Anda di halaman 1dari 11

18/03/2021 8.

Obstructive sleep apneu syndrome

8. Obstructive sleep apneu syndrome


Site: E-Learning Kolegium THT-KL Printed by: UNHAS dr. Fauzan Rochman
Course: Program Pendidikan Dokter Spesialis THT-KL Date: Thursday, 18 March 2021, 3 59 PM
Book: 8. Obstructive sleep apneu syndrome

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 1/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

Table of contents
1. Definisi
2. Etiologi
3. Faktor Predisposisi
4. Kriteria Diagnosis
5. Penatalaksanaan

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 2/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

1. Definisi
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
a.      Definisi
Mendengkur adalah suara getaran pada saat tidur yang dihasilkan terutama pada waktu inspirasi dan disebabkan oleh vibrasi palatum mole dan
pilar yang membatasi rongga orofaring. Mendengkur menunjukkan adanya obstruksi sebagian saluran napas atas.
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) adalah berhentinya aliran udara pernapasan selama 10 detik atau lebih, mendengkur pada saat
tidur walaupun terjadi usaha bernapas (respirasi effort) yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas atas. 
OSAS adalah keadaan apnea (penghentian aliran udara selama 10 detik sehingga menyebabkan 2-4% penurunan saturasi oksigen) dan hipopnea
(penurunan aliran udara paling sedikit 30-50% sehingga menyebabkan penurunan saturasi oksigen) ada sumbatan total atau sebagian jalan napas
atas yang terjadi secara berulang pada saat tidur selama non-REM atau REM sehingga menyebabkan aliran udara ke paru menjadi terhambat.

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 3/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

2. Etiologi
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
 
b.      Etiologi Multifaktorial
1.      Kolaps jaringan lunak saluran napas atas
·         Kolaps otot konstriktor faring, lidah, otot-otot  palatofaringeus, salfingofaringeus, stilofaringeus, glosofaringeus, levator veli palatini dan
uvula.
·         Deposit lemak di bawah membran mukosa, di sekitar otot leher dan fossa tonsilaris.
2.      Kelainan anatomi kerangka wajah yaitu mandibula dan maksila, obstruksi hidung yang disebabkan deviasi kartilago dan tulang septum dan
hidung.
3.      Umur yang lebih tua berhubungan dengan:
·         Penebalan jaringan lunak tenggorok, elongasi palatum dan penurunan tonus otot pada saat istirahat.
·         Relaksasi dan kolaps plika ariepiglotika yang menyebabkan stridor pada saat tidur dan bangun.
·         Resorbsi gigi geligi, maksila dan mandibula akan menyebabkan perubahan anatomi rongga mulut.
·         Kifosis yang disebabkan resorbsi tulang vertebra servikal dan torakal atas.
4.      Laki-laki lebih banyak yang mendengkur dan menderita OSA dibanding perempuan. Progesterone akan mengurangi mendengkur dan OSA
pada laki-laki, sedangkan testosteron akan meningkatkan resistensi saluran napas atas pada perempuan.
5.      Faktor genetik yang berperan contohnya hipoplasisa maksila dan / atau mandibula, disproporsi  berbagai kerangka tulan yang menyebabkan
obstruksi, overweight dan diabetes.
6.      Disfungsi saraf kranial yang mengakibatkan gangguan enervasi motorik seperti Arnold-Chiari malformasi, stroke, sklerosis multipel, trauma
bedah pada saraf dan penyakit Parkinson.
 

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 4/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

3. Faktor Predisposisi
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
 
c.       Faktor Predisposisi / Kontribusi
1.      Inflamasi hidung seperti polip dan rinitis alergi
2.      Massa di sekitar leher dan saluran napas atas, misalnya kista kongenital, karsinoma sel skuamosa dan limfoma tonsil lingualis, tonsil palatina,
adenoid, hipertrofi tonsil, tumor kelenjar liur minor.
3.      Refluks laring-faring atau refluks gastro-esofagus bekerja secara sinergis dengan OSA. Jika terjadi sumbatan jalan napas, akan terjadi usaha
napas yang keras sehingga tekanan intratorakal meningkat. Tekanan negatif pada rongga dada akan menyebabkan isi lambung tersedot ke dalam
esofagus torakal. Cairan asam ini akan meluap ke dalam glotis dan teraspirasi kare plika vokalis mengalami abduksi untuk usaha inspirasi.
4.      Gangguan endokrin seperti hipotiroid, diabetes dan akromegali.

