Anda di halaman 1dari 9

1.

DEFINISI
Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan ini dapat ditemukan
sebagai bagian dari suatu proses sistemik atau merupakan suatu proses tunggal pada labirin
saja.
Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intra temporal dari radang telinga
tengah. Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba vertigo, muntah dan hilangnya
pendengaran harus waspada terhadap timbulnya labirinitis supuratif.
2. EPIDEMIOLOGI
Labirinitis lebih sering terjadi setelah infeksi telinga tengah, meningitis, atau infeksi
saluran pernapasan atas. Hal ini dianggap lebih umum pada wanita dari pada laki-laki.
Labirinitis biasanya terkena pada usia 30-60 tahun dan jarang ditemukan pada anak-anak.
3. ETIOLOGI
Infeksi labirin disebabkan oleh bakteri atau virus yang merupakan hasil penjalaran
langsung infeksi ditelinga tengah pada otitis media akut atau kronik. Labirinitis juga dapat
terjadi dari sekunder dari meningitis atau abses subdura.
Bakteri dan virus yang sering mengenai Pada labirinitis akut (serous) mikroorganisme
penyebab S. Pneumoni Streptokokus dan Hemofilus influenza. Pada labirinitis kronik
mikroorganisme

penyebab biasanya disebabkan campuran dari basil gram negatif,

Pseudomonas, Proteus dan E.coli. Virus citomegalo, virus campak, mumps dan rubella
(measles, mumps, rubella = MMR), virus herpes, influenza dan HIV merupakan patogen
penyebab pada labirinitis viral.
4. PATOGENISIS
Labirinitis merupakan perluasan infeksi dari rongga telinga tengah melalui fistula
tulang labirin oleh kolesteatom atau melalui foramen rotundum dan foramen ovale. Foramen
rotundum letaknya lebih dalam dari foramen ovale, hal tersebut memungkinkan terjadinya
statis sekret yang terinfeksi pada celah foramen rotundumdibawah promontorium sehingga
memungkinkan penerobosan kuman atau toksin kelabirin. Fistel bisa ada ataupun tidak.

Erosi menembus kapsul tulang labirin dari suatu infeksi telinga tengah biasanya
disebabkan kolesteatom yang mengerosi bagian luar kanalis semisirkularis. Biasanya akan
terjadi suatu fistel dengan gejala dan tanda-tanda karakteristik suatu labirinitis sirkumskripta.
Bila infeksi disetiap bagian labirin pars vestibularis ataupun pars koklearis membentuk
kapsul sebelum terjadinya labirinitis generalisata, maka akan terjadi labirinitis sirkumskripta,
dengan ataupun tanpa fistel.
5. KLASIFIKASI
Labirinitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Labirinitis bakteri (supuratif)
mungkin terjadi sebagai perluasan infeksi dari rongga telinga tengah melalui fistula tulang
labirin oleh kolesteatom atau melalui foramen rotundum dan foramen ovale tapi dapat juga
timbul

sebagai

perluasan

infeksi

dari

meningitis

bakteri

melalui

cairan

yang

menghubungkanruang subaraknoid dengan ruang perilimf dikoklea, melalui akuaduktus


koklearis ataumelalui daerah kribrosa pada dasar modioluskoklea.
Schuknecht (1974) membagi labirinitis bakteri atas 4 stadium:
1. Labirinitis akut atau toksik (serous) yang terjadi sebagai akibat perubahan kimia didalam
ruang perilimf yang disebabkan oleh proses toksik atau proses supuratif yang menembus
membran barier labirin sepertimelalui membran rotundum tanpa invasi bakteri.
2. Labirinitis akut supuratif terjadi sebagai akibat invasi bakteri dalam ruang perilimf disertai
respon tubuh dengan adanya sel-sel radang. Pada keadaan ini kerusakan fungsi
pendengaran dan fungsi keseimbangan irreversible.
3. Labirinitis kronik supuratif yaitu terlibatnya labirin oleh bakteri dengan respons inflamasi
jaringan sudah dalam waktu yang lama. Keadaan ini biasanya merupakan suatu
komplikasi dari penyakit telinga tengah kronis dan penyakit mastoid.
4. Labirinitis fibroseus yaitu suatu respons fibroseus di mana terkontrolnya proses inflamasi
pada labirin dengan terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari ruangan labirin
dengan terbentuknya kalsifikasi dan osteogenesis. Stadium ini disebut juga stadium
penyembuhan.
Labirinitis secara klinis terdiri dari 3 subtipe, yaitu:
1. Labirinitis sirkumskipta
Merupakan infeksi atau inflamasi suatu bagian dari labirin, biasanya lengan luar
kanalis lateralis. Labirinitis sirkumskripta ini biasanya disebabkan oleh kolesteatom yang
telah mengerosi kanalis lateralis dan membentuk fistel. Stadium akur labirinitis sirkumskripta
berlangsung kira-kira seminggu, dimulai dengan serangan sempoyongan kadang-kadang

