BUKU ACUAN
EDISI II
KOLEGIUM
0
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
1
DAFTAR ISI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN..........................................................................1
B. KOMPETENSI.................................................................................................1
1. Kompetensi Umum.......................................................................................1
2. Kompetensi Khusus......................................................................................1
C. REFERENSI.....................................................................................................1
D. GAMBARAN UMUM.....................................................................................2
E. MATERI BAKU...............................................................................................2
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk :
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi saluran napas atas
2. Menjelaskan fisiologi “normal sleep”
3. Menjelaskan klasifikasi, predisposisi, gejala klinis, komplikasi,
patofisiologi OSAS
4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
mendiagnosis OSAS.
5. Mampu mendiagnosis OSAS
6. Mampu tatalaksana konservatif dan operatif pada penderita OSAS
B. KOMPETENSI
1. Kompetensi Umum
b. Mampu mendiagnosis OSAS berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan
c. Mampu melakukan tatalaksana OSAS
2. Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan terampil dalam:
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi saluran napas atas.
2. Mengetahui fisiologi “normal sleep”
3. Mengetahui patofisiologi OSAS, klasifikasi OSAS, gejala klinis dan
komplikasi OSAS
4. Melakukan anamnesis, pemeriksaan dan mendiagnosis pasien OSAS
5. Melakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
6. Mampu melakukan tatalaksana konservatif dan operatif terhadap
pasien OSAS
C. REFERENSI
1. Walker RP. Snoring and obstructive sleep apnea. In: Bailey JB, Johnson
JT, Eds. Head Neck Surgery Otolaryngology. 4th ed. Philadelphia:
Lippincot 2006. P 645-64
2. Welch KC,Goldberg AN. Sleep disorders.In: Lalwani AK ed. Current
diagnosis and treatment Otolaryngology Head Neck Surgery. 2 nd ed. New
York:McGraw Hill Comp LANGE;2008.p535-47
1
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
D. GAMBARAN UMUM
OSAS (Obstructive Sleep Apneu Syndrome) didefinisikan sebagai
berhentinya aliran udara pernapasan selama 10 detik atau lebih yang
disebabkan oleh sumbatan jalan napas. OSA ditandai gejala mendengkur
saat tidur, tersedak atau napas tersengal saat tidur, sering mengantuk yang
berlebihan di siang hari (Excessive Daytime Sleepiness, EDS). OSAS lebih
sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Diagnosis
ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
polisomnografi. Untuk mengatasi OSAS dilakukan tata laksana penurunan
berat badan, terapi konservatif maupun operatif.
E. MATERI BAKU
a. Definisi
Mendengkur adalah suara getaran pada saat tidur yang dihasilkan terutama
pada waktu inspirasi dan disebabkan oleh vibrasi palatum mole dan pilar yang
membatasi rongga orofaring. Mendengkur menunjukkan adanya obstruksi
sebagian saluran napas atas.
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) adalah berhentinya aliran
udara pernapasan selama 10 detik atau lebih, mendengkur pada saat tidur
walaupun terjadi usaha bernapas (respirasi effort) yang disebabkan oleh
obstruksi jalan napas atas.
OSAS adalah keadaan apnea (penghentian aliran udara selama 10 detik
sehingga menyebabkan 2-4% penurunan saturasi oksigen) dan hipopnea
(penurunan aliran udara paling sedikit 30-50% sehingga menyebabkan
penurunan saturasi oksigen) ada sumbatan total atau sebagian jalan napas atas
yang terjadi secara berulang pada saat tidur selama non-REM atau REM
sehingga menyebabkan aliran udara ke paru menjadi terhambat.
b. Etiologi Multifaktorial
1. Kolaps jaringan lunak saluran napas atas
Kolaps otot konstriktor faring, lidah, otot-otot palatofaringeus,
salfingofaringeus, stilofaringeus, glosofaringeus, levator veli palatini
dan uvula.
Deposit lemak di bawah membran mukosa, di sekitar otot leher dan
fossa tonsilaris.
2. Kelainan anatomi kerangka wajah yaitu mandibula dan maksila,
obstruksi hidung yang disebabkan deviasi kartilago dan tulang septum
dan hidung.
2
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
d. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan anamnesis terstruktur yang
baik dan benar. Kuesioner tervalidasi yang digunakan adalah Epworth
Sleepiness Scale untuk Excessive Daytime Sleepiness dan modifikasi
Kenny Pang untuk kecurigaan OSA.