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 5/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

4. Kriteria Diagnosis
d.      Kriteria Diagnosis OSA
1.    Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan anamnesis terstruktur yang baik dan benar. Kuesioner tervalidasi yang digunakan adalah Epworth
Sleepiness Scale untuk Excessive Daytime Sleepiness dan modifikasi Kenny Pang untuk kecurigaan OSA
 
Kuesioner OSA Modifikasi Kenny Pang
Curiga OSA jika terdapat salah satu gejala di bawah ini dengan frekuensi >3x/seminggu
1.      Terbangun dari tidur karena tersedak (terbatuk-batuk)
2.      Apnea pada saat tidur (sesuai dengan keterangan teman tidur)
3.      Bangun tidur dengan perasaan tidak segar
 
Epworth Sleepiness Scale
Nilai Epworth Sleepiness Scale > 10 ditegakkan kecurigaan OSA, dengan kriteria 0 = tidak pernah mengantuk, 1 = sedikit mengantuk, 2 = cukup
mengantuk, 3 = sangat mengantuk dan tertidur, pada situasi-situasi tertentu di bawah ini:
1.  Duduk & membaca
2.  Menonton televisi
3.  Duduk diam di tempat umum (di bioskop atau rapat)
4.  Sebagai penumpang mobil selama 1 jam tanpa istirahat
5.  Rebahan untuk beristirahat sore ketika lingkungan memungkinkan
6.  Duduk dan berbicara dengan seseorang
7.  Duduk tenang setelah makan siang tanpa minum alkohol
8.  Saat mengemudi dan mobil berhenti beberapa menit dalam kemacetan.
 
2.    Pemeriksaan Fisik
2.1.            Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) kg/m2
·         Underweight        : < 18,5 kg/m2
·         Normoweight       : 18,5 – 24,9 kg/m2
·         Overweight          : 25 – 29,9 kg/m2
·         Obese 1                : 30 – 35 kg/m2
·         Obese 2                : > 35 kg/m2
2.2.       Lingkar leher berhubungan dengan faktor etiologi OSA yaitu deposit lemak pada mukosa leher dan meningkatkan risiko terjadinya OSA.
Ukuran lingkar leher sebagai berikut:
·         Risiko rendah       :  kurang dari 43 cm.
·         Risiko sedang       : 43 - 48 cm,
·         Risiko tinggi         : lebih dari 48 cm.
2.3.       Posisi Lidah dan Palatum dengan menggunakan Kriteria Friedman Tongue Position atau Modifikasi Malampatti. Posisi 3 dan 4
berhubungan dengan risiko tinggi OSA karena makroglosia. Tanda lain makroglosia adalah jejas gigitan gigi (dental mark) pada bagian tepi lidah.
Perhatikan pula palatum mole apakah terdapat webbing. Pada Kriteria Friedman pasien diminta membuka mulut dan lidah tidak dijulurkan,
sedangkan pada Malampatti lidah dijulurkan. 
·         Posisi 1: seluruh bagian uvula dan tonsil terlihat
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 6/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

·         Posisi 2: sebagian tonsil terlihat


·         Posisi 3: sebagian uvula terlihat, dan tonsil tidak terlihat.
·         Posisi 4: uvula dan tonsil tidak terlihat.
2.4.      Ukuran Tonsil berhubungan dengan penyempitan laterolateral pada orofaring.
·         T1   : Tonsil tidak melebihi arkus palatofaringeus
·         T2   : Tonsil melebihi arkus palatofaringeus, tetapi tidak melebihi garis tengah antara arkus palatofaringeus dan uvula.
·         T3   : Tonsil melebihi garis tengah antara arkus palatofaringeus dan uvula.
·         T4   : Tonsil kanan dan kiri bersentuhan (kissing tonsil)
2.5.       Uvula yang besar dan panjang merupakan akibat dan sebab dari getaran selama mendengkur. Perhatikan panjang dan basisnya
dibandingkan ukuran normal.
2.6.       Ukuran dan bentuk rahang bawah. Mikrognatia dan Retrognatia merupakan faktor risiko yang akan menyempitkan rongga orofaring dan
hipofaring pada mendengkur & OSA.
 
Berdasarkan pemeriksaan fisik dapat ditentukan derajat OSA menurut    Fujita.
  Stadium Friedman Tongue Tonsil BMI
Position
 
  Stadium 1 1 3,4 < 30
  2 3,4 < 30
  Stadium 2 1,2 0,1,2 < 30
  3,4 3,4 < 30
  Stadium 3 3 0,1,2 Any
  4 0,1,2 Any
3.     Any Any > 30