disertai dengan nausea berulang yang memberat dengan gerakan badan dan kepala. Selama
serangan akan terjadi nistagmus spontan ke arah sisi yang sakit. Suhu tubuh dan pendengaran
masih normal.
2. Labirinitis difus serosa
Merupakan sekunder dari labirinitis sirkumskripta, atau dapat terjadi primer pada
otitis media akut dengan masuknya toksin atau bakteri melalui foramen rotundum atau
foramen ovale ataupun melalui erosi tulang labirin. Erosi tersebut mencapai edosteatom
melalui saluran darah yang disebut labirinitis serosa difusa ikutan, menurut Alexander dan
Rudin seringkali terjadi setelah operasi mastoid, terutama bila sebelumnya pasien sudah
menderita peri atau para labirinitis sirkumskripta. Gejala penyakit timbul pada hari pertama
sampai hari kelima sesudah operasi. Gejala dan tanda serangan seperti vertigo spontan dan
rotasi, nistagmus, biasanya ke arah sisi yang sakit kadang-kadang mual dan muntah, ataksia,
dan permulaan dari tuli saraf. Gejala ini timbul mendadak bila labirinitis tipe ikutan.
3. Labirinitis Supuritif

Labirinitis Supuratif Akut


Labirinitis supuratif akut ditandai dengan tuli total ditelinga yang sakit disertai dengan
vertigo yang berat, mual,muntah, ataksia, dan nistagmus spontan kearah sisi sehat.
Suhu tubuh normal, dan tidak ada nyeri. Labirinitis ini merupakan lanjutan dari tipe

sirkumskripta stsu dapat berkembang dari labirinitis serosa ikutan.


Labirinitis Supuratif Kronik
Labirinitis supuratif kronik atau laten dimulai pada saat atau segera sesudah gejala
vestibular akut mereda. Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah onset periode akut.
Gejala yang timbul seperti mual, muntah, vertigo, dan ataksia dapat berat sekali bila
onsetnya cepat. Pada bentuk yang perkembangannya lebih lambat gejala dapat lebih
ringan.

6. GEJALA DAN TANDA


Gejala yang timbul pada labirinitis lokalisata merupakan hasil dari gangguan fungsi
vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya vertigo dan kurang pendengaran derajat
ringan hingga menengah secara tiba-tiba. Pada sebagian besar kasus, gejala ini dapat
membaik sendiri sejalan dengan waktu dan kerusakan yang terjadi juga bersifat reversible.

Pada labirinitis difusa (supuratif), gejala yang timbul sama seperti gejala pada
labirinitis lokalisata tetapi perjalanan penyakit pada labirinitis difusa berlangsung lebih cepat
dan hebat, didapati gangguan vestibular, vertigo yang hebat, mual dan muntah dengan disertai
nistagmus. Gangguan pendengaran menetap, tipe sensori neural pada penderita ini tidak
dijumpai demam dan tidak ada rasa sakit ditelinga. Penderita berbaring dengan telinga yang
sakit ke atas dan menjaga kepala tidak bergerak. Pada pemeriksaan telinga tampak perforasi
membrana timpani.
7. DIAGNOSIS
Anamnesa
Dari anamnesa dijumpai keluhan seperti vertigo, mual, muntah, ataksia, dan disertai
adanya riwayat infeksi telinga sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik :
Termasuk dalam pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan kepala leher dengan penekanan
pada telinga, mata dan pemeriksaan saraf cranial.
Pemeriksaan telinga
Lakukan pemeriksaan tanda-tanda mastoideus, selulitis atau operasi telinga
sebelumnya
Pemeriksaan liang telinga untuk melihat adanya otorrhea karena otitis eksterna atau
vesikula
Pemeriksaan membran timpani dan perforasi atau otitis media akut.
Pemeriksaaan mata
Pemeriksaan rentang gerak mata dan pupil
Lakukan pemeriksaan funduskopi untuk menilai papil oedema
Perthatikan ada/tidak nistagmus
Menyingkirkan penyakit lain yang bisa menyebabkan vertigo
Pemeriksaan neurologis (keseimbangan):
Uji Romberg : Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya
dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada
mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada

kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup.
Tandem Gait : Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.