3
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
2. Pemeriksaan Fisik
2.1. Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) kg/m2
Underweight : < 18,5 kg/m2
Normoweight : 18,5 – 24,9 kg/m2
Overweight : 25 – 29,9 kg/m2
Obese 1 : 30 – 35 kg/m2
Obese 2 : > 35 kg/m2
2.2. Lingkar leher berhubungan dengan faktor etiologi OSA yaitu
deposit lemak pada mukosa leher dan meningkatkan risiko
terjadinya OSA. Ukuran lingkar leher sebagai berikut:
Risiko rendah : kurang dari 43 cm.
Risiko sedang : 43 - 48 cm,
Risiko tinggi : lebih dari 48 cm.
2.3. Posisi Lidah dan Palatum dengan menggunakan Kriteria Friedman
Tongue Position atau Modifikasi Malampatti. Posisi 3 dan 4
berhubungan dengan risiko tinggi OSA karena makroglosia. Tanda
4
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
3. Pemeriksaan Penunjang
3.1. Nasolaringoskopi Statik dan Dinamik dengan Manuver Muller
Pemeriksaan endoskopi serat optik pada nasolaring dengan posisi
duduk pada saat statik (istirahat) dan dinamik (manuver Muller)
merupakan pemeriksaan untuk menentukan level obstruksi saluran
5
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
6
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
e. Penatalaksanaan
1. Konservatif
o Program Penurunan BB
Perbaiki diet untuk mengurangi deposit lemak tubuh dan menurunkan
BB harus disertai dengan olahraga teratur untuk meningkatkan tonus
otot.
o Terapi medikamentosa
- Stimulan. Modafinil yang berguna untuk meningkatkan
kesiagaan (wakefullness) tidak mengakibatkan gejala
kardiovaskuler, efektif untuk pengobatan excessive daytime
sleepiness (EDS) yang menyertai OSA. Obat ini juga berguna
pada penderita OSA yang sudah menggunakan CPAP tetapi
EDS menetap dengan skoring ESS yang tetap dan manifestasi
EDS yang lain.
- Antidepresan. Protriptyline adalah trisiklik antidepresan non-
sedasi yang dapat menekan waktu tidur REM (rapid eye
movement) berhubungan dengan episode mendengkur keras
dan episode apnea obstruktif yang lebih sering dan lebih
panjang.
- Terapi pengganti tiroid untuk kasus hipotiroid dapat diberikan
dengan pengawasan dokter spesialis endokrin atau penyakit
dalam.
- Obat penurun BB yang disetujui oleh FDA adalah sibutramine
dan orlistat. Sibutramine memberikan efek anoreksia yang
tidak berhubungan dengan amfetamin dan tidak adiktif tetapi
dapat meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan
kontraindikasi pada hipertensi yang tidak terkontrol. Orlistat
adalah inhibitor lipase yang mencegah digesti dan absorpsi
7
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
2. Operatif
Terapi operatif dapat dilakukan sesuai dengan level obstruksi masing-
masing atau terapi kombinasi sesuai dengan derajat penyakit sesuai
modifikasi kriteria Fujita & kriteria AHI. (Lihat guidelines).
Level Hidung : reduksi konka, septoplasti, adenoidektomi, ekstirpasi
polip atau massa hidung.
Level Velo- : Penyempitan AP : Implantasi Pillar, RDF
Orofaring Palatum, UPPP
Penyempitan Latero-lateral : UPPP Extension +
Tonsilektomi
Penyempitan Konsentrik : Kombinasi 1 & 2
Palatal Flutter ok penipisan : Implan Pillar
Palatal Flutter ok elongasi palatum molle : UPPP
Hipertrofi tonsil: Tonsilektomi
8
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
Penyempitan retroglossal ok lidah besar : reduksi
lidah dg. RDF, Repose, Suspensi Hioid
Level : RDF Tonsil lingual
Hipofaring & Pengobatan Refluks
Laring
a. Komplikasi
Komplikasi OSA
o Hipertensi
o Penyakit kardiovaskuler: penyakit arteri koroner, miokard infark
akut, episode thrombosis akut, aterosklerosis kronik
o Penyakit jantung kongestif
o Aritmia jantung
o Lesi aterosklerotik serebral (stroke)
b. Konsultasi
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam
2. Dokter Spesialis Jantung
3. Dokter Spesialis Paru
4. Dokter Spesialis Saraf
5. Dokter Spesialis Anestesi
c. Referensi
1. Walker RP. Snoring and obstructive sleep apnea. In: Bailey JB,
Johnson JT, Eds. Head Neck Surgery Otolaryngology. 4th ed.
Philadelphia: Lippincot 2006. P.645-64
2. Welch KC,Goldberg AN. Sleep disorders.In: Lalwani AK ed. Current
diagnosis and treatment Otolaryngology Head Neck Surgery. 2nd ed.
New York:McGraw Hill Comp LANGE;2008. p.535-47
9
Laring Faring
Modul Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
10