3. Pemeriksaan Penunjang
3.1.       Nasolaringoskopi Statik dan Dinamik dengan Manuver Muller
Pemeriksaan endoskopi serat optik pada nasolaring dengan posisi duduk pada saat statik (istirahat) dan dinamik (manuver Muller) merupakan
pemeriksaan untuk menentukan level obstruksi saluran napas atas. Level obstruksi harus diketahui untuk menentukan stadium OSA dan tindakan
pembedahan yang dapat dilakukan. Manuver Muller dilakukan pada level retropalatal, retroglosal dan supraglotik dengan meminta pasien menarik
napas dengan kuat sambil menutup hidung dan mulutnya (reversed Valsava). Kekuatan inspirasi negatif akan menyebabkan kolaps saluran napas
atas. Kolaps dapat terjadi pada bagian antero-posterior, latero-lateral maupun konsentrik (seluruh bagian). Klasifikasi berdasarkan skoring atau
persentase ukuran kolaps level tertentu dapat dibagi menjadi: < 25%, 25-50%, 50-75%, >75%.
3.2.       Sleep Endoscopy

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 7/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

Nasolaringoskopi yang dilakukan pada kondisi sedasi (simulasi tidur) memungkinkan identifikasi obstruksi dan kolaps saluran napas atas dengan
tonus otot yang mengalami relaksasi. Sedasi yang digunakan adalah titrasi propofol yang dilakukan oleh dokter spesialis Anestesi dengan monitor
ketat kardiorespirasi. Keadaan obstruksi saluran napas atas yang dapat terlihat adalah palatal flutter, palatal floppy, obstruksi palatal dengan
obstruksi orofaring intermiten, obstruksi multilevel memanjang, dan obstruksi dasar lidah.
3.3.       Polisomnografi
Polisomnografi harus dipertimbangkan pada semua pasien yang dicurigai menderita OSA untuk: (1) memastikan diagnosis adanya penyakit dan
menentukan derajatnya, (2) menentukan frekuensi dan derajat episode gangguan respirasi, (3) mengevaluasi akibat fisiologik pada saat tidur
akibat gangguan pernapasan. Tes tidur (sleep study) juga dikerjakan pada semua pasien mendengkur dengan tanda fisik yang merupakan faktor
risiko OSA, excessive daytime sleepiness (skor ESS >10), dan penyakit penyerta seperti hipertensi, hipotiroid, penyakit kardiovaskuler dan riwayat
stroke.
American Sleep Disorders Association menggolongkan pemeriksaan tidur menjadi 4 tingkatan berdasarkan jumlah kanal (channel) pemeriksaan
yang dilakukan di laboratorium tidur dengan pengawasan oleh teknisi tidur atau tanpa pengawasan teknisi tidur yang dapat dilakukan di rumah
atau rawat inap rumah sakit.
Di Klinik Mendengkur & OSA Departemen THT FKUI – RSCM polisomnografi yang digunakan adalah polisomnografi level 2, dengan pilihan 10-28
kanal dan tanpa pengawasan teknisi tidur yang dapat dilakukan di rumah maupun di rumah sakit.
Parameter penting Polisomnografi untuk bidang THT adalah:
Apnea           : fase berhenti napas pada saat tidur yang berlangsung minimal 10 detik yang terukur dengan tidak adanya aliran udara pada sensor
aliran udara.
Hipopnea      : periode respirasi dengan reduksi 50% aliran udara atau reduksi udara kurang dari 50% disertai dengan desaturasi 3% atau pasien
terbangun.
Saturasi O2   : Saturasi O2 rata-rata pada saat tidur yang terukur dengan    kanal pulse oxymetry
LSAT (Lowest Sat O2)    : Saturasi O2 terendah pada saat tidur.
 
Kategori OSA Berdasarkan Polisomnografi:
OSA AHI LSAT
Ringan 5-15 86 - 90%
Sedang 15-30 70 – 85%
Berat >30 < 70%
 

The Sleep Study: A Way to Measure Ho…


Ho…

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 8/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