Gambar 12. Tandem Gait6

Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang atau berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke
arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.

Gambar 13. Uji unterberger6

Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)


Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan
tertutup.Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah
lesi.
Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima
langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral,
pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
a. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam
posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat
(44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang
timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut
(normal 90-150 detik).Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu
telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masingmasing

telinga.Canal

paresis

menunjukkan

lesi

perifer

di

labirin

atau

nervus

vestibulokoklearis, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.


b. Uji Dix Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan cepat,
sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10
detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes
diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit, bila
diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

Gambar 14. Uji Dix Hallpike6

Pemeriksaan Penunjang.
Tes pendengaran (audiography)
Audiography dapat menunjukkan hasil yang berbeda tergantung pada etiologi dari
labirinitis.Orang dengan labirinitis virus memiliki HPS ringan sampai sedang pada telinga
yang terkena.Pada labirinitis supuratif (bakteri) biasanya menyebabkan gangguan
pendengaran yang berat, unilateral.Pada kasus meningitis gangguan pendengaran bersifat
bilateral.Pada labirinitis serosa (bakteri) kehilangan bersifat unilateral dengan frekuensi tinggi
pada telinga yang terkena.

CT Scan
Berguna untuk membantu menyingkirkan mastoiditis sebagai penyebab yang potensial.CT
scan dapat membantu pada penanganan pasien dengan kholesteatoma.
MRI
Dapat digunakan untuk membantu menyingkirkan penyakit lain seperti neuroma akustik,
stroke, abses otak atau epidural hematom sebagai penyebab yang potensial untuk terjadinya

1)
2)
3)
4)
5)

vertigo dan gangguan pendengaran.


8. DIAGNOSA BANDING
Meniere disease
Fistula perilimfe
Benign paroksimal posisional vertigo
Kehilangan pendengaran yang tiba-tiba
Vertigo karena kerusakan SSP
9. PENATALAKSANAAN
Pengobatan labirinitis sirkumskripta ditujukan terutama kepada otitis media kronik
dan atau kolesteatomnya. Bila masih pada masih stadium akut, sebelum atau sesudah suatu
tindakan bedah, harus diberikan pengobatan dengan antibiotik secara adekuat.
Pada labirinitis serosa difusa pada fase akut pasien harus beristirahat total. Dapat
diberikan sedatif ringan. Pembedahan merupakan kontraindikasi. Pada stadium lanjut dari
otitis media akut diperlukan mastoidektomi simpel.
Dosis antibiotik yang adekuat harus diberikan. Harus dilakukan kultur untuk
indentifikasi kuman dan uji sensitivitas kuman. Harus segera diberikan antibiotik penisilin
ataupun tetrasiklin, bila pasien sensitif terhadap penisislin sebelum hasil tes diperoleh.
Diperlukan pemberian dosis tinggu secara parenteral. Respons klinik lebih utama dari pada
hasil uji sensitivitas kuman dalam menentukan diteruskan atau ditukarnya antibiotik.
Drainase atau membuang sebagian labirin yang rusak dilakukan bila terdapat
komplikasi intrakranial dan tidak memberi respon terhadap pengobatan antibiotik.
10. KOMPLIKASI
Gangguan pendengaran yang permanen
Gangguan keseimbangan yang permanen
Meningitis

11. PROGNOSIS
Kebanyakan pasien dengan labirinitis akan sembuh dengan baik, walaupun
membutuhkan waktu 2-3 bulan untuk menghilangkan gejala vertigo dan pendengaran pasien
untuk kembali normal. Pada beberapa kasus berat, terdapat gangguan pendengaran yang
permanen.

Anda mungkin juga menyukai