG
kembali normal, batang otak dan otonom berfungsi normal.
Keadaan ini dapat menetap bertahun-tahun.
Ciri-ciri diagnostik
Koma metabolik :
- Refleks pupil dan gerakan bola mata baik.
- Pernafasan depressed atau Cheyne-Stokes.
- Anggota gerak hipotonus/refleks simetris.
Herniasi :
- Hemiparesis dan papil edema.
- Bertahap hilangnya fungsi n.III atau ada ciri-ciri
kerusakan batang otak.
Lesi (lokal) batang otak :
- Gangguan pergerakan bola mata dan tetraplegia sejak
permulaan.
Pemeriksaan Penunjang
1. CT atau MRI scan Kepala : pemberian kontras diberikan
apabila kita curigai terdapat tumor atau abses. Dan
mintakan print out dari bone window pada kejadian trauma
kepala
2. Punksi Lumbal : dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, encephalitis, atau perdarahan
subarachnoid bila diagnosis tidak dapat ditegakkan melalui
CT atau MRI kepala.
3. EEG : bisa saja diperlukan pada kasus serangan epileptik
tanpa status kejang, keadaan post ictal, koma metabolik
bila diagnosis tidak ditegakkan melalui pemeriksaan CT dan
LP.
Terapi Umum
1. Proteksi jalan nafas : adekuat oksigenasi dan ventilasi
2. Hidrasi intravena : gunakan normal saline pada pasien
dengan edema serebri atau peningkatan TIK
3. Nutrisi : lakukan pemberian asupan nutrisi via enteral
dengan nasoduodenal tube, hindari penggunaan naso
gastrik tube karena adanya ancaman aspirasi dan
refluks
4. Kulit : hindari dekubitus dengan miring kanan dan kiri
tiap 1 hingga 2 jam, dan gunakan matras yang dapat
dikembangkan dengan angin dan pelindung tumit
5. Mata : hindari abrasi kornea dengan penggunaan
lubrikan atau tutup mata dengan plester
Prognosis
Prognosis pasien tergantung dari penyebab utama penyakit
dibanding dari dalamnya suatu koma. Koma yang disebabkan
karena metabolik dan intoksikasi obat lebih baik prognosisnya
dibanding koma yang disebabkan oleh kelainan struktur
intrakranial.
koma yang dalam selama beberapa jam susah ditentukan
prognosisnya.
Jika penyebabnya adalah cedera kepala, bisa terjadi penyembuhan,
bahkan jika koma berlangsung selama beberapa minggu (tetapi
tidak lebih dari 3 bulan).
Penyembuhan total setelah mengalami koma selama 1 bulan
karena jantung berhenti atau karena kekurangan oksigen, jarang
terjadi.
kekurangan oksigen atau kerusakan otak yang berat, penderita bisa
masuk ke dalam status vegetatif.