5. Penatalaksanaan
e.       Penatalaksanaan OSA
1.      Konservatif
o     Program Penurunan BB
Perbaiki diet untuk mengurangi deposit lemak tubuh dan menurunkan BB harus disertai dengan olahraga teratur untuk meningkatkan tonus otot.
o     Terapi medikamentosa
-          Stimulan. Modafinil yang berguna untuk meningkatkan kesiagaan (wakefullness) tidak mengakibatkan gejala kardiovaskuler, efektif untuk
pengobatan excessive daytime sleepiness (EDS) yang menyertai OSA. Obat ini juga berguna pada penderita OSA yang sudah menggunakan CPAP
tetapi EDS menetap dengan skoring ESS yang tetap dan manifestasi EDS yang lain.
-            Antidepresan. Protriptyline adalah trisiklik antidepresan non-sedasi yang dapat menekan waktu tidur REM (rapid eye movement)
berhubungan dengan episode mendengkur keras dan episode apnea obstruktif yang lebih sering dan lebih panjang.
-            Terapi pengganti tiroid untuk kasus hipotiroid dapat diberikan dengan pengawasan dokter spesialis endokrin atau penyakit dalam.
-            Obat penurun BB yang disetujui oleh FDA adalah sibutramine dan orlistat. Sibutramine memberikan efek anoreksia yang tidak
berhubungan dengan amfetamin dan tidak adiktif tetapi dapat meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan kontraindikasi pada hipertensi yang
tidak terkontrol. Orlistat adalah inhibitor lipase yang mencegah digesti dan absorpsi lemak dalam diet. Orlistat tidak diabsorpsi oleh tubuh dan
tidak adak efek sistemik, tetapi meningkatkan faeses yang berlemak dan berminyak serta frekuensi defekasi.
-            Terapi oksigen biasanya bersama-sama penggunaan CPAP untuk pengobatan hipoksemia persisten yang tidak respons dengan CPAP saja.
o     Peralatan untuk terapi konservatif
Banyak peralatan yang telah dipasarkan secara bebas seperti alat pengatur tidur supaya tidur tetap miring seperti snore ball atau snore sock, alat
ekstensi leher seperti korset leher dan bantal anti ngorok.
o     Dental / Oral Appliance
Alat ini digunakan untuk memposisikan lidah sehingga posisi lidah lebih terjulur ke anterior dan mencegah lidah jatuh ke belakang dan menutup
saluran udara faring. Alat bekerja dengan menarik mandibula dan dasar lidah ke anterior, menstabilkan mandibula dan mencegah terbuka pada
saat tidur, sehingga mengubah posisi mandibula melalui rotasi ke arah bawah dan meningkatakan aktivitas otot dasar genioglosus untuk menjaga
patensi aliran udara.
o     Dilator nasal.
Untuk membuka anterior nasal valve pada tempat pertautan upper lateral cartilage dan lower lateral cartilage dengan septum di medial
o     CPAP (Continous Positive Airway Pressure)
Tekanan udara positif kontinyu melalui masker nasal merupakan terapi tunggal yang paling efektif dan tidak invasif untuk OSA. CPAP akan
menghilangkan efek samping penyakit termasuk EDS, gangguan fungsi intelektual dan kematian kardiovaskuler usia muda.
2.      Operatif
Terapi operatif dapat dilakukan sesuai dengan level obstruksi masing-masing atau terapi kombinasi sesuai dengan derajat penyakit sesuai
modifikasi kriteria Fujita & kriteria AHI. (Lihat guidelines).
Level :reduksi konka, septoplasti, adenoidektomi, ekstirpasi polip
Hidung atau massa hidung.

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 9/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

Level :·    Penyempitan AP : Implantasi Pillar, RDF Palatum, UPPP


Velo-
Orofaring ·    Penyempitan Latero-lateral : UPPP Extension +
Tonsilektomi
·    Penyempitan Konsentrik : Kombinasi 1 & 2
·    Palatal Flutter ok penipisan : Implan Pillar
·    Palatal Flutter ok elongasi palatum molle : UPPP
·    Hipertrofi tonsil: Tonsilektomi
·    Penyempitan retroglossal  ok lidah besar : reduksi lidah
dg. RDF, Repose, Suspensi Hioid

Level :·    RDF Tonsil lingual


Hipofaring
& Laring ·    Pengobatan Refluks
     
a.      Komplikasi
Komplikasi OSA
Hipertensi
https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 10/11
18/03/2021 8. Obstructive sleep apneu syndrome

Penyakit kardiovaskuler: penyakit arteri koroner, miokard infark akut, episode thrombosis akut, aterosklerosis kronik
Penyakit jantung kongestif
Aritmia jantung
Lesi aterosklerotik serebral (stroke)
 
Komplikasi Terapi Operatif
o    Krisis pernapasan: intubasi dengan penyulit, obstruksi akibat penggunaan sedatif, narkotik, relaksan dan antiemetik.
o    Krisis kardiovaskuler: krisis hipertensis, aritmia, infark miokard, stroke akut, edem paru.
o    Perdarahan
o    Inkompetensi velofaring
o    Stenosis palatal-nasofaring
o    Dehisensi luka operasi
o    Lain-lain: disfagia, paresis lidah, hilang indra pencecap.
 
 
b.      Konsultasi
1.      Dokter Spesialis Penyakit Dalam
2.      Dokter Spesialis Jantung
3.      Dokter Spesialis Paru
4.      Dokter Spesialis Saraf
5.     Dokter Spesialis Anestesi

https://elearning.kolegiumthtkl.com/mod/book/tool/print/index.php?id=86 11/11

Anda mungkin juga menyukai